Lapsus
Lapsus
Oleh :
Raihana Zahra Ichsani (201620401011093)
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini, alergi (-), asma (-)
RSos:
BCG 1 0 bulan
Imunisasi tambahan -
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Tengkurap : 3 bulan
Duduk dengan bantuan : 5 bulan
Gigi keluar : 7 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 12 bulan
Bicara : 19 bulan.
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : Kompos mentis, GCS 456
Tanda vital :
Tekanan Darah: 100/80
Nadi : 84x/ menit, regular
RR : 22 x/ menit
Suhu : 38,5 C
BB : 25 kg
Kepala dan leher
Anemis (-), ikterik (-), cyanosis (-), dypsneu (-), lidah kotor (-),
faring hiperemis (-)
Thorax
Simetris
Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler(+) / vesikuler(+), ronchi (-), wheezing (-) ,
Abdomen
Abdomen : soefl, distensi abdomen(-), nyeri epigastrium (+)
Hepar/Lien : Hepar dan lien teraba normal
Bising usus : (+) dbn
Ekstremitas
Akral hangat kering merah, CRT < 2
Riwayat terapi di IGD
Infus Ringer Laktat Ekstra 250 cc 1250/24 jam 17 tpm
Injeksi Santagesik 3x250 mg
Injeksi Ranitidin 2x25mg
PEMERIKSAAN SAAT DI RUANGAN (21 Nov 2017 ) 22.10
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : Composmentis
GCS : 456
Tanda vital :
Tekanan Darah: 100/80mmHg
Nadi : 100 x/menit, regular
RR : 20 x/ menit
Suhu : 37,8 C
BB / TB : 25 kg/143 cm
Kepala/Leher
Bentuk dan ukuran : Normocephali
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, edema palpebral (-), Cowong -/-,
Telinga : otorea ()
Hidung : rhinorea ()
Mulut : Pucat (-), sianosis (-), mukosa bibir kering (+), faring
Jantung
Inspeksi : iktus cordis (-)
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi : redup, batas jantung kiri terdapat pada ICS V midclavicula
linesinistra, batas jantung kanan terdapat pada ICS IV parasternal dextra,
batas jantung atas terdapat pada ICS III parasternal line sinistra
Auskultasi : S1-S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Flat, distended (-), darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium, turgor kulit baik, hepar
teraba tidak membesar
Perkusi : timpani(+)
Ekstremitas
Akral hangat, kering, merah, CRT < 2 detik, edema -/-, Rumple leed test
(+) ditemukan 15 ptekie dalam lingkaran dengan diameter 3 cm di
bagian volar lengan bawah dekat fossa cubiti.
PARAMETER NILAI
WBC 3,2 x 103 ul
MCV 72 fl
MCH 24,5 pg
MCHC 34,1 g/dl
PLT (Platelet) 62.000 / ul
LYMPH 20,0 %
EOS 0,5 %
BAS 0,8 %
LED 18
Clue and Cue Problem List Initial Diagnosis
DL serial
UL
IgM anti dengue dan IgG anti dengue
Foto thorax
TERAPI
MRS
Infus RL 1600 cc/24 jam kenaikan suhu 10 ditambah 12,5%
1800 cc/24 jam
Injeksi ranitidin 2x ampul
Injeksi ceftazidime 3 x 2/3 gr
Episan 3x1 cth
Paracetamol 3x500 mg
MONITORING
Monitoring keluhan (demam, nyeri kepala, mual, nyeri perut,
BAB, BAK)
Vital Sign (frekuensi nadi, frekuensi nafas, tekanan darah, dan
suhu)
Darah Lengkap ( Hb, HCT, Trombosit, leukosit, LED)
EDUKASI
Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit pasien, bahaya
penyakit, indikasi MRS, pemeriksaan penunjang yang akan
dilakukan, terapi yang akan diberikan.
Mengedukasi pada keluarga pasien, tentang tindakan yang harus
dilakukan untuk pencegahan demam berdarah.
TABEL FOLLOW UP PASIEN
PEMBAHASAN
Selasa, 21 November 2017, pukul 19.50 seorang anak perempuan bernama An. SN, berusia 10 tahun 3 bulan
Pasien mengalami Dengue fever dengan manifestasi perdarahan dan dengan diagnosis
diferensial DHF. Perbedaan utama DF dan DHF adalah pada DHF ditemukan adanya
kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit >20% atau penurunan
hematokrit >20% setelah diberi terapi cairan dibandingkan nilai hematokrit sebelumnya.
Pada pasien ini sementara mengarah pada diagnosis demam dengue dd demam berdarah
dengue, karena belum ada pemeriksaan fisik maupun laboratorium terhadap pasien.
Berdasarkan pedoman WHO tahun 2009, demam dengue
(Dengue Fever) ditegakkan jika ditemukan demam akut 2 hari
dengan manifestasi berupa nyeri kepala, nyeri retroorbital,
myalgia, arthralgia, mual, nyeri ulu hati, ruam dan adanya
maniifestasi perdarahan, penderita berada pada lokasi dan
waktu yang sama dengan kasus demam dengue lain yang telah
terbukti (IDAI Jatim, 2013).
Pmx fisik : Menurut WHO 2009, diagnosis DHF ditegakkan
KU cukup, CM, GCS 4-5-6 berdasarkan anamnesis yaitu demam atau riwayat
demam akut selama 2-7 hari, biasanya bifasik, disertai
Suhu 38,5C, nadi 84 kali/menit, RR 22 kali/menit, dengan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab
sebagai berikut (IDAI Jatim, 2013) :
TD 100/80 mmHg
Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan yaitu :
Pmx Head to toe nyeri kepala, nyeri perut Uji torniket (rumple leed test) positif
Petechiae, ekimosis, atau purpura
Pmx rumple leed test 15 ptekie dalam lingkaran
Perdarahan mukosa, atau purpura
dengan diameter 3 cm di bagian volar lengan bawah Perdarahan mukosa, saluran cerna, tempat
suntikan, atau lokasi lain
dekat fossa cubiti rumple leed test (+)
Hematemesis atau melena
Pmx lab DL (21 November 2017) Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ml)
Trombositopenia (Trombosit : 62.000/uL) Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma :
Peningkatan hematokrit 20% dibandingkan
Peningkatan hematokrit yang diketahui dari hasil lab standar sesuai umur, jenis kelamin, dan populasi
Penurunan hematokrit 20% setelah mendapat
tanggal 22 November 2017 Hematocrit: 36,9% dan
terapi cairan, dibandingkan dengan nilai
tanggal 23 November 2017 hematokrit meningkat hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma : efusi pleura, asites,
menjadi 44,2%.
hipoproteinemia
Virus dengue yang berkembang dalam tubuh
manusia akan merangsang komunikasi antar
sel. Sel antigen precenting cell (APC) sebagai sel
penyaji peptida virus melalui MHC, sel T melalui
ligan dan mediatornya akan mengaktivasi sel B,
sehingga sel B memproduksi imunoglobulin/
antibodi.
Makrofag yang teraktivasi akan mensekresi TNF, IL1,IL-6 dan
histamin (mediator inflamasi). Akibat rangsangan dari ikatan
virus antibodi komplek dan tersekresi berbagai mediator yang
berlebihan komplemen teraktivasi secara berjenjang
(cascade) membentuk C3a dan C5a (komplemen anafi latoksin).
Ikatan virus-antibodi komplek, sitokin, komplemen C3a dan C5a
peningkatan permeabilitas kapiler berpengaruh terhadap
sel endotel endotel yang terganggu dapat mengeluarkan
bahan-bahan vasoaktif kuat prostasiklin, platelet activating
factor(PAF), factor plasminogen dan interleukin 1 yang
bermanifestasi pada terjadinya syok. Disamping itu gangguan
pada endotel akan menimbulkan agregasi trombosit serta
aktivasi koagulasi (Kurane, 2007).
Penurunan jumlah trombosit, didapatkan
bahwa jumlah trombosit pada pasien mulai
Pada pengamatan mengenai penurunan menurun pada awal fase demam, yaitu hari
jumlah trombosit, didapatkan bahwa jumlah sakit ke-3. Jumlah trombosit terus menurun
trombosit pada pasien mulai menurun pada hingga mengalami trombositopenia mulai hari
awal fase demam. Jumlah trombosit terus ke 4 demam dan mencapai titik terendah pada
mencapai titik terendah pada hari ke 4 kemudian akan mulai meningkat pada hari ke
Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan dilakukan bila pasien terus-
menerus muntah sehingga tidak mungkin diberi makanan per-oral atau didapatkan nilai
hematokrit yang bertendensi terus meningkat (>20 vol%). Jenis cairan yang digunakan
adalah ringer laktat yang mengandung Na 130 mEq/L, K 4 mEq/L, korektor basa 28 mEq/L,
Cl 109 mEq/L dan Ca 3 mEq/L.
Apabila cairan intravena dijadikan pilihan terapi, maka dikenal formula untuk
memenuhi cairan rumatan yaitu formula Holiday-Segar :
BB : 10 kg , Jumlah cairan : 100 per kg BB
10-20 kg 1000 + (BB-10)x 50 ml/hr
> 20 kg 1500 + (BB- 20)x 20 ml/hr
Setiap 1o C diatas temperatur normal ditambah cairan 12,5% dari kebutuhan.
Keluhan lain yaitu nyeri perut dan mual maka diberi obat ranitidin termasuk golongan antagonis reseptor
histamin H2 dan obat sucralfat termasuk golongan sitoprotektif.
Dilakukan monitoring secara seksama di RS dengan melakukan observasi tiap 4-6 jam, dengan mencari
apakah ada tanda-tanda kebocoran plasma atau tidak.
Pada follow up hari ke-2 TD Follow up hari ke-3 keadaan umum Hari ke-4 keadaan umum pasien
110/80, N:96x/mnt, RR : pasien sudah baik, tidak didapatkan sudah baik, tidak didapatkan
22x/mnt, suhu 37,60C, demam suhu 36,4 C, TD : 100/80, demam suhu 36,9 C, TD :
periorbital edema (-), N : 92x/mnt, RR : 24x/mnt, 100/70, N : 100x/mnt, RR :
hepatomegali (-), hasil lab periorbittal edema (+), 20x/mnt, periorbital edema (+),
hct menurun 2% terapi hepatomegali (+), hasil labnya hct hepatomegali (+), hasil lab hct
cairan yang diberikan meningkat 7,3% sehingga cairan kembali turun 2,2% sehingga
diturunkan menjadi 1800cc yang diberikan ditambahkan defisit cairan yang diberikan dikurangi
2% = 1760 cc/24 jam, 7,3% 1760 cc + 7,3% = 1900 1900 cc-2,2% 1860 cc/24
nyeri kepala (+) paracetamol cc/24 jam, nyeri kepala (+) terapi jam, nyeri kepala (-), nyeri perut
tetap diberikan, nyeri perut santagesik, nyeri perut (+) nafsu (+), nafsu makan mulai
terapi sucralfat dan makan masih kurang, terapi tetap membaik, terapi tetap
ondansentron. dilanjutkan. dilanjutkan.
Hari terakhir pasien di rumah sakit, keadaan sudah baik,
nafsu makan baik, tidak pernah demam kembali, dan
tidak ada keluhan. Berdasarkan pemeriksaan
laboratorium juga didapatkan hasil trombosit sudah
meningkat di atas 50.000.