Anda di halaman 1dari 21

PERITONITIS

Oleh :
H. Djadjat A. Sobari, Dr., Sp B., FInaCS.

SMF Bedah RSUD Gunung Jati Cirebon


Definisi
Peritonitis adalah proses inflamasi pada peritoneum.
Peritoneum adalah suatu membran serosa yang melapisi dinding
abdomen hingga pelvik dan berfungsi melindungi organ-organ di
dalamnya.
Peritonitis termasuk kasus gawat abdomen dan biasanya memerlukan
tindakan bedah.
Keputusan untuk mengambil tindak bedah harus segera diambil karena
setiap keterlambatan akan menimbulkan penyulit yang berakibat
meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Gerakan peristaltik usus akan
menghilang dan cairan tertahan di usus halus dan usus besar. Cairan
juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam rongga
peritoneum.
Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elektrolit.
Selanjutnya dapat terjadi komplikasi utama seperti kegagalan paru-
paru, ginjal, hati dan bekuan darah yang menyebar
Klasifikasi
Peritonitis Primer
Peritonitis primer atau peritonitis spontan terjadi melalui penyebaran limfatik
dan hematogen. Kejadiannya jarang dan angka insidensinya kurang dari 1 % dari
seluruh angka kejadian peritonitis. Paling umum terjadi peritonitis primer adalah
peritonitis bakterial spontan akibat penyakit liver menahun yang dikarenakan
adanya asites sehingga menyebar melalui aliran limfatik.
Peritonitis Sekunder
Peritonitis Sekunder terjadi akibat proses patologik yang terjadi dalam abdomen.
Peritonitis ini tipe yang paling sering terjadi. Berbagai macam jalur patologis
dapat berakibat terjadinya peritonitis sekunder. Yang paling sering
mengakibatkan terjadinya tipe ini termasuk perforasi apendisitis, perforasi
infeksi lambung dan usus, perforasi usus besar akibat divertikulitis, volvulus,
kanker, dan lain-lain. Penyebab peritonitis sekunder diantaranya dirangkum
dalam Tabel 1.
Peritonitis Tersier
Peritonitis tersier adalah peritonitis yang sudah ditangani lewat operasi tetapi
mengalami kekambuhan kembali.
Table 1 : Penyebab Peritonitis Sekunder
Causes
Source Regions

Malignancy
Esophagus Trauma (mostly penetrating)
Iatrogenic*

Peptic ulcer perforation


Malignancy (eg, adenocarcinoma, lymphoma, gastrointestinal stromal
Stomach tumor)
Trauma (mostly penetrating)
Iatrogenic*
Peptic ulcer perforation
Duodenum Trauma (blunt and penetrating)
Iatrogenic*

Cholecystitis
Stone perforation from gallbladder (ie, gallstone ileus) or common duct
Malignancy
Biliary tract
Choledochal cyst (rare)
Trauma (mostly penetrating)
Iatrogenic*
Pancreatitis (eg, alcohol, drugs, gallstones)
Pancreas Trauma (blunt and penetrating)
Iatrogenic*
Ischemic bowel
Incarcerated hernia (internal and external)
Closed loop obstruction
Small bowel Crohn disease
Malignancy (rare)
Meckel diverticulum
Trauma (mostly penetrating)
Ischemic bowel
Diverticulitis
Malignancy
Ulcerative colitis and Crohn disease
Large bowel and appendix
Appendicitis
Colonic volvulus
Trauma (mostly penetrating)
Iatrogenic
Pelvic inflammatory disease (eg, salpingo-oophoritis, tubo-ovarian abscess,
ovarian cyst)
Uterus, salpinx, and ovaries
Malignancy (rare)
Trauma (uncommon)

*Trauma iatrogenik diantaranya dikarenakan prosedur endoskopi, post operasi terjadi anastomosis dan
luka pada usus, mungkin dikarenakan efek mekanik atau termal atau adanya kebocoran hingga
menimbulkan adhesi dan lainnya.
Patofisiologi
Peritoneum adalah suatu membran serosa yang terdiri
dari sel mesothelial yang melapisi dinding abdomen
hingga pelvik dan berfungsi untuk melindungi organ-
organ intra abdominal.
Peritoneum mempunyai flora normal.
Bila terjadi suatu proses patologis, apakah itu
pertambahan jumlah kuman, masuknya kuman baru
yang invasif dan jumlah melebihi 105, atau sistem
imun tubuh yang kurang atau lemah, maka
keseimbangan akan terganggu dan muncul reaksi tubuh
seperti proses inflamasi dan bila tidak tertangani akan
jatuh ke dalam infeksi.
Etiologi dari peritonitis bermacam-macam, diantaranya
dirangkum dalam tabel 2.
Pada keadaan normal, volume intra peritoneum adalah
kurang dari 50 mL. Peritoneum terbagi menjadi dua
lapis yaitu peritoneum parietal dan peritoneum viseral.
Tabel 2. Etiologi
Peritonitis Primer, Sekunder, dan Tersier
Etiologic Organisms
Peritonitis Antibiotic Therapy
(Type) (Suggested)
Class Type of Organism

E coli (40%)
K pneumoniae (7%)
Pseudomonas
species (5%)
Proteus species
(5%) Third-generation
Primary Gram-negative
Streptococcus cephalosporin
species (15%)
Staphylococcus
species (3%)
Anaerobic species
(<5%)
E coli
Enterobacter
Gram-negative species
Klebsiella species Second-generation
Proteus species cephalosporin
Streptococcus Third-generation
species cephalosporin
Gram-positive
Enterococcus Penicillins with
species anaerobic activity
Secondary
Bacteroides fragilis Quinolones with
Other Bacteroides anaerobic activity
species Quinolone and
Eubacterium metronidazole
Anaerobic species Aminoglycoside and
Clostridium species metronidazole
Anaerobic
Streptococcus
species
Second-generation cephalosporin
Third-generation cephalosporin
Penicillins with anaerobic
activity
Quinolones with anaerobic
activity
Enterobacter species
Quinolone and metronidazole
Tertiary Gram-negative Pseudomonas species
Aminoglycoside and
Enterococcus species
metronidazole
Carbapenems
Triazoles or amphotericin
(considered in fungal etiology)
(Alter therapy based on culture
results.)
Diagnosis :

Anamnesis:
Keluhan nyeri seluruh perut (akut abdomen)
Keluhan perubahan kesadaran
Demam
Anoreksia, vomitus, perut kembung, tidak bisa
b.a.b., flatus.
Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital : Kesadaran menurun, Tekanan
darah(MAP) , takipneu, takikardi,
subfebris/febris.
Diagnosis :
Thoraks: dapat ditemukan tanda-tanda
pneumoni, empyema.
Abdomen: distensi abdomen, nyeri tekan,
nyeri lepas, defance musculair, tanda-
tanda ileus paralitik : bising usus
menurun.
Colok Dubur: Sphincter lemah, nyeri
tekan.
Produksi urin berkurang.
Diagnosis :
Pemeriksaan Laboratorium :
Hemoglobin : Mungkin anemi
Leukositosis/ Leukopeni.
Komplikasi : Ureum, kreatinin, gula darah,
Natrium, Kalium, AGD.
Kultur : cairan peritoneum/ pus
(abses/peritonitis tersier).
Diagnostik pencitraan :
Foto 3 posisi: Free air, dilatasi, preperitoneal fat
(-).
CT-Scan,USG = koleksi cairan (abses).
Terapi Peritonitis Sekunder (Akut)

Operasi untuk mengontrol sumber primer


kontaminasi bakteri
Terapi suportif: oksigen, dekompresi,
resusitasi cairan dan elektrolit.
Antibiotika : Spektrum luas : gram positif,
negatif, dan anaerob.
Surveillance infeksi residual
Terapi Empirik pada Peritonitis Akut

Antibiotics choice Dosing/d

Single drug
Cefotixin 8-16 g
Cefotetan 4g
Ceftizoxime 4-6 g
Ampicillin/sulbactam 12-18 g
Ticarcillin/clavulanate 12.4-18.6 g
Terapi Empirik pada Peritonitis Akut

Double drug
Gentamicin + 5 mg/kg
Clindamycin or 2.4-3.6 g
Metronidazole 2g
Triple drug
Gentamicin + 2.4 - 3.6 g
Clindamycin or 2g
Metronidazole 4-6 g
Laparotomi untuk Peritonitis Akut

Disertai pembilasan sebersih


mungkin
Debridement radikal
Penutupan sumber kontaminasi :
simple closure, diversi, reseksi +
reanastomosis.
Lavase peritoneal pasca bedah
Luka abdomen terbuka
Staged laparotomy
Etappen lavage
Prinsip Laparotomi
Prinsip I : Repair
Kontrol sumber infeksi

Principle 2: Purge
Evakuasi inokulasi bakteri , pus, dan
adjuvants (peritoneal toilet)
Prinsip Laparotomi

Prinsip 3: Dekompresi
Terapi abdominal compartment syndrome

Prinsip 4 : Kontrol
Pencegahan & terapi infeski yg.
persisten/rekuren atau pembuktian repair
& purge
Prognosis
Prognosis dari peritonitis tergantung dari berapa
lamanya proses peritonitis sudah terjadi.
Semakin lama orang dalam keadaan peritonitis
akan mempunyai prognosis yang makin buruk.
Pembagian prognosis dapat dibagi menjadi tiga,
tergantung lamanya peritonitis, yaitu :
Kurang dari 24 jam : prognosisnya > 90 %
24 48 Jam : prognosisnya 60 %
> 48 jam : prognosisnya 20 %
Adanya beberapa faktor juga dapat memperparah prognosis
suatu peritonitis, diantaranya adalah adanya penyakit penyerta,
usia, dan adanya komplikasi.
The man who says he never has
time is the laziest man

lichterberg

Anda mungkin juga menyukai