Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL

DENGAN PRE-EKLAMPSI DAN EKLAMPSI

Ns.Dhiana Setyorini.M.Kep.,Sp.Mat
DEFINISI
Preeklampsi: hipertensi, edema dan
proteinuria 3 g/liter yang timbul pada
kehamilan >20 mg (Bobak, 2004;
Angsar M. D, 2010).

Eklampsi: terjadinya konvulsi atau


koma dengan tanda dan gejala pre-
eklampsi, dapat muncul tanpa
didahului gangguan neurologis (Bobak
& Jensen, 2005).
PENGKAJIAN

1. Mengidentifikasi sedini mungkin semua ibu yang


berisiko mengalami preeklampsia :
a. Primigravida/multigravida dg usia lebih tua
b. Usia <18 th atau >35 tahun
c. Berat: <50 atau gemuk
d. Adanya penyakit kronis.
e. Kehamilan mola
f. Komplikasi kehamilan: multiple, janin
besar, hidrp janin, polihidramnion
g. PE pada kehamilan sebelumnya.
PENGKAJIAN

2. kunjungan prenatal pertama:


Menemukan adanya faktor-faktor etiologi
3. Kunjungan berikutnya: dikaji gejala
terjadinya preeklampsia.
4. Primi gravida: 6 -8 kali lebih mudah
terkena preeklampsia (Consensus
report, 1990).
5. wanita dari ibu dg cenderung
preeklampsia daripada ibu yang tidak
memiliki riwayat (OBrien, 1992).
PENGKAJIAN

7. Wanita usia > 18 tahun dan < 35 tahun, tidak


menikah, memiliki insiden preeklampsia yang
lebih tinggi secara bermakna.
8. Kondisi obstetric yang bakaitan dengan
peningkatan massa plasenta, seperti gestasi
multijanin dan mola didatidosa, penyakit
pembuluh darah kolagen, penyakit ginjal, dan
diabetes mellitus, membuat risiko
preeklampsia menjadi lebih tinggi (Robert,
1990).
Pemeriksaan Fisik

Wanita dg MAP lebih dari 85 mmHg pada trimester kedua


memiliki risiko lebih besar untuk mengalami hipertensi
pada trimester ketiga (OBrien, 1992).

1. Pemeriksaan tekanan darah


2. Observasi edema
3. Edema dependen
4. keterlibatan sistem saraf pusat (SSP) dan
system penglihatan biasanya menyertai
edema wajah. nyeri ulu hati atau oliguria.
5. Refleks tendon profunda (RTP)
Pengkajian yang penting :

1. Menentukan status janin.


2. Tonisitas rahim dievaluasi untuk mencari
tanda persalinan dan solusio plasenta.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ansietas yang berhubungan dengan:


Preeklampsi dan efeknya pada ibu dan bayi

2. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan (diet,


tirah baring)

3. Koping individu / keluarga tidak efektif yang


berhubungan dengan keterbatasan aktivitas ibu dan
kekuatiran ibu tentang komplikasi kehamilan atau
ketidakmampuan ibu untuk bekerja di luar rumah

4. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mengendalikan prognosis

5. Perubahan perfusi jaringan / organ, menurun, yang


berhubungan dengan: Hipertensi, Vasospasme siklik,
Edema serebral, Perdarahan.
6. Resiko tinggi edema paru yang berhubungan dengan
-Penurunan tekanan osmotik koloid
-Peningkatan resistensi vaskular sistemik
-Kerusakan endotelium vaskular paru

7. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang


berhubungan dengan Terapi MgSO4

8. Resiko tinggi perubahan curah jantung, menurun, yang


berhubungan dengan
-Terapi antihipertensi yang berlebihan
-Jantung terkena dalam proses penyakit

9. Resiko tinggi solusio plasenta yang berhubungan


dengan
Vasospasme sistemik
Hipertensi
Penurunan perfusi uteroplasenta
DIAGNOSA kEPERAWATAN

10. Resiko tinggi cedera janin yang berhubungan


dengan
- Insufisiensi plasenta
- Kelahiran prematur
- Solusio plasenta

11. Resiko tinggi cedera pada ibu yang


berhubungan dengan
- Iritabilitas SSP akibat edema otak,
- vasospasme, penurunan perfusi ginjal
- Terapi magnesium sulfat dan antihipertensi
TINDAKAN KEPERAWATAN
mencegah perjalanan penyakit dan mengusahakan
agar kehamilan dapat terus berlangsung;

1. Terapi yang paling efektif adalah pencegahan.


2. Peran Perawat sbg advokat:
meningkatkan pendidikan masyarakat dan
kemudahan untuk memperoleh perawatan antenatal:
Konseling, rujukan,
mobilisasi sistem pendukung,
informasi tentang adaptasi normal
pada kehamilan
TINDAKAN KEPERAWATAN
3. Peran perawat sebagai pendidik :
memberi informasi kepada ibu:
kondisi dan tanggung jawabnya dalam
menatalaksana preeklampsia, baik di
rumah maupun di rumah sakit

4. Dukungan emosional dan psikologis


penting untuk membantu ibu dan
keluarganya mengatasi keadaan mereka
HASIL AKHIR YG DIHARAPKAN
Ibu akan mengenali dan segera melaporkan tanda dan
gejala abnormal untuk mencegah keadaan memburuk.

Ibu akan tetap menjalani pengobatan medis untuk


mengurangi resiko terhadap dirinya sendiri dan
janinnya.

Orang terdekat memberi dukungan dalam perawatan


dan penatalaksanaan penyakit untuk mengoptimalkan
prognosis emosi dan fisik

Ibu akan mengungkapkan rasa takut dan


kekhawatirannya dalam mengatasi keadaan.
Ibu dan janin tidak mengalami efek samping
preeklampsia atau penatalaksanaannya.

Ibu tidak akan mengalami eklampsia dan bahaya akibat


komplikasi eklampsia.

Janin tidak distres, bayi akan lahir dalam keadaan


optimal.

Ibu akan melahirkan dalam keadaan optimal tanpa


akibat tertentu pada kondisi dan penataklaksanaannya.

Keluarga akan mampu mengatasi secara efektif resiko


tinggi ibu, penatalaksanaannya, dan hasilnya.
Preeklampsia Berat / Sindrom HELLP
(Hemolisis, Elevated Liver enyme dan Low Platelet count ).

Pemberian magnesium sulfat (MgSO4) untuk


mencegah kejang

pemberian obat antihipertensif jika tekanan


darah diastolik lebih dari 110 mmHg.

Hipoglikemia bisa didapati pada ibu dengan


sindrom HELLP: Gula darah kurang dari 40
mg/dl dikaitkan dengan peningkatan
mortalitas maternal (Egley,dkk., 1985 ).
Perawatan di Rumah sakit

Perawat harus memiliki:

pengetahuan tentang proses penyakit,


program pengobatan,
komplikasi potensial pada ibu dan janin .
Perawatan antepartum berpusat pada
penstabilan dan persiapan kelahiran

Pendidikan pasien tentang proses penyakit dan


tindakan sportif

Pemeriksaan meliputi tinjauan ulang sistem


kardiovaskuler, pulmuner, ginjal, hematologi, dan
saraf pusat.

Pemeriksaan kesehatan janin (misal., NST, Profil


biofisik, velosimetri, doppler)

Pemeriksaan laboratorium
Asuhan keperawatan intrapartum
pada ibu dengan preeklampsi berat
atau sindrom HELLP Meliputi:

Kewaspadaan kejang

Pemerikasaan ibu dan janin seiring kemajuan


persalinan

Pemeriksaan dan pencegahan hipoksia dan


perdarahan jaringan (dpt menimbulkan
gangguan penglihatan permanen)
PERAWATAN IBU DENGAN TERAPI
MAGNESIUM SULFAT (MgSO4)

Observasi yang harus dilakukan perawat adalah:


Pencatatan jumlah urine ibu (minimal 120 ml/4 jam,
atau 30 ml/jam)
Tanda dan gejala keracunan MgSO4: hilangnya reflek
lutut, depresi pernafasn, oliguri, henti nafas dan henti
jantung.
Tekanan darah, denyut nadi dan status pernafasan
harus dipantau tiap 15 menit.
Pemantauan ketat cairan intravena, asupan oral dan
urine penting untuk menghindari kelebihan cairan.
Perhatikan kadar kreatinin serum: jika kadar serum
mendekati 1mg/di, ginjal tidak lagi mengekskresi
magnesium
Apabila ada oliguri atau gangguan ginjal, infus
magnesium sulfat bisa dikurangi atau dihentikan.
KEDARURATAN KERACUNAN
MAGNESIUM SULFAT (MGSO4):

TANDA & GEJALA:


Pernafasan <12x/mnt
Hiporefleksia/tidak ada reflek
Jumlah urine <30 ml/jam
Kadar serum toksik >9,6mg/dl
Tanda distress janin
Penurunan tekanan darah dan nadi ibu
secara bermakna.
KEDARURATAN KERACUNAN
MAGNESIUM SULFAT (MGSO4):

INTERVENSI:
Hentikan MGSO4 segera dan ganti dengan
cairan rumatan
Panggil bantuan dan beritahu dokter supaya
mendapat perawatan segera.
Beri kalsium glukonas sesuai program (mis:
1 gr iv selama 3 mnt)
Lakukan pemantauan pernafasan, dan
jumlah urine
Eklampsia
Tanda dan gejala eklampsia:
Kejang
Hipertensi yang ekstrim,
Hiperefleksia,
Proteinuria +4,
Edema umum sampai hipertensi ringan tanpa
edema.
Ibu melaporkan adanya nyeri kepala dengan atau
tanpa gangguan penglihatan selama 1-4 hari selama
kejang timbul,
20 % ibu mengalami proteinuria. (Vilar , Sibai 1988).
Temuan laboratorium bervariasi.
KEDARURATAN EKLAMPSIA
TANDA KEJANG TONIK-KLONIK

Tahap invasi : dua sampai tiga detik; mata


terfiksasi; kejang otot wajah

Tahap kontraksi : 15 sampai 20 detik; mata menonjol


(protrusi) dan melotot; semua otot tubuh dalam
keadaan kejang tonik.

Tahap kejang : otot rileks dan berkontraksi secara


bergantian (klonik). Pernapasan terhenti dan mulai
lagi disertai inhalasi dalam dan panjang.

Terjadi koma.
INTERVENSI
SAAT KEJANG
Jaga agar saluran napas tetap paten

palingkan kepala kesalah satu sisi

letakkan bantal di bawah bahu atau punggung, jika


memungkinkan.

Cari bantuan.

Lindungi dengan penahan sisi ranjang dan bantal.

Observasi dan catat kejadian kejang.


INTERVENSI SETELAH KEJANG

Observasi koma setelah kejang,


inkontinensia.
Gunakan suction sesuai kebutuhan
Beri oksigen melalui masker dengan dosis 10
lpm
Mulai pemberian cairan IV dan pantau
kemungkinan timbulnya kelebihan cairan
Berikan MgSO4 atau anti kejang sesuai
program
Pasang kateter indwelling
INTERVENSI SETELAH KEJANG
Pantau tekanan darah
Pantau status janin dan rahim
Pemeriksaan laboratorium sesuai
program untuk memandu fungsi ginjal,
hati, sistem koagulasi, dan kadar
obat.Pertahankan higiene dan
lingkungan yang tenang
Beri dukungan kepada ibu dan keluarga
Bersiaplah untuk proses melahirkan
bila ibu berada dalam keadaan stabil
EVALUASI
Ibu dan janin tidak menderita gejala sisa akibat
preeklampsia atau penatalaksanaanya.
Ibu tidak akan mengalami eklampsia atau komplikasi
yang berat.
Janin tidak akan mengalami distres.
Bayi baru lahir akan dilahirkan dalam kondisi optimal
tanpa suatu efek akibat penyakit maternal dan
penatalaksanaannya.
Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu
akibat pada kondisi dan penatalaksanaannya.
Keluarga akan mampu berkoping secara efektif terhadap
keadaan ibu yang beresiko tinggi, penatalaksanaan, dan
hasil akhirnya.
Ns.DHIANA SETYORINI.M.Kep.Sp.Mat,RN
Penyakit-penyakit Jantung Yg Bisa
Mempersulit Persalinan

GAGAL JANTUNG
PENYAKIT JANTUNG REMATIK
KELAINAN JANTUNG BAWAAN
PROLAPS KATUP MITRAL
TEKANAN DARAH TINGGI
ANEMIA
Hidrenia (Hipervolemia),
Uterus gravidus

Volume plasma bertambah 22 %.


denyut jantung meningkat
nadi rata-rata 88x/menit (34-36 mg)

Penyakit jantung akan menjadi lebih


berat pada pasien yang hamil dan
melahirkan, bahkan dapat terjadi
decompensasi cordis.
GAGAL JANTUNG

KIRI KANAN
Mudah lelah, berat
badan
nafas terengah-engah, Odema tungkai bawah,
ortopnea, hepato megali,
kongesti paru peningkatan tekanan vena
jugularis

Setiap kontraksi uterus meningkatkan jumlah darah ke


dalam sirkulasi sistemik sebesar 15 20%
ketika meneran pada partus kala ii, saat arus balik
vena dihambat kembali ke jantung.
Klasifikasi penyakit jantung dalam
kehamilan dan persalinan

1. Kelas I
- Tanpa pembatasan kegiatan fisik
- Tanpa gejala penyakit jantung pada kegiatan
biasa
2. Kelas II
- Sedikit pembatasan kegiatan fisik
- Saat istirahat tidak ada keluhan
- Pada kegiatan fisik biasa timbul gejala
isufisiensi jantung seperti: kelelahan, jantung
berdebar (palpitasi cordis), sesak nafas
atau angina pectoris
Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan
dan persalinan

3. Kelas III
- Banyak pembatasan dalam kegiatan fisik
- Saat istirahat tidak ada keluhan
- Pada aktifitas fisik ringan sudah menimbulkan
gejala-gejala insufisiensi jantung
4. Kelas IV
- Tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan
klasifikasinya:
2. Kelas II
Kala persalinan biasanya tidak berbahaya.
Lakukan pengawasan dengan ketat.
Pengawasan kala I setiap 10-15 menit dan kala II
setiap 10 menit.
Bila terjadi takikardi, takipnea, sesak nafas (ancaman
gagal jantung), .(KOLABORASI DG DOKTER) berikan
digitalis
Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung.
Bila kala II lebih 20 menit dan ibu tidak dapat
dilarang meneran akhiri dengan ekstraksi cunam
atau vacum dengan segera

Tidak diperbolehkan memakai ergometrin karena


kontraksi uterus yang bersifat tonik akan
menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi
sistemik dalam jumlah besar.

Rawat pasien sampai hari ke 14, mobilisasi bertahap


dan pencegahan infeksi, bila fisik memungkinkan
pasien dapat menyusui.
Kelas III dan Kelas IV

Pemberian oksitosin cukup aman.


Umumnya persalinan pervaginam lebih aman
namun kala II harus diakhiri dengan cunam atau
vacuum.
Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat, untuk
menilai terjadinya decompensasi atau edema paru.
Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan IV.
FORCEPS VACCUM
Pengkajian:
1. Aktifitas dan istirahat Dapat mengalami
Ketidakmampuan pembesaran jantung
melakukan aktifitas normal
Dispnia nocturnal karena Peningkatan tekanan
pengerahan tenaga darah
Clubbing dan sianosis
2. Sirkulasi Nadi mungkin menurun
Takikardia, palpitasi, disritmia
Riwayat penyakit jantung Dapat mengalami memar
congenital dan demam reuma spontan, perdarahan
Perubahan posisi diafragma ke lama, dan
atas dan ukuran jantung trobositopenia.
sebanding dengan uterus. Riwayat hipertensi kronis
Pengkajian:
3. Eliminasi
Menurunnya keluaran urine
4. Makanan dan cairan
Obesita Mual dan
muntah
Malnutris Diabetes
melitus
Dapat mengalami edema
ekstrimitas bawah
5. Nyeri dan rasa nyaman
Dapat mengeluh nyeri dada
dengan/ tanpa aktivitas
Pengkajian:

6. Pernafasan
Pernafasan mungkin kurang dari 14 x/m
Krekle
Hemoptisis
Takipnea
Dispnea
Ortopnea
7. Kemanan
Infeksi streptokokus berulang
8. Pemeriksaan disgnostic
2. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas b. d rasa takut akan kematian janin.


2. Ketakutan akan kematian b .d persepsi bahwa ibu
tidak mampu mengatasi stress persalinan
3. Ansietas b. d penatalaksaan persalinan.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas b. d kondisi
jantungnya.
5. Resiko tinggi kelebihan volume cairan b. d
perpindahan cairan ekstravaskuler
6. Resiko gawat janin b.d ketidakmampuan ibu
mengejan
3. Rencana Tindakan keperawatan
1. upaya meningkatkan fungsi Jantung.

2. Ansietas dihilangkan dengan mempertahankan atmosfir yang


tenang dan menjaga agar ibu dan keluarga tetap mendapat
informasi.

3. Perfusi uterus difasilitasi dengan menempatkan ibu pada


posisi miring.

4. Fungsi jantung disokong dengan menjaga kepala dan bahu ibu


tersebut tetap tinggi dan bagian-bagian tubuh bersandar
pada bantal.
Cont.
Upaya mengejan harus dihindari karena tindakan
ini menurunkan pengisian ventrikuler diastolic
dan menghambat aliran keluar ventrikel kiri.

Karena nyeri dapat menyebabkan stress


kardiovaskuler, rasa tidak nyaman dapat
diredakan dengan memberikan obat dan
perawatan pendukung.
Cont.
Pada proses kelahiran, perawat membantu
pemberian obat untuk meredakan rasa
tidak nyaman.

kelahiran pervaginan dianjurkan bila tidak


ada masalah obstetric: blok pudendal dan
forcep untuk memperpendek tahap kedua
persalinan.
Cont.
Masker oksigen perlu diberikan untuk mencegah
kekurangan O2 selama proses persalinan.

Persalinan dilakukan dengan posisi miring atau bila


posisi supine sebuah bantal ditempatkan dibawah
pinggang untuk meminimalkan bahaya hipotensi
supine.

Lutut difleksikan dan kaki diletakkan datar diatas


tempat tidur. Tindakan episiotomy dan penggunaan
forceps dapat menurunkan kerja jantung.

Anda mungkin juga menyukai