EPILEPSI
Weny Astika Dewi
G1A216089
PASIEN
Alamat : Desa Ladang Panjang
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
dan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Jambi
MASALAH No.
1.
2.
Masalah Aktif
konvulsi
Rigiditas
Tanggal
19-10-2017
19-10-2017
Masalah Pasif Tanggal
3. nausea 19-10-2017
Keluhan Utama:
Kejang-kejang sejak 2 hari SMRS
ANAMNESIS
atas, mulut mengeluarkan busa
dan lidah tergigit.
ANAMNESIS
baik pandangan maupun bicaranya terganggu, juga
tidak ada kelemahan anggota gerak.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat kejang ketika kelas 5
SD. Saat itu pasien hanya di obati dengan obat
kampung. 1 tahun yang lalu kejang mulai
muncul lagi dan menjadi lebih sering, namun
masih diobati dengan obat kampung. 1 bulan
yang lalu pasien dibawa ke RS jiwa untuk
ANAMNESIS berobat.
Riwayat Pengobatan:
1 bulan SMRS pasien sudah meminum obat-
obatan dari RS jiwa. Obat yang diminum pasien
antara lain: Haloperidol 2x5mg, THP 1x2mg,
Merlopam 1x2mg, Depakote 1x250mg, dan
Phenytoin 2x100 mg.
ANAMNESIS
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien setelah serangan kejang pada kelas 5 SD,
pasien tidak sekolah lagi karena keluarga takut
kejang pasien sering kambuh.
Keadaan Umum:
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesan gizi : Gizi cukup
PEMERIKSAAN
Tanda Vital:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86 kali/menit
FISIK
Respirasi : 21 kali/menit, pernapasan
reguler
Suhu : 36,6C
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 170 cm
BMI : 70 kg/1,702 m2= 24,22kg/m2
Status gizi : Normal
Status Generalis:
Kepala : normocephal
Mata : pupil bulat, isokor, 3
PEMERIKSAAN
mm/ 3 mm
THT : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
FISIK
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Nervi craniales : tidak ada kelainan (normal)
Tanda rangsang meningeal :
Kaku kuduk :-
Brudzinsky 1 :-
PEMERIKSAAN Brudzinsky 2
Brudzinsky 3
: -|-
: -|-
FISIK Brudzinsky 4
Laseque
: -|-
: >700 / >700
Kernig : >1350 / >1350
SARAF KRANIAL:
N. I (Olfactorius)
PEMERIKSAAN
Subjektif Dbn Dbn Dalam batas
normal
Objektif (dengan bahan) Dbn Dbn Dalam batas
FISIK
normal
N. II (Optikus)
Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan Dbn Dbn
Lapang pandang Dbn Dbn
Dalam batas
Pengenalan warna Dbn Dbn
normal
Funduskopi Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
SARAF KRANIAL:
N. III , IV VI (Okulomotoris, troklearis, abdusen)
PEMERIKSAAN
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola mata Normal Normal
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
FISIK
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endotalmus Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola mata ke
bawah-dalam normal Normal
Motorik
PEMERIKSAAN
Membuka mulut Normal
Mengunyah Normal
FISIK
Mengigit Normal
Sensibilitas Muka
Oftalmikus Normal Normal
Maksila Normal Normal
Mandibula Normal Normal
Reflek Kornea Normal Normal
SARAF KRANIAL:
N. VII (Facialis) Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Saat diam simetris simetris
PEMERIKSAAN
Mengernyitkan dahi Dbn Dbn
Senyum Dbn Dbn
memperlihatkan gigi Dbn Dbn
FISIK
Daya perasa 2/3
anterior lidah
N. VIII (Vestibulo-kokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran
Tuli konduktif (-) (-)
Dalam batas
Tuli sensorineural (-) (-)
normal
Vestibular (-) (-)
Nistagmus horizontal
SARAF KRANIAL:
N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri
Arkus faring Dbn Dbn
Daya perasa 2/3 posterior lidah Dbn Dbn
PEMERIKSAAN N. X (Vagus)
FISIK
Kanan Kiri Keterangan
Arkus faring Dbn Dbn Dalam
Disfonia Dbn Dbn batas
Refleks muntah Dbn Dbn normal
SARAF KRANIAL:
N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Menoleh Dbn Dbn
PEMERIKSAAN
Dalam batas
Mengangkat Dbn Dbn
normal
bahu Eutrofi Eutrofi
Trofi
Ekstremitas atas
Kekuatan 5 5
PEMERIKSAAN
Tonus N N
Trofi Eu Eu
Ger. Involunter (-) (-)
PEMERIKSAAN
Sensasi Kanan Kiri Keterangan
FISIK
Nyeri Dbn Dbn
Suhu Dbn Dbn
Propioseptif Dbn Dbn
Gerakan-gerakan Abnormal:
Tremor : (-)
Athetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Keseimbangan:
Pemeriksaan Kanan Kiri
FISIK
Disdiadokokinesia Dbn Dbn
Test telunjuk-hidung Dbn Dbn
Test jari-jari Dbn Dbn
Romberg test dipertajam Dbn Dbn
Tes tandem gait Dbn Dbn
Sistem Otonom:
Berkemih : Tidak ada keluhan
Defekasi : Tidak ada keluhan
Keringat : Tidak ada keluhan
Laboratorium (19/10/2017):
WBC : 12,24.109/L (normal: 4-10.109/L)
HGB : 13,8 g/dL (normal: 11-16 g/dL)
PEMERIKSAAN
HCT : 42,4% (normal: 35-50%)
PLT : 315.109/L (normal: 100-300.109/L)
Ureum : 9 mg/dL (normal: 15-39 mg/dL)
PENUNJANG
Kreatinin: 0,9 mg/dL (normal: 0,9-1,3 mg/dL)
GDS : 106 mg/dL (normal: <200 mg/dL)
Natrium : 146,01 mmol/L (normal: 135-148 mmol/L)
Kalium : 4,07 mmol/L (normal: 3,5-5,3 mmol/L)
Chlorida : 105,23 mmol/L (normal: 98-110 mmol/L)
Calcium : 1,29 mmol/L (normal: 1,19-1,23 mmol/L)
Foto polos kepala AP LATERAL (20/10/2017):
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
DIAGNOSIS
Topik : Korteks serebri
IVFD RL 20 tpm
Injeksi Diazepam 1 ampul bolus
FOLLOW-UP
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Status Neurologikus:
- Nn. Craniales : DBN
20-Oktober-2017
- Fungsi Motorik : DBN
Diagnosis Neurologi:
Klinis : Kejang + Sindrom Ekstrapiramidal
A
Topik : Korteks serebri
P -IVFD RL 20 tpm
-Injeksi Diazepam 1 ampul bolus pelan jika kejang
-Drip Phenytoin 1 ampul
-Injeksi ranitidine 2x1 ampul
-Depakote 1x250mg
FOLLOW-UP
20-Oktober-2017
S Masih terdapat serangan berulang, nyeri kepala (-), leher kaku (-),
mual (-)
Kesadaran : GCS 15 (E:4, V:5, M:6)
Suhu : 36,4C
O Nadi : 78 x/m
Pernapasan : 20 x/m
FOLLOW-UP
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Status Neurologikus:
- Nn. Craniales : DBN
- Fungsi Motorik : DBN
21-Oktober-2017
Diagnosis Neurologi:
A Klinis : Kejang + Sindrom Ekstrapiramidal
FOLLOW-UP
21-Oktober-2017
Tinjauan
Pustaka
Definisi
Definisi Epilepsi yaitu suatu keadaan
yg ditandai oleh bangkitan epilepsi
berulang, berselang lebih dari 24 jam
yg timbul tanpa provokasi.
Bangkitan epilepsi (epileptic seizure)
manifestasi klinik yg disebabkan
oleh aktivitas listrik otak yg abnormal
dan berlebihan dari sekelompok
neuron. Manifestasi klinik ini terjadi
secara tiba-tiba dan sementara
perubahan perilaku yg stereotipik, dpt
menimbulkan gangguan kesadaran,
motorik, sensorik, otonom, ataupun
psikik.
Epidemiologi
Insiden epilepsy di negara maju ditemukan sekitar
50/100.000. Di Negara berkembang mencapai 100/100.000.
30%nya terjadi pada usia muda kurang dari 18 tahun
Laki-laki umumnya sedikit lebih banyak daripada perempuan.
Insiden tertinggi terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
dan usia lanjut di atas 65 tahun.
Umumnya paling tinggi pada umur 20 tahun pertama,
menurun sampai umur 50 th dan meningkat lagi terkait
penyakit cerebrovascular
Etiologi
Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi 50% ,
umumnya mempunyai predisposisi genetic, awitan biasanya pada
usia >3tahun.
Partial Generalized
Simple Partial
Complex Partial
Secondarily Generalized
ILAE
CLASSIFICATION OF SEIZURES
Seizures
Partial Generalized
Absence
Myoclonic
Atonic
Tonic
Tonic-Clonic
Klasifikasi epilepsi
Berdasarkan tanda klinik
dan data EEG, kejang dibagi
menjadi :
kejang umum (generalized
seizure) jika aktivasi
terjadi pd kedua hemisfere
otak secara bersama-sama
kejang parsial/focal jika
dimulai dari daerah tertentu
dari otak
Kejang umum terbagi atas:
Tonic-clonic convulsion = grand mal
merupakan bentuk paling banyak
terjadi
pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur
bisa terjadi sianosis, ngompol, atau
menggigit lidah
terjadi beberapa menit, kemudian
diikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala atau tidur
Abscense attacks = petit mal
jenis yang jarang
umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala
terkulai
kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
Myoclonic seizure
biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
Atonic seizure
jarang terjadi
pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera recovered
Kejang parsial terbagi menjadi :
Simple partial seizures
pasien tidak kehilangan kesadaran
terjadi sentakan-sentakan pada
bagian tertentu dari tubuh
Complex partial seizures
pasien melakukan gerakan-gerakan
tak terkendali: gerakan mengunyah,
meringis, dll tanpa kesadaran
Patofisiologi
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara pengaruh
inhibisi dan eksitatori pada otak
terjadi karena :
Kurangnya transmisi inhibitori
Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
Meningkatnya aksi eksitatori
meningkatnya aksi glutamat atau
aspartat
EPILEPSY- A CRITICAL BALANCE
Neurology Department
Muhammad Akbar
Hasanuddin University
DIAGNOSIS EPILEPSI
PEDOMAN UMUM 3 langkah:
1. Memastikan apakah kejadian yg bersifat
parosksismal adalah mrpk bangkitan epilepsi
2. Apabila BENAR terdpt bangkitan epilepsi, tentukan
Tipe Bangkitan (klasifikasi ILAE 1981)
3. Tentukan Etiologi dan sindroma epilepsi, atau
penyakit epilepsi apa yg diderita pasien (klasifikasi
ILAE 1989)
DIAGNOSIS EPILEPSI Anamnesis (1)
1. P. FISIS UMUM
Amati tanda2 gangguan yg berhub dgn epilepsi,
mis: trauma kepala, infeksi telinga, kongenital,
kecanduan alkohol, kelainan kulit
(neurofakomatosis), dll
2. P. FISIS NEUROLOGIS
Amati adanya gejala neurologik fokal atau difus,
Todds paralysis, dll
DIAGNOSIS EPILEPSI Pemeriksaan
Penunjang
1. EEG
Rekaman EEG paling berguna pada dugaan suatu
bangkitan.
EEG membantu menunjang diagnosis dan
penentuan jenis bangkitan maupun sindroma
epilepsi, dan kadang2 dpt membantu menentukan
prognosis dan penentuan perlu/tidaknya
pengobatan AED.
2. Brain Imaging: CT Scan kepala, MRI, PET, SPECT
3. Laboratorium
1 Time the
5 Stay calm and 4 Keep the area
3 Get help
seizure reassure safe
Monoterapi
Menurunkan potensi AE
Meningkatkan kepatuhan pasien
Hindari / minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif
Jika monoterapi gagal, dapat diberikan sedatif atau politerapi
Pemberian terapi sesuai dengan jenis epilepsinya
Mulai dengan dosis terkecil (dapat ditingkatkan sesuai dengan
kondisi pasien)
Prinsip pengobatan pada epilepsi
Carbamazepine Valproate
Drug of Ethosuximide
Phenytoin Carbamazepine Valproate
Choice Valproate
Valproate Phenytoin
Lamotrigine
Lamotrigine
Gabapentine Clonazepam
Topiramate
Topiramate Clonazepam Lamotrigine
Alternative Tiagabine
Primidone
Lamotrigine Topiramate
Phenobarbital
Primidone Felbamate
Phenobarbital
Penghentian OAE
Penghentian OAE didiskusikan dgn penyandang
epilepsi dan keluarganya setelah bebas bangkitan
minimal 2 tahun
Gambaran EEG normal
Harus dilakukan bertahap, umumnya 25% dari dosis
semula, setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan
Bila digunakan lebih dari 1 OAE, maka penghentian
dimulai dari 1 OAE yang bukan utama.
Tn. AL 21 tahun
Analisis Kasus
ANAMNESIS
KU: Tn. Ahmad Latiful, 21 tahun, Pasien saat ini juga sedang
mengalami episode kejang dengan mengkonsumsi obat antipsikotik
riwayat menderita kejang pertama pada selama 1 bulan yaitu Haloperidol 2 x
usia 10 tahun ketika pasien kelas 5 SD. 5mg perhari. Haloperidol adalah
kejang berulang-ulang sebanyak 2-3 kali antipsikotik yang dilaporkan sering
per hari yang berlangsung selama 15 men imbulkan efek neurologis yaitu
menit. gejala ekstrapiramidal berupa
merupakan kejang umum tonik-klonik. sindrom Parkinson. Dimana pada
Dimana pada kejang ini terjadi hilangnya
pasien ini ditemukan rigiditas, serta
kesadaran sehingga pasien terjatuh jika
gerakan rahang lateral. Sehingga
sebelumnya pada posisi berdiri. Pada saat
pada pasien ini, pengobatan
episode, dikatakan penderita
menghentak-hentakkan tangan dan kaki haloperidol ditunda terlebih dahulu.
yang mengarahkan pada jenis klonik.
Bangkitan umum tonik-klonik
Dapat didahului prodromal seperti jeritan, sentakan,
mioklonik
Pasien kehilangan kesadaran, kaku (fase tonik) selama 10
30 detik, diikuti gerakan kejang kelojotan pada kedua
lengan dan tungkai (fase klonik) selama 30 60 detik,
dapat disertai mulut berbusa
Setelah bangkitan berakhir, pasien menjadi lemas (fase
flaksid) dan tampak bingung
Pasien sering tidur setelah bangkitan selesai
Tonic-clonic seizures
A. Tonic phase B. Clonic phase C. Post-ictal
confusional fatigue
Incontinence Cyanosis
Epileptic cry
Clonic jerks of
Cyanosis Generalised stiffening Eyes Limbs and body limp
limbs, body
of body and limbs, blinking and head
back arched
Salivary
frothing
Gejala ekstrapiramidal antara lain:
Sindrom parkinson (tremor, bradikinesia, rigiditas/kaku,
hipersalivasi)