Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN BELAJAR MANDIRI

BLOK EMERGENCY Ni Made Ayu Linggayani


1418011149

SKENARIO 1
LEARNING OBJECTIVE
1. Patofisiologi hingga tatalaksana tension pneumothorax
2. Tatalaksana emergency pada tension pneumothorax
3. Perbedaan antara decompression dan barotrauma
1. Patofisiologi, gejala klinik, tatalaksana tension
pneumothorax
Karakteristik Tension Pneumothorax

1. Chest pain
2. Air hunger
3. Respiratory distress
4. Takikardia Tension Pneumothorax memiliki
5. Hipotensi tanda yang menyerupai Cardiac
6. Deviasi trakea menjauh dari bagian Tamponade. Yang membedakan
yang mengalami tension pneumothorax yaitu:
7. Hilangnnya suara nafas unilateral
8. Kenaikan hemithorax tanpa
pergerakan pernafasan
9. Distensi vena leher
10. Sianosis (manifestasi lanjut)
11. Hiperresonan saat perkusi
Tension pneumothorax memerlukan Ketebalan dinding thorax mempengaruhi kesuksesan
dekompresi segera dan dapat dekompresi jarum. Terdapat penelitian yang
dilakukan dengan secara cepat menunjukkan bahwa kemungkinan jarum 5 cm akan
memasukkan jarum besar ke dalan mencapai pleural space adalah >50%, dan
spatial intercostal kedua pada garis kemungkinan jarum 8 cm akan mencapai pleural
space adalah >90%
midclavicular bagian hemithorax.

Perawatan definitif: insersi chest tube ke spatium intercostal kelima,


anterior terhadap garis midaksila.
Insersi Chest Tube

1. Tentukan tempat insersi, umumnya setinggi sela iga V, anterior linea


midaxillaris pada area yang terkena. Chest tube kedua mungkin dipakai pada
hemothorax
2. Siapkan pembedahan dan tempat insersi ditutup dengan kain.
3. Anestesi lokal kulit dan periosteum iga
4. Insisi transversal 2-3 cm pada tempat yang telah ditentukan dan diseksi tumpul
melalui jaringan subkutan, tepat di atas iga
5. Tusuk pleura parietal dengan ujung klem dan masukkan jari ke dalam tempat
insisi untuk mencegah melukai organ yang lain dan melepaskan perlekatan,
bukan darah, dan lain lain
6. Klem ujung proksimal tube torakostomi dan dorong tube ke dalam rongga
pleura seusai panjang yang diinginkan
7. Cari adanya fogging pada chest tube pada saat ekspirasi
atau dengar aliran udara
8. Sambung ujung tube torakostomi di WSD
9. Jahit tube di tempatnya
10.Tutup dengan kain/kasa dan plester
11.Buat foto rontgen thorax
12.Minta analisis gas darah dan/atau pasang pulse oxymeter
13.Pemeriksaan analisa gas darah sesuai kebutuhan
Komplikasi Insersi Chest Tube

Laserasi atau menusuk intratoraks/atau organ abdomen, yang seharusnya tidak


terjadi dengan teknik memasukkan jari sebelum insersi
Infeksi pleura (empiema)
Kerusakan saraf interkostal, arteri, vena
Pneumothorax menjadi hemothorax
Neuritis interkostal/neuralgia
Posisi tube yang salah, ekstra toraks/intra toraks
Lepasnya chest tube dari dinding dada atau lepasnya sambungan dengan
WSD
Pneumothorax persisten
Kebocoran primer yang besar
Kebocoran di kulit sekitar chest tube; pengisapan pada tube terlalu kuat
WSD yang bocor
Emfisema subkutis
Pneumothorax rekuren sesudah pencabutan tube; penutupan luka
torakostomi tidak segera dilakukan
Gagalnya paru untuk mengembang akibat adanya plak bronkus;
perlu bronkoskopi
Reaksi anafilaktik atau alergi obat anestesi atau persiapan bedah
2. Tatalaksana emergency pada pneumothorax

1. Nilai dada pasien dan status respiratorik


2. Berikan oksigen aliran tinggi dan berikan ventilasi bila diperlukan
3. Identifikasi spatium intercostal kedua, pada garis midklavikula di bagian
pneumothorax
4. Bersihkan dada pasien
5. Beri anestesi lokal bila pasien sadar dan bila waktu memungkinkan
6. Pasien diposisikan duduk apabila tidak terdapat cedera servikal
7. Pertahankan luer-lok di ujung distal kateter, insersi jarum kateter (panjang 3-6cm)
ke kulit secara langsung tepat diatas iga ke dalam spatium intercostal
8. Tusuk pleura parietal
9. Pindahkan luer-lok dari kateter dan dengan keluarnya udara ketika jarum
memasuki pleura parieteal, menandakan tension pneumothorax telah teratasi.
10. Pindahkan jarum dan ganti Luer-Lok di ujung distal kateter. Tinggalkan kateteer
plastik di tempatnya dan ditutup dengan plester atau kain kecil
11. Siapkan chest tube, jika perlu. Chest tube harus dipasang setinggi puting susu
anterior linea midaksilaris pada hemithorax yang terkena
12. Hubungkan chest tube ke WSD atau katup tipe flutter dan cabut kateter yang
digunakan untuk dekompresi tension pneumothorax
13. Lakukan rontgen thorax
Komplikasi Needle Thoracentesis

Hematom lokal Infeksi pleura

Empiema Pneumothorax
3. Perbedaan antara dekompresi dan barotrauma
Barotrauma

Pada mediastinum, udara menyusuri tissue plane


Disebabkan oleh tingginya volume tidal
menimbulkan pneumomediastinum. Sedangkan
> overdistensi alveoli > alveoli berusaha
peningkatan tekanan udara yang menyebabkan
menyesuaikan tekanan> gradien
ruptur pada pleural mediastinal, menimbulkan
tekanan antara alveoli dan selubung
pneumothorax
perivaskular

Gradien menimbulkan ruptur alveoli di Udara Alveoli semakin terdekompresi oleh


sekitar selubung perivaskular diseksi sepanjang garis dengan resistensi
minimal

Menimbulkan saluran udara ke


dalam selubung perivaskular Keadaan ini dikenal sebagai PIE (Pulmonary
dan diseksi proksimal ke dalam Interstitial Emphysema).
mediastinum
Decompression Sickness

Disebabkan oleh perubahan Membentuk emboli udara pada pembuluh arteri


tekanan maupun vena

Pada saat seseorang melakukan Nitrogen kembali ke bentuh gas membentuk gelembung
penyelaman, semakin dalam udara
penyelaman, tekanan semakin
meningkat
Tekanan menurun

Nitrogen terlarut dalam cairan


Penyelam terlalu cepat naik ke permukaan
tubuh
Clinical Manifestation

Barotrauma Decompression Sickness

Pasien dengan ventilasi mekanik KU: lemah/syok


Pasien dengan trauma tumpul, severe Mental: terdapat disorientas/tidak
pneumonia, COPD, penyakit paru interstitial, Mata: defek lapang pandang, perubahan pada
pupil, ada/tidaknya gelombang udara pada
pneumothorax iatrogenik
retina
Dyspnea, chest pain, discomfort, udara
Mulut: tanda lieber meister
pada subkutan Pulmo: takipnea, gagal napas, distres
Manifestasi barotrauma sangat bervariasi, pernapasan, hemoptisis.
mulai dari asimtomatik hingga full cardiac Jantung: takikardi, hipotensi, disaritmia, hamman
arrest. sign
Keparahan manifestasi berdasarkan jumlah GI: Muntah
udara yang berada pada extra-alveolar. GU: Distensi VU, penurunan produksi urin
Neurologi: hiperestesia, hipostesia, paresis
Penurunan ROM, sianosis.
REFERENSI
1. American College of Surgeons. 2013. Advanced Life Trauma Support 9th ed.
America: ACS Committee on Trauma.
2. Kaplan, J. 2016. Barotrauma. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/768618-overview. Diunduh pada 14
September 2017.
3. Pulley, S. 2016. Decompression Sickness. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/769717-overview. Diunduh pada 14
September 2017.

Anda mungkin juga menyukai