Anda di halaman 1dari 10

Intoksikasi obat

Intoksikasi akut : suatu kondisi peralihan yang


timbul akibat penggunaan alcohol atau zat
psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan
kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau
perilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis
lainnya.
Intensitas intoksikasi akan berkurang dengan
berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya
menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010;
Maslim, 2001)
UU Narkotika No. 22 Tahun 1997
Narkotika golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan,
dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
menimbulkan ketergantungan
Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja
Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan
Contoh : morfin,petidin
Narkotika golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan
2
Contoh : kodein
UU Psikotropika No. 5 Tahun 1997
Psikotropika gol. I : hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : ekstasi, shabu, LSD
Psikotropika gol. II : berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi,
dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan .
Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin
Psikotropika gol. III : berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan
Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam
Psikotropika gol. IV : berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan
Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,
3
nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo,Rohip, Dum, MG
Kelompok Depresan Kelompok stimulan Kelompok
halusinogen
Gejala klinis depresi SSP merangsang gg. persepsi
Pemakai akan menjadi fungsi tubuh. termasuk halusinasi
tenang Pada awalnya seperti mendengar
pada awalnya, kemudian pemakai akan merasa suara atau
apatis, mengantuk dan segar, penuh percaya melihat sesuatu
tidak sadar diri. diri tanpa ada rangsang.
Semua gerak kemudian berlanjut Pemakai menjadi
refleks menurun, mata menjadi susah tidur, curiga berlebihan,
menjadi sayu, daya perilaku hiperaktif, mata menjadi merah
penilaian menurun, agresif, denyut dan agresif serta
gangguan terhadap jantung jadi cepat, disorientasi.
sistem kardiovaskuler dan mudah
tersinggung.
Contoh obat opioid heroin, Amfetamin (shabu, Kanabis (ganja),
morfin dan turunannya esktasi), Kafein, LSD, Mescalin.
sedativa Kokain
barbiturat dan diazepam,
nitrazepam dan
turunannya.
4
Mekanisme toksisitas
Pada umumnya kel. Opiat mempunyai kemampuan u/ menstimulasi
SSP melalui aktivasi reseptornya efek sedasi & depresi napas
Kematian krn apneu/ aspirasi paru dari cairan lambung.
Rx toksisitas beragam tgantung cara pemberian, efek toleransi, lama
kerja, masa paruh obat yg akhirnya menentukan tingkat toksisitas.
Reseptor 1 analgesik, euforia, hipotermia
Reseptor 2 bradikardi, depresi napas, miosis, euforia, p
kontraksi usus, ketergantungan fisik
Reseptor K spinal analgesik, depresi napas, miosis,
hipotermia
Reseptor depresi napas, disporia, halusinasi, vasomotor
stimulasi
Reseptor inhibisi otot polos, spinal analgesik

5
Overdosis obat yg sering terjadi
Obat Gambaran klinis Catatan Diuresis/ dialisis Antidot spesifik
Opioid P kesadaran, Mungkin perlu Nalokson 1-2
depresi napas, RJP mg diulangi jika
pupil kecil (pin perlu
point)
Kokain Bingung, agresi, Sedasi
halusinasi, kejang, diazepam, -
CVA (stroke), MI, blocker u/
delirium aritmia
Amfetamin & Terlalu waspada, Penggantian
E aritmia, pupil cairan,
dilatasi, dantrolen jika
hipertermia, suhu inti > 39 C
hiponatremia,
hiperkalemia,
rhabdomyolisis,
henti jantung
6
Overdosis obat yg sering terjadi
Obat Gambaran klinis Catatan Diuresis/ dialisis Antidot
spesifik
Aspirin Hiperventilasi, Bikarbonat IV Diuresis alkali -
gg.penglihatan, tinitus, bagi asidosis berhasil, mulai jika
mual, muntah, asidosis berat kadar awal dlm
darah 2,8 mmol/L
Barbiturat Mengantuk, koma, Sebagian pasien
hipotensi, perlu th/
hipoventilasi, indurasi suportif, jrg
merah pd titik tekanan memerlukan
ekskremitas, pupil ventilasi
midriasis, refleks (-)
Digoksin Mual, muntah, aritmia Sering jika kadar - Fragmen
K Ab fab
digoksin
spesifik
Benzodiaz Mengantuk koma Jrg fatal & sgt Tdk bermanfaat Flumazenil
epin perlu ventilasi 7
Terapi putus opioida bertahap (gradual withdrawal)
Dapat diberi morfin,petidin,metadon atau kodein dengan dosis dikurangi
sedikit demi sedikit. Misalnya yang digunakan di RS Ketergantungan Obat
Jakarta, diberi kodein 3 x 60 mg 80 mg selanjutnya dikurangi 10 mg setiap hari
dan seterusnya.
Disamping itu diberi terapi simptomatik
Terapi putus opioida dengan substitusi non opioda
Dipakai Clonidine dimulai dengan 17 mikrogram/kg BB perhari dibagi dalam 3-4
kali pemberian. Dosis diturunkan bertahap dan selesai dalam 10 hari
Sebaiknya dirawat inap (bila sistole < 100 mmHg atau diastole < 70 mmHg),
terapi harus dihentikan.
Terapi putus opioida dengan metode
Detoksifikasi cepat dalam anestesi (Rapid Opioid Detoxification).
Prinsip terapi ini hanya untuk kasus single drug opiat saja,di lakukan di RS
dengan fasilitas rawat intensif oleh Tim Anestesiolog dan Psikiater, dilanjutkan
dengan terapi menggunakan anatagonist opiat (naltrekson) lebih kurang 1
tahun.
8
Terapi putus zat sedative/hipnotika dan alkohol
Harus secara bertahap dan dapat diberikan Diazepam. Tentukan dahulu test
toleransi dengan cara :
Memberikan benzodiazepin mulai dari 10 mg yang dinaikan bertahap sampai
terjadi gejala intoksikasi.
Selanjutnya diturunkan kembali secara bertahap 10 mg perhari sampai gejala
putus zat hilang.
Terapi putus Kokain atau Amfetamin
Rawat inap perlu dipertimbangkan karena kemungkinan melakukan percobaan
bunuh diri. Untuk mengatasi gejala depresi berikan anti depresi.
Terapi putus opioida pada neonatus
Gejala putus opioida pada bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang mengalami
ketergantungan opioida, timbul dalam waktu sebelum 48-72 jam setelah lahir.
Gejalanya antara lain : menangis terus(melengking), gelisah,sulit tidur,diare,tidak
mau minum, muntah, dehidrasi, hidung tersumbat, demam, berkeringat.
Berikan infus dan perawatan bayi yang memadai.
Selanjutnya berikan Diazepam 1-2 mg tiap 8 jam setiap hari diturunkan
bertahap,selesai dalam 10 hari
9
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2010. Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan NAPZA. Jakarta,
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Maslim, R., 2001. Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atmajaya.

Anda mungkin juga menyukai