Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

OBESITAS
Disusun oleh :
Fierda Putri Pratiwi
12777006
Pembimbing : dr. Suldiah, Sp.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
2017
PENDAHULUAN
Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada
energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi
makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang
rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style.

Pada anak, kegemukan dan obesitas juga dapat mengakibatkan berbagai


masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup anak seperti
gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas
sesaat) dan gangguan pernafasan lain.

Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin


sering ditemukan di berbagai negara.
Definisi
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), obesitas
merupakan keadaan indeks massa tubuh (IMT) anak yang
berada di atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh
kembang anak sesuai jenis kelaminnya. Definisi ini relatif
sama dengan Institute of Medicine (IOM) di AS, sementara
Center for Disease Control (CDC) AS mengkategorikan
anak tersebut sebagai overweight. CDC berargumen
bahwa seorang anak dikategorikan obesitas jika mengalami
kelebihan berat badan di atas persentil ke-95 dengan
proporsi lemak tubuh yang lebih besar dibanding
komponen tubuh lainnya.
Etiologi

Penyebab obesitas pada anak bermacam-macam, tetapi


umumnya terjadi jika suplai energi melebihi kebutuhan
energi anak (bukan terhadap kecukupan gizi yang
dianjurkan Recommended Dietary Intake/Allowance).
Penyebabnya mungkin karena masukan energi makanan
yang berlebihan atau karena keluaran (expenditure) yang
kurang atau keduanya, sebagaimana sering ditemukan
pada anak-anak dalam keluarga dengan sosial-ekonomi
yang baik serta gaya hidup yang santai.
Epidemiologi

Hasil RISKESDAS tahun 2010 menunjukkan prevalensi


kegemukan dan obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun)
sebesar 9,2%. Sebelas propinsi, seperti D.I. Aceh (11,6%),
Sumatera Utara (10,5%), Sumatera Selatan (11,4%), Riau
(10,9%), Lampung (11,6%), Kepulauan Riau (9,7%), DKI
Jakarta (12,8%), Jawa Tengah (10,9%), Jawa Timur
(12,4%), Sulawesi Tenggara (14,7%), Papua Barat (14,4%)
berada di atas prevalensi nasional.
Patogenesis
Para ahli menemukan komponen pengatur penyimpanan
energi, yaitu leptin. Leptin adalah cytokine seperti
polipeptida yang diproduksi oleh gen yang ada dijaringan
adiposa yang mengontrol intake makanan melalui reseptor
hipotalamus. Leptin diproduksi secara proporsional dengan
berat adiposa. Leptin juga menurunkan ekspresi dari
neuropeptida Y, dan hormon-horman yang berkaitan dengan
intake energi yang antara lain ghrelin, insulin dan
kolesitokinin. Keberadaan leptin pada reseptor hipotalamus
dapat menghambat intake makanan. Mutagenesis dari gen
ini akan menghilangkan faktor regulator dari intake
makanan.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Untuk menentukan obesitas pada anak diperlukan kriteria berdasarkan
pengukuran antropometri, pada umumnya digunakan :
Pengukuran berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan
standar. Disebut obesitas bila BB > 120% BB standar, sedangkan
disebut overweight bila BB antara 110-120%.
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk dasar untuk
memantau status gizi, baik yang kekurangan berat badan maupun
yang kelebihan berat badan. Pengukuran IMT yaitu berat badan
dibagi tinggi badan kwadrat (dalam kilogram per meter persegi).
Dikatakan obesitas bila BB/TB2> persentile ke 95 atau > 120% atau
Z-score = + 2 SD. Dikatakan overweight jika IMT persentile 85.
Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness
(tebal lipatan kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps
> persentil ke 85.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan melalui pendekatan kepada
anak sekolah beserta orang-orang terdekatnya (orang
tua, guru, teman, dll) untuk mempromosikan gaya hidup
sehat meliputi pola dan perilaku makan serta aktivitas
fisik. Strategi pendekatan dilakukan pada semua anak
sekolah baik yang berisiko menjadi kegemukan dan
obesitas maupun tidak. Usaha pencegahan dimulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Penatalaksanaan
Penemuan Kasus : dilaksanakan setiap tahun melalui kegiatan
penjaringan kesehatan di sekolah.
Langkah-langkah kegiatan :
Pengukuran Antropometri
Penimbangan Berat Badan
Pengukuran Tinggi Badan
Penentuan Status Gizi (di Puskesmas)
Menghitung nilai IMT
Membandingkan nilai IMT dengan Grafik IMT/U berdasarkan
Standar WHO 2005
Menentukan status gizi anak
Tindak Lanjut
Tatalaksana kasus kegemukan dan obesitas ditujukan bagi anak
sekolah yang tergolong gemuk atau obesitas.
Langkah-langkah kegiatan tatalaksana :
Melakukan assesment (anamnesa riwayat penyakit dan penyakit
keluarga, pengukuran antropomentri dan status gizi, pemeriksaan
fisik, laboratorium sederhana, anamnesa riwayat diet)
Bila hasil assesment menunjukkan anak mengalami kegemukan dan
obesitas dengan komorbiditas (hipertensi, diabetes melitus, sleep
apnea, Blount disease dan lain-lain), maka dirujuk ke rumah sakit
untuk penanganan lebih lanjut.
Bila hasil assesment menunjukkan anak mengalami kegemukan dan
obesitas tanpa komorbiditas maka dapat dilakukan tatalaksana
kegemukan dan obesitas di Puskesmas.
Melakukan konseling gizi kepada anak dan keluarga agar
melaksanakan pola hidup sehat selama 3 bulan .
Lakukan evaluasi pada 3 bulan pertama.
Lakukan evaluasi setelah 3 bulan.
Komplikasi
Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa
anak-anak. Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah masa
dewasa, maka morbiditas dan mortalitasnya akan meningkat.
Faktor resiko penyakit kardiovaskular
Hipertensi
Saluran pernapasan
Obstruksi saluan napas
Diabetes Mellitus Tipe 2
Obstrukstive Sleep Apnea
Prognosis

Jika ditangani dengan baik dan tepat dalam


menurunkan berat badan maka prognosis baik.
Namun jika dibiarkan maka obesitas akan berlanjut
dan bisa sampai terjadi komplikasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai