Anda di halaman 1dari 31

Adani Ardhanareswari 01

Alifah Putri Adzhani 02


Pratama Ainur Rizky 25
PEMBERONTAKAN PKI
MADIUN 1948

PEMBERONTAKAN PKI
MADIUN 1948

PERISTIWA Madiun (Madiun Affairs) adalah sebuah konflik
kekerasan atau situasi chaos yang terjadi di Jawa Timur bulan
September Desember 1948. Peristiwa ini diawali dengan
diproklamasikannya negara Soviet Republik Indonesia pada
tanggal 18 September 1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh
Partai Komunis Indonesia dengan didukung pula oleh Menteri
Pertahanan saat itu, Amir Sjarifuddin.

Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa ini dinamakan
Peristiwa Madiun (Madiun Affairs), dan tidak pernah disebut
sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Baru di era
Orde Baru peristiwa ini mulai dinamakan pemberontakan PKI.
PEMBERONTAKAN PKI
MADIUN 1948

Bersamaan dengan itu terjadi penculikan tokoh-tokoh masyarakat
yang ada di Madiun, baik itu tokoh sipil maupun militer di
pemerintahan ataupun tokoh-tokoh masyarakat dan agama.

Masih ada kontroversi mengenai peristiwa ini. Sejumlah pihak


merasa tuduhan bahwa PKI yang mendalangi peristiwa ini
sebetulnya adalah rekayasa pemerintah Orde Baru (dan sebagian
pelaku Orde Lama).
Akhir konflik

Kekuatan pasukan pendukung Musso digempur dari 2 arah: Dari barat
oleh pasukan Divisi II di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto & pasukan
dari Divisi Siliwangi, sedangkan dari timur diserang oleh pasukan dari Divisi
I, di bawah pimpinan Kolonel Sungkono & pasukan Mobiele Brigade Besar
(MBB) Jawa Timur, di bawah pimpinan M. Yasin.

Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya.


Pasukan Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang
dari arah barat, bertemu di Hotel Merdeka di Madiun. Namun pimpinan
kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung mereka, lolos dan
melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat segera ditangkap.

Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan
pendukung Musso tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan
kelompok kiri, termasuk Mr. Amir Syarifuddin Harahap, mantan Perdana
Menteri RI, dieksekusi pada 20 Desember 1948, atas perintah Kol. Gatot
Subroto.
GERAKAN DARUL ISLAM/
TENTARA ISLAM INDONESIA
(di/TII)

(di/TII)

Latar Belakang dan Tujuan Pemberontakan DI/TII

Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik


Indonesia sebagai sebuah Negara yang menerapkan dasar
Agama Islam sebagai dasar Negara. Dalam proklamasinya
tertulis bahwa Hukum yang berlaku di Negara Islam
Indonesia adalah Hukum Islam atau lebih jelasnya lagi, di
dalam undang-undang tertulis bahwa Negara Berdasarkan
Islam dan Hukum tertinggi adalah Al Quran dan Hadist.
Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) menyatakan dengan
tegas bahwa kewajiban Negara untuk membuat undang-
undang berdasarkan syariat Islam, dan menolak keras
terhadap ideologi selain Al Quran dan Hadist, atau yang
sering mereka sebut dengan hukum kafir.
(di/TII)

Pemberontakan Di/TII berpusat di Jawa Barat yang dipimpin Sekarmaji
Kartosuwiryo. Pemberontakan ini muncul karena sebagai protes DI/TII
terhadap perjanjian Renville.
DI/TII di jawa tengah
Pada tanggal 23 agustus 1049 di daerah tegal, amir Fattah
memproklamasikan berdirinya NIL dan menyatakan bergabung dengan
kartosuwityo. Melalui operasi Guntur 1954 pemerintah berhasil menumpas
gerakan amir Fattah
Di daerah kebumen dipimpin Muhammad mahfuah aburrahman
Di daerah malang dan kudus dilakukan battalion 426 bergabung
dengan perusuh-perusuh merapi berbabu komplek. Berhasil diitumpas
melalui brigade pragoro pimpinan letkol.soeharto 1952
Di daerah Sulawesi Selatan dibawah pimpinan kahar muzakar
Pada bulan agustus mereka melancarkan pemberontakan karena tiak
terpeni\uhi tuntutannya yaitu agar seluruh anggota komando gerilya
Sulawesi selatan dijadikan tentara APRIS. Akibatnya kahar muxakar
(di/TII)

DI/DII di aceh
Di/TII aceh dipimpin oleh Daud Beureuh. Pemberontak
ini muncul karena masalah otonomi daerah. Semula
aceh merupakan daerah istimewah dengan gubernur
Daud Bareuh. Namun, pemerintah RI menurunkan
status daerah istimewa Aceh menjadi keresidenan
dalam lingkup propinsi Sumatra utara. Daud bareuh
l\kecewa terhadap keputusan pemerintah sehingga ia
menyatakan mendukung berdirinya NII Kartosuwiryo
dan Aceh menjadi bagiannya.
Gerakan angkatan perang
ratu Adil (APRA)

(APRA)

Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah milisi dan
tentara swasta pro-Belanda yang didirikan pada
masa Revolusi Nasional Indonesia. Milisi ini didirikan oleh
mantan Kapten DST KNIL Raymond Westerling setelah
demobilisasinya dari kesatuan Depot Speciale
Troepen (depot pasukan khusus KNIL) pada tanggal 15
Januari 1949. Nama milisi ini berasal dari bagian dari kitab
ramalan Jawa Kuna Ramalan Jayabaya yang meramalkan
kedatangan seorang "Ratu Adil" yang merupakan
keturunan Turki. Karena mempunyai warisan darah campuran
Turki, Westerling memandang dirinya sebagai sang "Ratu
Adil" yang diramalkan akan membebaskan rakyat Indonesia
dari "tirani".
Akhir pemberontakan

Pemerintah RIS untuk memperkuat pertahanan kota
Bandung mengirimkan bala bantuan antara lain dari
kesatuan-kesatuan polisi dari Jawa Tengah dan Jawa
Timur, yang ketika itu sedang berada di Jakarta. Pun pada
hari itu juga TNI dapat mengkonsolidasi kekuatannya, dan
akhirnya gerombolan APRA dapat dipaksa mengundurkan
diri kota Bandung.
Operasi penumpasan dan pengejaran gerombolan
APRA ini yang sedang melakukan gerakan mundur, segera
dilakukan oleh Kesatuan TNI. Dalam suatu pertempuran di
daerah Pacet pada tanggal 24 Januari 1950 pasukan TNI
berhasil menghancurkan sisa-sisa gerombolan APRA.
Gerakan republik maluku
selatan (RMS)

(RMS)

Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang
diproklamasikan merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud
untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu
Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh
Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan
setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas pada
November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan
di pengasingan, Belanda.
Pada 25 April 1950 RMS hampir/nyaris diproklamasikan oleh
orang-orang bekas prajurit KNIL dan pro-Belanda yang di
antaranya adalah Dr. Chr.R.S. Soumokil bekas jaksa agung Negara
Indonesia Timur yang kemudian ditunjuk sebagai Presiden, Ir. J.A.
Manusama dan J.H. Manuhutu.
(RMS)

Tujuan politik RMS sudah berlalu seiring dengan
melemahnya keingingan memperjuangkan RMS
ditambah tidak adanya donatur yang bersedia
menyisihkan dananya, kini hubungan dengan Maluku
hanya menyangkut soal sosial ekonomi. Perdana
menteri RMS (bermimpi) tidak menutup kemungkinan
Maluku akan menjadi daerah otonomi seperti Aceh.
Kendati tetap menekankan tujuan utama adalah meraih
kemerdekaan penuh.
GERAKAN PEMERINTAH REVOLUSIONER
REPUBLIK INDONESIA/PERJUANGAN
RAKYAT SEMESTA (PRRI/Permesta)


(PRRI/Permesta)

Perdjuangan Semesta atau Perdjuangan Rakjat
Semesta disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia.
Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia Timur
pada 2 Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Pusat pemberontakan
ini berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi.
Awalnya masyarakat Makassar mendukung gerakan ini. Perlahan-lahan,
masyarakat Makassar mulai memusuhi pihak Permesta. Setahun kemudian,
pada 1958 markas besar Permesta dipindahkan ke Manado. Disini timbul
kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat sampai
mencapai gencatan senjata. Masyarakat di daerah Manado waktu itu tidak
puas dengan keadaan pembangunan mereka. Pada waktu itu masyarakat
Manado juga mengetahui bahwa mereka juga berhak atas hak menentukan
diri sendiri (self determination) yang sesuai dengan sejumlah
persetujuan dekolonisasi. Di antaranya adalah Perjanjian
Linggarjati, Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar yang berisi
mengenai prosedur-prosedur dekolonisasi atas bekas wilayah Hindia Timur.
PEMBERONTAKAN ANDI
AZIS

PEMBERONTAKAN ANDI
AZIS
Awal Gerakan :
Andi Azis adalah seorang bekas Perwira KNIL yang bergabung Ke APRIS.
Ia diterima masuk APRIS. Pada hari pelantikanya disaksikan oleh Letkol
Ahmad Yunus Mokoginta, Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia
Timur. Setelah itu ia menggerakan pasukannya menyerang markas TNI
dan menawan sejumlah perwira TNI termasuk Mokoginta. Setelah
menguasai Makassar, ia menyatakan bahwa Negara Indonesia Timur harus
dipertahankan. Ia menuntut agar anggota APRIS bekas KNIL bertanggung
jawab atas keamanan di wilayah Indonesia Timur. Pada 8 April 1950
pemerintah mengultimatum yang isinya Andi Azis untuk datang ke Jakarta
(dan apabila dia tidak datang ke Jakarta, kapal Angkatan Laut Hang Tua
akan membom kota Makasar) dan mempertanggungjawabkan
perbuatannya dengan Waktu 4 x 24 jam namun tidak diindahkan. Setelah
batas waktu terlewati, pemerintah mengirimkan pasukan di bawah Kolonel
Alex Kawilarang dan hasilnya Pada Tanggal 15 April 1950 ia datang ke
Jakarta dengan janjian tidak ditangkap dari Hamengkobuono tetapi waktu
datang di Jakarta langsung ditangkap.
PEMBERONTAKAN ANDI
AZIS

Latar belakang :
1. Timbulnya pertentangan pendapat mengenai peleburan
Negara bagian Indonesia Timur (NIT) ke dalam negara RI. Ada
pihak yang tetap menginginkan NIT tetap dipertahankan dan
tetap merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia
Serikat (RIS), sedangkan di satu pihak lagi menginginkan NIT
melebur ke negara Republik Indonesia yang berkedudukan di
Yogyakarta.
2. Ada perasaan curiga di kalangan bekas anggota
anggota KNIL yang disalurkan ke dalam Angkatan Perang
Republik Indonesia Setikat (APRIS)/TNI. Anggota anggota
KNIL beranggapan bahwa pemerintah akan
menganaktirikannya, sedangkan pada pihak TNI sendiri ada
semacam kecanggungan untuk bekerja sama dengan bekas
lawan mereka selama perang kemerdekaan.
PEMBERONTAKAN ANDI
AZIS

Faktor :
1. Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang
bertanggung jawab atas keamanan di Negara
Indonesia Timur.
2. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
3. Mempertahankan tetap berdirinya Negara
Indonesia Timur.
PEMBERONTAKAN ANDI
AZIS

Karena tindakan Andi Azis tersebut maka pemerintah
pusat bertindak tegas. Pada tanggal 8 April 1950 dikeluarkan
ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus
melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya, pasukannya harus dikonsinyasi, senjata-senjata
dikembalikan, dan semua tawanan harus dilepaskan.
Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh
pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang
pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua brigade dan
satu batalion di antaranya adalah Brigade Mataram yang
dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis
dihadapkan ke Pengadilan Militer di Yogyakarta untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dijatuhi
hukuman 15 tahun penjara.
G30 S-PKI

LATAR BELAKANG

Sebelum melancarkan Gerakan 30 September, PKI
mempergunakan berbagai cara seperti mengadu domba
antara aparat Pemerintah, ABRI dan ORPOL, serta memfitnah
mereka yang dianggap lawan-lawannya serta menyebarkan
berbagai isu yang tidak benar seperti KABIR, setan desa dan
lain-lain. Semua tindakan tersebut sesuai dengan prinsip PKI
yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya
yaitu mengkomuniskan Indonesia dan mengganti Pancasila
dengan ideologi mereka. Bahkan menjelang saat-saat
meletusnya pemberontakan G 30 S /PKI, maka PKI di tahun
1965 melontarkan isyu bahwa Angkatan Darat akan
mengadakan kup terhadap Pemerintah RI dan di dalam TNI
AD terdapat "Dewan Jenderal".
Isyu-isyu tersebut merupakan kebohongan dan fitnah
PKI, yang terbukti bahwa PKI sendiri yang ternyata
melakukan kup dan mengadakan pemberontakan
terhadap Pemerintah RI yang syah dengan mengadakan
pembunuhan terhadap Pejabat Teras TNI AD yang setia
kepada Pancasila dan Negara.
Setelah persiapan untuk melakukan pemberontakan mereka anggap
cukup matang antara lain dengan latihan kemiliteran para SUKWAN
dan Ormas-ormas PKI di Lubang Buaya, maka ditentukan hari H dan
Jam D- nya. Rapat terakhir pimpinan G 30 S /PKI terjadi pada tanggal
30 September 1965, diamana ditentukan antara lain penentuan
Markas Komando (CENKO) yang mempunyai 3 unsur :

1. Pasopati, Tugas khusus pimpinan Lettu Dul Arief dari MEN


Cakrabirawa.
2. Bimasakti, tugas penguasaan dipimpin oleh Kapten Radi.
3. Gatotkaca sebagai cadangan umum juga penentuan tanda-tanda
pengenal, kode-kode dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
operasi tersebut.

Dari Lubang Buaya ini PKI dan pasukan-pasukan yang telah


dipersiapkan, melancarkan gerakan pemberontakannya, dengan
diawali lebih dahulu menculik dan membunuh secara keji Pemimpin-
pemimpin TNI AD yang telah difitnah oleh PKI menduduki beberapa
instalasi vital di Ibukota seperti Studio RRI, pusat Telkom dan lain-
lain.
Usaha PKI untuk menculik dan membunuh Jenderal TNI A.H.
Nasution mengalami kegagalan. namun Ajudan beliau Lettu Czi
Piere Tendean dan putri beliau yang berumur 5 tahun Ade Irma
Suryani Nasution telah gugur menjadi korban kebiadaban
gerombolan G 30 S/PKI. Para pemimpin TNI AD tersebut dan
Ajudan Jenderal TNI Nasution berhasil diculik dan dibunuh oleh
gerombolan G 30 S/PKI tersebut, kemudian secara kejam
dibuang/dikuburkan di dalam satu tempat yakni di sumur tua di
Lubang Buaya daerah Pondok Gede.

Demikian pula AIP Satuit Tubun pengawal kediaman WAPERDAM


DR. A.J. Leimena gugur pula.

Di Jogyakarta, DANREM 072 Kolonel Katamso dan KASREM 072


Letkol I Sugiono gugur pula diculik dan dianiaya oleh gerombolan
G 30 S/PKI secara di luar batas-batas perikemanusiaan di desa
Kentungan.
Sesudah PKI dengan G 30 S/PKI nya berhasil membunuh para pimpinan TNI
AD, pimpinan G 30 S/PKI mengumumkan sebuah dektrit melalui RRI yang diberi
kode Dekrit No 1 yang mengutarakan tentang pembentukan apa yang mereka
namakan Dewan Revolusi Indonesia di bawah pimpinan Letkol Untung.
Berdasarkan revolusi merupakan kekuasaan tertinggi, dekrit no 1 tersebut, maka
Dewan Revolusi merupakan kekuasaan tertinggi, Dekrit no 2 dari G 30 S/PKI
tentang penurunan dan kenaikan pangkat (semua pangkat diatas Letkol
diturunkan, sedang prajurit yang mendukung G 30 S/PKI dinaikan pangkatnya 1
atau 2 tingkat).

Setelah adanya tindakan PKI dengan G 30 S/PKI-nya tersebut, maka keadaan di


seluruh tanah air menjadi kacau. Rakyat berada dalam keadaan kebingungan,
sebab tidak diketahui di mana Pimpinan Negara berada. Demikian pula halnya
nasih para Pemimpin TNI AD yang diculikpun tidak diketahui bagaimana nasib
dan beradanya pula.

Usaha untuk mencari para pimpinan TNI AD yang telah diculik oleh gerombolan G
30 S/PKI dilakukan oleh segenap Kesatuan TNI/ABRI dan akhirnya dapat diketahui
bahwa para pimpinan TNI AD tersebut telah dibunuh secara kejam dan jenazahnya
dimasukan ke dalam sumur tua di daerah Pondok Gede, yang dikenal dengan
nama Lubang Buaya.
Dari tindakan PKI dengan G 30 S nya, maka secara garis besar dapat diutarakan :

1. Bahwa Gerakan 30 September adalah perbuatan PKI dalam rangka usahanya


untuk merebut kekuasaan di negara Republik Indonesia dengan memperalat
oknum ABRI sebagai kekuatan fisiknya, untuk itu maka Gerakan 30 September
telah dipersiapkan jauh sebelumnya dan tidak pernah terlepas dari tujuan PKI
untuk membentuk pemerintah Komunis.
2. Bahwa tujuan tetap komunis di Negara Non Komunis adalah merebut
kekuasaan negara dan mengkomuniskannya.
3. Usaha tersebut dilakukan dalam jangka panjang dari generasi ke generasi
secara berlanjut.
4. Selanjutnya bahwa kegiatan yang dilakukan tidak pernah terlepas dari
rangkaian kegiatan komunisme internasional.

Apa alasan PKI ingin membunuh A.H. (Eka Yanik)
Pemberontakan yang paling lama&paling berpengaruh
(Gianina)
Apa ada pengaruh dari negara lain terhadap gerakan
30 September? (Ika Maulina)
Arti Lambang dari RMS? (Fariz Gali)
Apa setelah tahun 1965 PKI masih hidup? (Winda R)
Apa arti lambang PKI? (Reinaldy)
Latar Belakang Soekarno menunjuk Soeharto untuk
menumpas G30-spki? (Rhezandy)

Anda mungkin juga menyukai