Anda di halaman 1dari 29

Penyakit Hemolisis

Kelompok 3
Haemolytic
Disease of
the new
born
Pendahuluan
Suatu gangguan destruksi sel darah merah pada janin/bayi
baru lahir melalui perantaraan imun
Disebabkan inkompatibilitas komponen darah ibu dengan
bayinya
2 macam : Inkompatibilitas Rhesus (Rh) dan Inkompatibilitas
ABO
Konsep
ketika sel darah merah janin yang memiliki antigen yang tidak
dimiliki oleh ibu,
Darah ibu tersensitisasi oleh antigen yang terdapat dalam RBC
janin biasanya melalui RBC yang keluar dari pembuluh darah
janin (fetomaternal hemorrhage) atau transfusi sebelumnya.
HDN terjadi ketika antibodi (IgG) menembus plasenta dan
bereaksi dengan RBC janin.
Isoimunisasi
Efek serologi dari HDN

ANEMIA

HEPATOSPLENOMEGALI

HIPERBILIBINEMIA
Cara Deteksi
Indicator Cell Rosette Test
Acid-Elution Stain (Modified Kleihauer-Betke)
Antibody Titration Studies to Assist in Early Detection
Uji Serologi untuk Ibu
Uji gol. Darah ABO dan Rh
untuk uji D lemah jika awalnya negatif
Skrinning Antibodi
Untuk mendeteksi aloantibodi IgG yang bereaksi pada suhu 37 C
Uji amniosit (sebagai lanjutan uji serologi)
Jika ibu memiliki anti-D maka mungkin saja ayah memiliki antigen D
heterozigot.
Amniocentesis dapat dilakukan pada trimester pertama untuk
menguji adanya antigen D dan antigen lainnya.
Amniosentesis menilai status janin dengan menggunakan cairan
amnion Cairan dibaca pada spektrofotometer (350-700 nm)
Lakukan pengukuran absorbansi (OD) bilirubin pada 450nm
Cara Deteksi
Tes Rosette dilakukan pada darah ibu postpartum untuk
memperkirakan volume perdarahan janin dalam kasus ibu Rh
negatif dan anak Rh positif. Hasil tes ini nantinya juga digunakan
untuk memperkirakan jumlah imunoglobulin Rho (D) yang
dibutuhkan.
Dalam tes ini, sampel darah ibu diinkubasi dengan Rho (D) immune
globulin, yang akan mengikat sel darah merah Rh positif janin jika
ada. Setelah penambahan sel indikator cDE yang diolah dengan
enzim, kehadiran Rh positif janin menyebabkan rosetting, yang
dapat dilihat dengan mikroskop cahaya .
Tes ini direkomendasikan untuk ibu Rh negatif dalam waktu 72 jam
setelah melahirkan bayi Rh-positif.
Jika hasil tes positif, tes Kleihauer-Betke harus dilakukan sebagai tes
konfirmasi.
Tes Kleihauer-Betke ("KB") , uji Kleihauer atau uji elusi asam ,
adalah tes darah yang digunakan untuk mengukur
jumlah hemoglobin janin yang ditransfer dari janin ke aliran
darah seorang ibu.
Hal ini biasanya dilakukan pada ibu Rh-negatif untuk
menentukan dosis yang dibutuhkan Rho (D) immune
globulin (RhIg) untuk menghambat pembentukan antibodi Rh
pada ibu dan mencegah HDN pada kehamilan berikutnya
Antibody titration
Konsentrasi antibodi ditentukan dengan titrasi antibodi.
Serum ibu diencerkan untuk menentukan pengenceran tertinggi
yang bereaksi dengan RBC (reagen) pada 37C (60 min) dan fase
AHG.
Sampel pertama dibekukan dan diuji kembali untuk
membandingkan dengan keadaan specimen terbaru.
Uji diulang pada minggu ke 16 dan 22,kemudian diuji tiap interval
1-4 minggu berikutnya.
Terapi Pencegahan
Rho (D) immune globulin terdiri
dariantibodi terhadap antigen Rh (D) yang ada pada
beberapa sel darah merah . Hal ini diyakini bekerja dengan
menghalangi sistem kekebalan seseorang untuk mengenali
antigen ini
Auto
Immune
Haemolytic
Anemia
Pengertian
Merupakan salah satu bentuk anemia yang disebabkan
karena adanya proses hemolitik s.d.m. akibat reaksi
antara s.d.m. dengan zat anti yang dibuat oleh tubuh
penderita sendiri ( autoantibodi ), sehingga tubuh gagal
membedakan antara benda milik sendiri dengan benda
asing
Adanya auto antibodi dapat menutupi alloantibodi yang
mempunyai arti klinis
Anemia Hemolitik autoimun (AIHA) ditandai dengan produksi
antibodi abnormal yang mengikat Antigens pada permukaan
eritrosit. Antibodi ini kemudian menyebabkan penghancuran
RBC sehingga memperpendek masa hidup mereka.
Jika penghancuran ini pada tingkat yang cukup tinggi, &
melebihi kapasitas sumsum tulang untuk meregenerasi RBC,
pasien mengembangkan anemia dan tanda dan gejala yang
terkait.
-Idiopathic 30-50%
-Viral : HIV
-Limfoma ,CLL
Warm AIHA -SLE
(70-80%) - Keganasan lain
-Drug induced
Cold agglutinin (IgM ,90% C3 ):
AIHA Cold AIHA - mycoplasma
, EBV, CMV, Infeksi
(20-30%) mononucleosis
Paroxysmal Cold Hemaglutinin (PCH) (IgG)
(IgG, C3)
- sifilis

Mixed AIHA Warm AIHA + Cold AIHA


(7-8%) - ( Hb < 5%)
- Idiopathic
- lymphoproliferative/SLE, 17
- DCT + , ( IgG +IgM)
AIHA tipe warm
Adanya IgG (IgG1 / IgG3 )+ komplemen (C3) atau IgG
saja yang bereaksi dengan antigen sel darah merah
pada suhu 370C anemia hemolitik sedang atau berat
Hemolisis Ekstravaskuler
Penyebab
a. Primer /Idiopatik (30%)
b. Sekunder :
Virus ( biasanya terdapat pada anak-anak ) : HIV
Autoimmune : SLE, Scleroderma, Rheumaoid
arthritis
Keganasan ( lymphoma, leukemia / CLL ,
Carcinoma), dan infeksi lain
Post chemo terapi dengan golongan purine
Drug induced: obat-obatan, sehingga tubuh gagal
membedakan antara benda milik sendiri dengan benda
asing
ABO Grouping : Biasanya tidak ada masalah
Rhesus typing: dapat menyebabkan masalah karena
adanya IgG coated pada sel darah merah pergunakan
monoclonal anti-D atau modified anti-D
DIRECT COOMBS TEST (DCT) : positip ( 82%)
Hasil:
- S.d.m beraglutinasi hanya dengan IgG
- S.d.m beraglutinasi dengan
complement
- S.d.m beraglutinasi dengan IgG &
complement
INDIRECT COOMBS TEST : hanya 35 % serum dari
AIHA positip dengan ICT
Pemeriksaan lebih spesifik yaitu eluate dari s.d.m.
pasien untuk mengambil antibodi yang coating ,
kemudian dilakukan identifikasi antibodi terhadap
alloantibodi yang mungkin ada.
AIHA tipe cold
Terjadi 30 % dari kasus AIHA
Terjadi aglutinasi spontan pada contoh darah
Ada 2 tipe : Benign Cold Autoantibodi dan
Pathological Cold autoantibodi
Antibodi IgM bereaksi dengan antigen
polysaccharida pada permukaan sel darah merah
pada suhu 320C atau lebih rendah lagi ( 40C )
S.d.m. sensitasi dengan komplemen ( bila proses
tidak sampai C9 ,sel diambil macrofag) , bila proses
sampai C9 Hemolisis intravaskuler
DCT positip 90% dengan anti-C3d
BEDA BENIGN COLD AUTOANTIBODI DAN PATHOLOGICAL COLD
AUTOANTIBODI

KARAKTERISTIK NORMAL PATHOLOGIK

Amplitudo suhu <22C Sampai 32C


Aglutinasi spontan Tidak ada Ada ( hilang pada 37C)
( dalam anticoaglant)
Titer < 64 ( pada 4C > 1000 pada 4C
jarang >16)
Reaksi meningkat dg tidak Reaksi meningkat
albumin
Reaksi terhadap Antibodi Polyclonal monoclonal
Clinical significant tidak Menyebabkan Cold
AIHA 23
Spesifitas antibodi Anti-I Anti-I
DCT ( polispesifik) Neg /pos lemah 2+/3+
Penyebab
a. Primer: idiopatik (10%) : terjadi pada orang dewasa
khususnya pada orang tua .kondisi makin buruk pada
musim dingin. Banyak ditemukan pada usia 51
60 tahun

b. Sekunder ( 90%) : terjadi pada infeksi virus / bakteria


misal pada mycoplasma pneumoni (IgM anti-I), infeksi
mononucleosis ( anti-i), lymphoma, syphilis.
DIRECT COOMBS TEST
Tidak selalu menunjukkan hasil positip, karena contoh
darah telah beraglutinasi sewaktu sampai di laboratorium
S.d.m. dicuci 3X dengan saline yang telah dihangatkan
37C
Spesifikasi antibodi yang terbanyak anti- I , jarang anti-i ,
anti Pr
Dapat pula Anti-H, anti-IH ( banyak didapat dalam serum
golongan A1 dan A1B)
(INGAT : O>A2>A2B>B>A1>A1B )
PEMERIKSAAN
PRETRANSFUSI
FORWARD ABO GROUPING: Karena sdm coated
dengan autoantibodi maka terjadi aglutinasi spontan
Perlu dilakukan pemanasan pada sampel dan reagensia
REVERSE ABO GROUPING : terjadi aglutinasi

Cat: Pemanasan serum dan reagen sel darah merah


perlu dilakukan
Cara Deteksi AIHA
Temuan laboratorium yang khas pada pasien dengan
hemolisis:
Bilirubin (tidak terkonjugasi) - meningkat
Jumlah retikulosit - meningkat
Laktat dehidrogenase (LDH) - mungkin normal atau meningkat
Haptoglobin - berkurang
Film darah - spherocytes, aglutinasi atau polikromasia
Tes urinalisis / dipstik positif untuk darah tapi mikroskop urin
negatif untuk sel darah merah - jika hemolisis bersifat
intravaskular, menyebabkan hemoglobinuria.
Haemosiderin urin - dapat dideteksi sekitar 1 minggu setelah
onset hemolisis intravaskular
COOMBs TEST
Tes antiglobulin langsung positif (DAT) menunjukkan adanya
imunoglobulin (Ig) G, IgM, IgA atau komplemen (biasanya C3d)
yang terikat pada membran sel darah merah.
Dengan adanya hemolisis, ini menunjukkan etiologi imunitas,
namun penilaian klinis diperlukan sebelum diagnosis AIHA
dilakukan.
Biasanya antibodi anti-IgG dan anti-C3d yang monospesifik
digunakan dalam skrining awal dan ini membantu
menentukan jenis AIHA.
The diagnosis and management of primary autoimmune haemolytic anaemia

British Journal of Haematology


Volume 176, Issue 3, pages 395-411, 22 DEC 2016 DOI: 10.1111/bjh.14478
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/bjh.14478/full#bjh14478-fig-0001

Anda mungkin juga menyukai