5
Overdosis obat yg sering terjadi
Obat Gambaran klinis Catatan Diuresis/ dialisis Antidot spesifik
Opioid P kesadaran, Mungkin perlu Nalokson 1-2
depresi napas, RJP mg diulangi jika
pupil kecil (pin perlu
point)
Kokain Bingung, agresi, Sedasi
halusinasi, kejang, diazepam, -
CVA (stroke), MI, blocker u/
delirium aritmia
Amfetamin & Terlalu waspada, Penggantian
E aritmia, pupil cairan,
dilatasi, dantrolen jika
hipertermia, suhu inti > 39 C
hiponatremia,
hiperkalemia,
rhabdomyolisis,
henti jantung
6
Overdosis obat yg sering terjadi
Obat Gambaran klinis Catatan Diuresis/ dialisis Antidot
spesifik
Aspirin Hiperventilasi, Bikarbonat IV Diuresis alkali -
gg.penglihatan, tinitus, bagi asidosis berhasil, mulai jika
mual, muntah, asidosis berat kadar awal dlm
darah 2,8 mmol/L
Barbiturat Mengantuk, koma, Sebagian pasien
hipotensi, perlu th/
hipoventilasi, indurasi suportif, jrg
merah pd titik tekanan memerlukan
ekskremitas, pupil ventilasi
midriasis, refleks (-)
Digoksin Mual, muntah, aritmia Sering jika kadar - Fragmen
K Ab fab
digoksin
spesifik
Benzodiaz Mengantuk koma Jrg fatal & sgt Tdk bermanfaat Flumazenil
epin perlu ventilasi 7
Terapi putus opioida bertahap (gradual withdrawal)
Dapat diberi morfin,petidin,metadon atau kodein dengan dosis dikurangi
sedikit demi sedikit. Misalnya yang digunakan di RS Ketergantungan Obat
Jakarta, diberi kodein 3 x 60 mg 80 mg selanjutnya dikurangi 10 mg setiap hari
dan seterusnya.
Disamping itu diberi terapi simptomatik
Terapi putus opioida dengan substitusi non opioda
Dipakai Clonidine dimulai dengan 17 mikrogram/kg BB perhari dibagi dalam 3-4
kali pemberian. Dosis diturunkan bertahap dan selesai dalam 10 hari
Sebaiknya dirawat inap (bila sistole < 100 mmHg atau diastole < 70 mmHg),
terapi harus dihentikan.
Terapi putus opioida dengan metode
Detoksifikasi cepat dalam anestesi (Rapid Opioid Detoxification).
Prinsip terapi ini hanya untuk kasus single drug opiat saja,di lakukan di RS
dengan fasilitas rawat intensif oleh Tim Anestesiolog dan Psikiater, dilanjutkan
dengan terapi menggunakan anatagonist opiat (naltrekson) lebih kurang 1
tahun.
8
Terapi putus zat sedative/hipnotika dan alkohol
Harus secara bertahap dan dapat diberikan Diazepam. Tentukan dahulu test
toleransi dengan cara :
Memberikan benzodiazepin mulai dari 10 mg yang dinaikan bertahap sampai
terjadi gejala intoksikasi.
Selanjutnya diturunkan kembali secara bertahap 10 mg perhari sampai gejala
putus zat hilang.
Terapi putus Kokain atau Amfetamin
Rawat inap perlu dipertimbangkan karena kemungkinan melakukan percobaan
bunuh diri. Untuk mengatasi gejala depresi berikan anti depresi.
Terapi putus opioida pada neonatus
Gejala putus opioida pada bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang mengalami
ketergantungan opioida, timbul dalam waktu sebelum 48-72 jam setelah lahir.
Gejalanya antara lain : menangis terus(melengking), gelisah,sulit tidur,diare,tidak
mau minum, muntah, dehidrasi, hidung tersumbat, demam, berkeringat.
Berikan infus dan perawatan bayi yang memadai.
Selanjutnya berikan Diazepam 1-2 mg tiap 8 jam setiap hari diturunkan
bertahap,selesai dalam 10 hari
9
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2010. Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan NAPZA. Jakarta,
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Maslim, R., 2001. Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atmajaya.