Anda di halaman 1dari 65

PEMBIMBING

dr. Attiya Rahma,


Sp.S

EPILEPSI
Weny Astika Dewi
G1A216089

FKIK UNIVERSITAS JAMBI


Profesi Dokter
Status
Pasien
IDENTITAS
Nama : Tn. AL
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 21 tahun

PASIEN
Alamat : Desa Ladang Panjang
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam

dan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Jambi

DAFTAR Tanggal Masuk RS : 19 Oktober 2017


Ruang Perawatan : Neurologi

MASALAH No.
1.
2.
Masalah Aktif
konvulsi
Rigiditas
Tanggal
19-10-2017
19-10-2017
Masalah Pasif Tanggal

3. nausea 19-10-2017
Keluhan Utama:
Kejang-kejang sejak 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang:


Lokasi. Seluruh tubuh
Onset. Sejak 2 hari SMRS

ANAMNESIS Kualitas. Kejang berulang-ulang


Kuantitas. kejang 2-3 kali/hari yang
berlangsung 15 menit.
Faktor yang memperberat. Jika pasien tidak
meminum obat, kelelahan, dan beraktivitas berat
Faktor yang memperingan. Kejang pasien
hilang jika diberi obat anti kejang.
Kejang-kejang sejak 2 hari SMRS
Sebanyak 2-3 kali per hari yang
Kronologi berlangsung selama 15 menit
Kejang terjadi di seluruh tubuh
disertai dengan kaku dan
kelonjotan, pasien tidak sadar.
Kronologi Saat kejang, mata terbelalak ke

ANAMNESIS
atas, mulut mengeluarkan busa
dan lidah tergigit.

Keluarga pasien mengatakan, saat kejang tampak


badan pasien yang kaku seluruh badan. Kaku seluruh
tubuh ini tetap berlangsung walaupun kejang pasien
sudah berhenti.
Badan kaku ini berlangsung 15-20 menit dan pasien
menyadarinya.
Saat kejang pasien terjatuh dan kepala terbentur
mengenai bagian belakang kepalanya.
Keluhan pasien tidak disertai dengan demam, mual
(+), BAB dan BAK normal. Pasien tidak mengeluhkan

ANAMNESIS
baik pandangan maupun bicaranya terganggu, juga
tidak ada kelemahan anggota gerak.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat kejang ketika kelas 5
SD. Saat itu pasien hanya di obati dengan obat
kampung. 1 tahun yang lalu kejang mulai
muncul lagi dan menjadi lebih sering, namun
masih diobati dengan obat kampung. 1 bulan
yang lalu pasien dibawa ke RS jiwa untuk

ANAMNESIS berobat.

Riwayat Pengobatan:
1 bulan SMRS pasien sudah meminum obat-
obatan dari RS jiwa. Obat yang diminum pasien
antara lain: Haloperidol 2x5mg, THP 1x2mg,
Merlopam 1x2mg, Depakote 1x250mg, dan
Phenytoin 2x100 mg.
ANAMNESIS
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien setelah serangan kejang pada kelas 5 SD,
pasien tidak sekolah lagi karena keluarga takut
kejang pasien sering kambuh.
Keadaan Umum:
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesan gizi : Gizi cukup

PEMERIKSAAN
Tanda Vital:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86 kali/menit

FISIK
Respirasi : 21 kali/menit, pernapasan
reguler
Suhu : 36,6C

Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 170 cm
BMI : 70 kg/1,702 m2= 24,22kg/m2
Status gizi : Normal
Status Generalis:
Kepala : normocephal
Mata : pupil bulat, isokor, 3

PEMERIKSAAN
mm/ 3 mm
THT : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal

FISIK
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Nervi craniales : tidak ada kelainan (normal)
Tanda rangsang meningeal :
Kaku kuduk :-
Brudzinsky 1 :-
PEMERIKSAAN Brudzinsky 2
Brudzinsky 3
: -|-
: -|-

FISIK Brudzinsky 4
Laseque
: -|-
: >700 / >700
Kernig : >1350 / >1350
SARAF KRANIAL:
N. I (Olfactorius)

Daya pembau Kanan Kiri Keterangan

PEMERIKSAAN
Subjektif Dbn Dbn Dalam batas
normal
Objektif (dengan bahan) Dbn Dbn Dalam batas

FISIK
normal

N. II (Optikus)
Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan Dbn Dbn
Lapang pandang Dbn Dbn
Dalam batas
Pengenalan warna Dbn Dbn
normal
Funduskopi Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
SARAF KRANIAL:
N. III , IV VI (Okulomotoris, troklearis, abdusen)

Sela mata Simetris Simetris

PEMERIKSAAN
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola mata Normal Normal
Nistagmus Tidak ada Tidak ada

FISIK
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endotalmus Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola mata ke
bawah-dalam normal Normal

Pergerakan bola mata normal Normal


lateral

Diplopia Tidak ada Tidak ada


SARAF KRANIAL:
N. V (Trigeminus)

Motorik

PEMERIKSAAN
Membuka mulut Normal
Mengunyah Normal

FISIK
Mengigit Normal
Sensibilitas Muka
Oftalmikus Normal Normal
Maksila Normal Normal
Mandibula Normal Normal
Reflek Kornea Normal Normal
SARAF KRANIAL:
N. VII (Facialis) Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Saat diam simetris simetris

PEMERIKSAAN
Mengernyitkan dahi Dbn Dbn
Senyum Dbn Dbn
memperlihatkan gigi Dbn Dbn

FISIK
Daya perasa 2/3
anterior lidah
N. VIII (Vestibulo-kokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran
Tuli konduktif (-) (-)
Dalam batas
Tuli sensorineural (-) (-)
normal
Vestibular (-) (-)
Nistagmus horizontal
SARAF KRANIAL:
N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri
Arkus faring Dbn Dbn
Daya perasa 2/3 posterior lidah Dbn Dbn

PEMERIKSAAN N. X (Vagus)

FISIK
Kanan Kiri Keterangan
Arkus faring Dbn Dbn Dalam
Disfonia Dbn Dbn batas
Refleks muntah Dbn Dbn normal
SARAF KRANIAL:
N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Menoleh Dbn Dbn

PEMERIKSAAN
Dalam batas
Mengangkat Dbn Dbn
normal
bahu Eutrofi Eutrofi
Trofi

FISIK N. XII (Hipoglossus)


Kanan Kiri Keterangan
Motorik Dbn Dbn
Trofi eutrofi eutrofi Dalam batas
Tremor (-) (-) normal
Disartri (-) (-)
Sistem motorik:

Kanan Kiri Keterangan

Ekstremitas atas
Kekuatan 5 5

PEMERIKSAAN
Tonus N N
Trofi Eu Eu
Ger. Involunter (-) (-)

FISIK Ekstremitas bawah


Kekuatan 5 5
Tonus N N
Trofi Eu Eu
Ger. Involunter (-) (-)
Sistem sensorik:

PEMERIKSAAN
Sensasi Kanan Kiri Keterangan

Raba Dbn Dbn

FISIK
Nyeri Dbn Dbn
Suhu Dbn Dbn
Propioseptif Dbn Dbn
Gerakan-gerakan Abnormal:
Tremor : (-)
Athetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)

PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Keseimbangan:
Pemeriksaan Kanan Kiri

FISIK
Disdiadokokinesia Dbn Dbn
Test telunjuk-hidung Dbn Dbn
Test jari-jari Dbn Dbn
Romberg test dipertajam Dbn Dbn
Tes tandem gait Dbn Dbn

Sistem Otonom:
Berkemih : Tidak ada keluhan
Defekasi : Tidak ada keluhan
Keringat : Tidak ada keluhan
Laboratorium (19/10/2017):
WBC : 12,24.109/L (normal: 4-10.109/L)
HGB : 13,8 g/dL (normal: 11-16 g/dL)

PEMERIKSAAN
HCT : 42,4% (normal: 35-50%)
PLT : 315.109/L (normal: 100-300.109/L)
Ureum : 9 mg/dL (normal: 15-39 mg/dL)

PENUNJANG
Kreatinin: 0,9 mg/dL (normal: 0,9-1,3 mg/dL)
GDS : 106 mg/dL (normal: <200 mg/dL)
Natrium : 146,01 mmol/L (normal: 135-148 mmol/L)
Kalium : 4,07 mmol/L (normal: 3,5-5,3 mmol/L)
Chlorida : 105,23 mmol/L (normal: 98-110 mmol/L)
Calcium : 1,29 mmol/L (normal: 1,19-1,23 mmol/L)
Foto polos kepala AP LATERAL (20/10/2017):

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Kesan: tidak tampak kelainan


Diagnosis Neurologi:
Klinis : Kejang + Sindrom
Ekstrapiramidal

DIAGNOSIS
Topik : Korteks serebri

Etiologi : Epilepsi serangan


umum tipe tonik-klonik
dan intoksikasi
intipsikotik
Non Medikamentosa:
Pertolongan pertama
Jangan memasukan sesuatu ke dalam mulut pasien
Tidak perlu diusahakan mengekang gerakan kejang
Pasien harus dibiarkan untuk mengalami kejang
seperti seharusnya.

TERAPI Pasien harus dipindahkan ke tempat yang aman.


Posisikan setengah telungkup untuk membantu
pernafasan pasien
Jalan nafas harus diperiksa dan diawasi
Setelah suatu serangan pasien harus ditemani dan
diberi dukungan hingga fase bingung yang
menyertainya telah hilang seluruhnya dan pasien
memperoleh kembali keseimbangannya.
Medikamentosa:

IVFD RL 20 tpm
Injeksi Diazepam 1 ampul bolus

TERAPI pelan jika kejang


Injeksi ranitidine 2x1 ampul
Terapi lain teruskan
Haloperidol 2x5mg (ditunda)
THP 1x2mg (ditunda)
Merlopam 1x2mg (ditunda)
Depakote 1x250mg
Phenytoin 2x100 mg.
Masih terdapat serangan berulang, nyeri kepala berkurang, leher
S pasien terasa kaku, mual (+)

Kesadaran : GCS 15 (E:4, V:5, M:6)


Suhu : 36,4C
O Nadi : 80 x/m
Pernapasan : 20 x/m

FOLLOW-UP
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Status Neurologikus:
- Nn. Craniales : DBN

20-Oktober-2017
- Fungsi Motorik : DBN

Diagnosis Neurologi:
Klinis : Kejang + Sindrom Ekstrapiramidal
A
Topik : Korteks serebri

Etiologi : Epilepsi serangan umum tipe tonik-


klonik dan intoksikasi intipsikotik
Medikamentosa

P -IVFD RL 20 tpm
-Injeksi Diazepam 1 ampul bolus pelan jika kejang
-Drip Phenytoin 1 ampul
-Injeksi ranitidine 2x1 ampul
-Depakote 1x250mg

FOLLOW-UP
20-Oktober-2017
S Masih terdapat serangan berulang, nyeri kepala (-), leher kaku (-),
mual (-)
Kesadaran : GCS 15 (E:4, V:5, M:6)
Suhu : 36,4C
O Nadi : 78 x/m
Pernapasan : 20 x/m

FOLLOW-UP
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Status Neurologikus:
- Nn. Craniales : DBN
- Fungsi Motorik : DBN

21-Oktober-2017
Diagnosis Neurologi:
A Klinis : Kejang + Sindrom Ekstrapiramidal

Topik : Korteks serebri

Etiologi : Epilepsi serangan umum tipe tonik-


klonik dan intoksikasi intipsikotik
Medikamentosa
P
-IVFD RL 20 tpm
-Injeksi Diazepam 1 ampul bolus pelan jika kejang
-Drip Phenytoin 1 ampul
-Depakote 1x250mg

FOLLOW-UP
21-Oktober-2017
Tinjauan
Pustaka
Definisi
Definisi Epilepsi yaitu suatu keadaan
yg ditandai oleh bangkitan epilepsi
berulang, berselang lebih dari 24 jam
yg timbul tanpa provokasi.
Bangkitan epilepsi (epileptic seizure)
manifestasi klinik yg disebabkan
oleh aktivitas listrik otak yg abnormal
dan berlebihan dari sekelompok
neuron. Manifestasi klinik ini terjadi
secara tiba-tiba dan sementara
perubahan perilaku yg stereotipik, dpt
menimbulkan gangguan kesadaran,
motorik, sensorik, otonom, ataupun
psikik.
Epidemiologi
Insiden epilepsy di negara maju ditemukan sekitar
50/100.000. Di Negara berkembang mencapai 100/100.000.
30%nya terjadi pada usia muda kurang dari 18 tahun
Laki-laki umumnya sedikit lebih banyak daripada perempuan.
Insiden tertinggi terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
dan usia lanjut di atas 65 tahun.
Umumnya paling tinggi pada umur 20 tahun pertama,
menurun sampai umur 50 th dan meningkat lagi terkait
penyakit cerebrovascular
Etiologi
Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi 50% ,
umumnya mempunyai predisposisi genetic, awitan biasanya pada
usia >3tahun.

Epilepsi simptomatik : disebabkan oleh kelainan / lesi pada


susunan saraf pusat.

Epilepsy kriptogenik : dianggap simtomatik tetapi penyebabnya


belum diketahui (sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut dan
epilepsy mioklonik)
ILAE
CLASSIFICATION OF SEIZURES
Seizures

Partial Generalized

Simple Partial

Complex Partial

Secondarily Generalized
ILAE
CLASSIFICATION OF SEIZURES
Seizures

Partial Generalized

Absence

Myoclonic

Atonic

Tonic

Tonic-Clonic
Klasifikasi epilepsi
Berdasarkan tanda klinik
dan data EEG, kejang dibagi
menjadi :
kejang umum (generalized
seizure) jika aktivasi
terjadi pd kedua hemisfere
otak secara bersama-sama
kejang parsial/focal jika
dimulai dari daerah tertentu
dari otak
Kejang umum terbagi atas:
Tonic-clonic convulsion = grand mal
merupakan bentuk paling banyak
terjadi
pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur
bisa terjadi sianosis, ngompol, atau
menggigit lidah
terjadi beberapa menit, kemudian
diikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala atau tidur
Abscense attacks = petit mal
jenis yang jarang
umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala
terkulai
kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
Myoclonic seizure
biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
Atonic seizure
jarang terjadi
pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera recovered
Kejang parsial terbagi menjadi :
Simple partial seizures
pasien tidak kehilangan kesadaran
terjadi sentakan-sentakan pada
bagian tertentu dari tubuh
Complex partial seizures
pasien melakukan gerakan-gerakan
tak terkendali: gerakan mengunyah,
meringis, dll tanpa kesadaran
Patofisiologi
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara pengaruh
inhibisi dan eksitatori pada otak
terjadi karena :
Kurangnya transmisi inhibitori
Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
Meningkatnya aksi eksitatori
meningkatnya aksi glutamat atau
aspartat
EPILEPSY- A CRITICAL BALANCE

Na+ channel antagonists


Ca2+ channel antagonists
GABAA agonists
Glutamate receptor
Enhanced GABA levels
antagonists
K+ channels modulators
Fisiologi Normal
A. Bangkitan Parsial B. Bangkitan parsial berkembang
menjadi umum

C. Bangkitan Umum D. Lokasi Bangkitan


Diagnosis
Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami serangan
kejang secara berulang
Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari
gejala, diperlukan berbagai alat diagnostik :
EEG
CT-scan
MRI
Lain-lain

Neurology Department
Muhammad Akbar
Hasanuddin University
DIAGNOSIS EPILEPSI
PEDOMAN UMUM 3 langkah:
1. Memastikan apakah kejadian yg bersifat
parosksismal adalah mrpk bangkitan epilepsi
2. Apabila BENAR terdpt bangkitan epilepsi, tentukan
Tipe Bangkitan (klasifikasi ILAE 1981)
3. Tentukan Etiologi dan sindroma epilepsi, atau
penyakit epilepsi apa yg diderita pasien (klasifikasi
ILAE 1989)
DIAGNOSIS EPILEPSI Anamnesis (1)

a. Gejala sebelum, selama, dan pasca bangkitan


b. Ada tidaknya penyakit yg diderita yg mungkin
menjadi penyebab
c. Usia awitan, durasi, frekuensi, interval terpanjang
antar bangkitan
d. Riwayat epilepsi sebelumnya dan respons terhadap
terapi (dosis, kadar OAE, kombinasi terapi)
e. Riwayat epilepsi dlm keluarga
DIAGNOSIS EPILEPSI Anamnesis (2)

f. Riwayat keluarga dgn penyakit neurologik


lain, psikiatrik, atau sistemik
g. Riwayat saat dlm kandungan, kelahiran, dan
perkembangan bayi/anak.
h. Riwayat bangkitan neonatal/kejang demam
i. Riwayat trauma kepala, infeksi SSP, dll
DIAGNOSIS EPILEPSI Pemeriksaan Fisis

1. P. FISIS UMUM
Amati tanda2 gangguan yg berhub dgn epilepsi,
mis: trauma kepala, infeksi telinga, kongenital,
kecanduan alkohol, kelainan kulit
(neurofakomatosis), dll
2. P. FISIS NEUROLOGIS
Amati adanya gejala neurologik fokal atau difus,
Todds paralysis, dll
DIAGNOSIS EPILEPSI Pemeriksaan
Penunjang
1. EEG
Rekaman EEG paling berguna pada dugaan suatu
bangkitan.
EEG membantu menunjang diagnosis dan
penentuan jenis bangkitan maupun sindroma
epilepsi, dan kadang2 dpt membantu menentukan
prognosis dan penentuan perlu/tidaknya
pengobatan AED.
2. Brain Imaging: CT Scan kepala, MRI, PET, SPECT
3. Laboratorium
1 Time the
5 Stay calm and 4 Keep the area
3 Get help
seizure reassure safe

Put something Put them into the recovery


soft under
their head 2 6 position AFTER the shaking has
stopped
Prinsip pengobatan pada epilepsi

Monoterapi
Menurunkan potensi AE
Meningkatkan kepatuhan pasien
Hindari / minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif
Jika monoterapi gagal, dapat diberikan sedatif atau politerapi
Pemberian terapi sesuai dengan jenis epilepsinya
Mulai dengan dosis terkecil (dapat ditingkatkan sesuai dengan
kondisi pasien)
Prinsip pengobatan pada epilepsi

Variasi individual -- perlu pemantauan


Monitoring kadar obat dalam darah - penyesuaian dosis
Lama pengobatan tergantung jenis epilepsinya, kondisi pasien
dan kepatuhan pasien
Jangan menghentikan pengobatan secara tiba-tiba
(mendadak)
Sasaran Terapi
Mengontrol (mencegah dan mengurangi
frekuensi) supaya tidak terjadi kejang -
beraktivitas normal lagi
Meminimalisasi adverse effect of drug
Strategi Terapi
Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik syaraf
yang berlebihan melalui perubahan pada kanal ion atau
mengatur ketersediaan neurotransmitter
Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
Inaktivasi kanal Na menurunkan kemampuan syaraf untuk
menghantarkan muatan listrik
Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat

Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:


agonis reseptor GABA meningkatkan transmisi inhibitori dg
mengaktifkan kerja reseptor GABA contoh: benzodiazepin, barbiturat
menghambat GABA transaminase konsentrasi GABA meningkat
contoh: Vigabatrin
menghambat GABA transporter memperlama aksi GABA contoh:
Tiagabin
meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien
mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular pool
contoh: Gabapentin
Generalized
Partial Atypical
DRUG Tonic- Clonic/ Absence
Absence
Seizure Grand Mal

Carbamazepine Valproate
Drug of Ethosuximide
Phenytoin Carbamazepine Valproate
Choice Valproate
Valproate Phenytoin

Lamotrigine
Lamotrigine
Gabapentine Clonazepam
Topiramate
Topiramate Clonazepam Lamotrigine
Alternative Tiagabine
Primidone
Lamotrigine Topiramate
Phenobarbital
Primidone Felbamate
Phenobarbital
Penghentian OAE
Penghentian OAE didiskusikan dgn penyandang
epilepsi dan keluarganya setelah bebas bangkitan
minimal 2 tahun
Gambaran EEG normal
Harus dilakukan bertahap, umumnya 25% dari dosis
semula, setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan
Bila digunakan lebih dari 1 OAE, maka penghentian
dimulai dari 1 OAE yang bukan utama.
Tn. AL 21 tahun
Analisis Kasus
ANAMNESIS
KU: Tn. Ahmad Latiful, 21 tahun, Pasien saat ini juga sedang
mengalami episode kejang dengan mengkonsumsi obat antipsikotik
riwayat menderita kejang pertama pada selama 1 bulan yaitu Haloperidol 2 x
usia 10 tahun ketika pasien kelas 5 SD. 5mg perhari. Haloperidol adalah
kejang berulang-ulang sebanyak 2-3 kali antipsikotik yang dilaporkan sering
per hari yang berlangsung selama 15 men imbulkan efek neurologis yaitu
menit. gejala ekstrapiramidal berupa
merupakan kejang umum tonik-klonik. sindrom Parkinson. Dimana pada
Dimana pada kejang ini terjadi hilangnya
pasien ini ditemukan rigiditas, serta
kesadaran sehingga pasien terjatuh jika
gerakan rahang lateral. Sehingga
sebelumnya pada posisi berdiri. Pada saat
pada pasien ini, pengobatan
episode, dikatakan penderita
menghentak-hentakkan tangan dan kaki haloperidol ditunda terlebih dahulu.
yang mengarahkan pada jenis klonik.
Bangkitan umum tonik-klonik
Dapat didahului prodromal seperti jeritan, sentakan,
mioklonik
Pasien kehilangan kesadaran, kaku (fase tonik) selama 10
30 detik, diikuti gerakan kejang kelojotan pada kedua
lengan dan tungkai (fase klonik) selama 30 60 detik,
dapat disertai mulut berbusa
Setelah bangkitan berakhir, pasien menjadi lemas (fase
flaksid) dan tampak bingung
Pasien sering tidur setelah bangkitan selesai
Tonic-clonic seizures
A. Tonic phase B. Clonic phase C. Post-ictal
confusional fatigue
Incontinence Cyanosis
Epileptic cry

Clonic jerks of
Cyanosis Generalised stiffening Eyes Limbs and body limp
limbs, body
of body and limbs, blinking and head
back arched
Salivary
frothing
Gejala ekstrapiramidal antara lain:
Sindrom parkinson (tremor, bradikinesia, rigiditas/kaku,
hipersalivasi)

Akathisia dan distonia (kejang)

Diskinesia tardive (menjulurkan lidah, gerakan rahang lateral)

Sindrom neuroleptik maligna (demam, kekakuan otot, kesadaran


menurun).
Pasien dengan kejang umum tonik-klonik diberikan
terapi asam valproat atau lamotrigine sebagai terapi lini
pertama
Dapat diberikan fenitoin dengan dosis 300-600 mg/hari
per oral dibagi menjadi satu atau dua dosis.
Dengan pengobatan IVFD NaCl 20 tetes makro per menit,
Diazepam 10 mg intravena pelan bila kejang, Phenitoin
100 mg diencerkan dalam 20 cc NaCl 0,9 % secara intra
vena pelan dengan kecepatan 5 menit tiap 6 jam,
Diazepam oral 3 x 5 mg.
TERIMAKSIH ^_^

Anda mungkin juga menyukai