Anda di halaman 1dari 23

PERAN PERAWAT 

DALAM “PATIENT 
SAFETY”
KELOMPOK 5
ANGGOTA KELOMPOK :

 
 NI LUH PUTU RISNA YULIA DEWI
P07120016048

 NI LUH EKA SARI MURNI


P07120016061

 PUTU MILA RAHARDIPTHASARI


P07120016071
PATIENT SAFETY

 Menurut  Depkes  (2008),  Patient  Safety 


(Keselamatan  Pasien)  merupakan  suatu  sistem 
dimana  rumah  sakit  atau  pelayanan  kesehatan 
membuat  asuhan  pasien  menjadi  lebih  aman, 
mencegah  terjadinya  cidera  yang  disebabkan  oleh 
kesalahan  akibat  melaksanakan  suatu  tindakan 
atau  tidak  mengambil  tindakan  yang  seharusnya 
diambil. 

 Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah 
bebas  dari cidera  aksidental  atau  menghindarkan 
cidera  pada  pasien  akibat  perawatan  medis  dan 
kesalahan pengobatan.
TUJUAN SISTEM PATIENT
SAFETY

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit

b. Meningkatnya  akuntabilitas  Rumah  Sakit  terhadap  pasien 


dan masyarakat

c. Menurunnya KTD di Rumah Sakit

d. Terlaksananya program­program pencegahan sehingga tidak 
terjadipenanggulangan KTD 
 
CON’T

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
 Identify  patients  correctly (mengidentifikasi  pasien  secara 
benar)
 Improve  effective  communication (meningkatkan 
komunikasi yang efektif)
 Improve  the  safety  of  high­alert 
medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko 
tinggi)
 Eliminate  wrong­site,  wrong­patient,  wrong  procedure 
surgery  (mengeliminasi  kesalahan  penempatan,  kesalahan 
pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
 Reduce  the  risk  of  health  care­associated 
infections (mengurangi  risiko  infeksi  yang  berhubungan 
dengan pelayanan kesehatan)
 Reduce  the  risk  of  patient  harm  from  falls (mengurangi 
risiko pasien terluka karena jatuh)
Peran Perawat Dalam Patient
Safety

seseoarang yang telah lulus 
pendidikan perawat dan 
memiliki kemampuan serta 
kewenangan melakukan 
tindakan kerpawatan 
berdasarkan bidang keilmuan 
yang dimiliki dan memberikan 
PERAWAT pelayanan kesehatan secara 
holistic dan professional untuk 
individu sehat maupun sakit, 
perawat berkewajiban memenuhi 
kebutuhan pasien meliputi bio­
psiko­sosio dan spiritual. 
CON’T
Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS yaitu 
(Daud, 2007):

 Perhatikan  nama  obat,  rupa  dan  ucapan  mirip 


(look­alike, sound­alike   medication names).
 Pastikan identifikasi pasien
 Komunikasi  secara  benar  saat  serah  terima 
pasien.
 Pastikan  tindakan  yang  benar  pada  sisi  tubuh 
yang benar.
CON’T

 Pastikan  akurasi  pemberian  obat  pada 


pengalihan pelayanan.
 Hindari  salah  kateter  dan  salah  sambung 
selang.
 Gunakan alat injeksi sekali pakai. 
CON’T
Peran perawat dalam mewujudkan patient safety di 
rumah sakit dapat dirumuskan, antara lain :

 Pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi 
standar pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan.
 Menerapkan  prinsip­prinsip  etik  dalam  pemberian 
pelayan keperawatan.
 Menerapkan  kerjasama  tim  kesehatan  yang  handal 
dalam pemberian pelayanan kesehatan.
 Menerapkan  komunikasi  yang  baik  terhadap  pasien 
dan keluarga.
 Peka  dan  proaktif  dan  melakukan  penyelesaian 
masalah terhadap kejadian tidak diharapkan.
STANDAR PRAKTIK (ASUHAN
KEPERAWATAN)

 Assesment  (Pengkajian)  :  Status  kesehatan 


pasien saat ini dan masa lalu serta potensi resiko 
(keselamatan pasien)
 Diagnosa   :  menetapkan  diagnosa/  masalah 
keperawatan 
 Planning : Rencana asuhan keperawatan

 Implementation  :  Pelaksanaan  asuhan  sesuai 


rencana
 Evaluation  :  evaluasi  terhadap  respon  pasien 
dan outcome.
STANDARS OF CARE : SAFETY

Ketepatan Identifikasi Pasien
Perawat harus mengidentifikasi seluruh pasien 
yang dirawat di RS dengan benar :
a. Memastikan identitas pasien sebagai 
individu yang akan menerima pelayanan 
atau pengobatan 
b. Memastikan kesesuaian pelayanan atau 
pengobatan terhadap individu tersebut
CON’T
c. Proses identifikasi dilakukan untuk 
mengidentifikasi pasien pada saat :
 Pemberian obat, darah atau produk darah

 Pengambilan darah dan spesimen lain untuk 
pemeriksaan klinis; atau
 Tindakan lain (pembedahan, non 
pembedahan, pemeriksaan klinis dan 
penunjang)
d. Identifikasi pasien mencakup 3 detail wajib 
yaitu Nama pasien, Tanggal lahir / umur, Nomor 
rekam medis pasien
CON’T
Peningkatan Komunikasi Efektif
a. Komunikasi secaran lisan dan atau melalui 
telepon dilakukan  dengan metode T B K :
 Penerima perintah menulis perintah ( T )

 Penerima perintah membacakan kembali 
perintah yang ditulis dan menanyakan 
kebenaran isi perintah ( B )
 Pemberi perintah memberikan konfirmasi 
kebenaran perintah yang telah ditulis dan 
telah dibacakan kembali tersebut ( K ). 
CON’T
b. Komunikasi pelaporan pelayanan dilakukan 
dengan metode S B A R :
 S (SITUATION) : Kondisi terkini yang terjadi 
pada pasien.
 B (BACKGROUND) : Informasi penting apa 
yang berhubungan dengan kondisi pasien.
 A (ASSESMENT) : Hasil pengkajian / 
penilaian kondisi pasien  terkini.
 R (RECOMMENDATION) : Apa yang perlu 
dilakukan untuk mengatasi masalah pasien 
saat ini
CON’T
3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu 
Diwaspadai

 Obat yang harus diwaspadai adalah obat yang 
sering menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan 
serius (sentinel event) serta obat yang beresiko 
tinggi menyebabkan dampak yang tidak 
diinginkan (adverse outcome

 Semua obat High Alert Medication harus memiliki 
identifikasi dan penandaan khusus dan dikelola 
oleh petugas yang kompeten terhadap obat­obat 
yang dimaksud (apoteker /  tenaga kefarmasian)
CON’T
 Tempat penyimpanan obat­obat dalam kelompok 
ini khususnya elektrolit konsetrat di Instalasi 
Farmasi, IRIN, IBS, IRJ, Kamar Bersalin 
(khususnya magnesium sulfat). 

 Verifikasi ulang sebelum obat diberikan kepada 
pasien harus dilakukan meliputi ketepatan pasien, 
obat, dosis, waktu serta cara pemberian

 Syarat pemberian obat­obat yang perlu diwaspadai 
adalah mampu melakukan monitoring efek 
samping, tersedia protokol pengelolaan efek 
samping dan tersedia antidotumnya.
CON;’T
4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, 
Tepat Pasien Operasi
a. Proses Verifikasi

i. Merupakan proses untuk mengidentifikasi hal­
hal yang harus tersedia pada saat tindakan 
pembedahan, terdiri dari :
• Dokumen­dokumen yang terkait dengan 
tindakan pembedahan
­ Assesmen pra operasi, diagnosis pra operasi, 
rencana operasi dan rencana anesthesi
­ Infomed Consent yang sudah ditanda 
tangani oleh pasien/ keluarganya, dokter 
operator dan dokter anesthesi.
CON’T
• Hasil pemeriksaan penunjang (radiologi, 
laboratorium, dll)
• Alat­alat atau bahan khusus yang perlu 
disiapkan pada saat tindakan seperti 
implan, tranfusi darah, dll
ii. Mencocokkan hal­hal tersebut diatas dengan    
     pasien.
iii. Proses verifikasi sedapat mungkin dilakukan  
  dengan melibatkan pasien.
iv.  Proses verifikasi dicatat dalam lembar    
verifikasi. 
v.  Proses verifikasi dilakukan sebelum pasien. 
masuk kamar operasi
CON’T
b. Penandaan Lokasi Prosedur (Marking)
Semua pasien yang akan dioperasi dimana 
lokasi operasi  memiliki lateralisasi (sisi 
kanan dan kiri), struktur ganda (jari­jari 
tangan, kaki, lesi) atau tingkatan berlapis 
(tulang belakang, tulang iga) harus dilakukan 
pemberian “Surgical Marking”.

c. Time Out
• RS melaksanakan  Time Out dalam 
rangkaian prosedur keselamatan pasien 
bedah terstandar yang diadaptasi dari WHO
CON’T
• Proses Time Out harus diikuti oleh seluruh 
anggota tim yang terlibat dalam prosedur 
bedah atau prosedur invasif

• Check list keselamatan bedah harus 
dilakukan dan dilengkapi untuk seluruh 
pasien yang menerima tindakan bedah atau 
prosedur invasif  lainnya.

• Tindakan Time Out  dilakukan sebelum 
prosedur invasif atau sebelum dilakukan 
insisi.
CON’T
5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait 
Pelayanan Kesehatan
 Kebersihan tangan merupakan proses 
membersihkan tangan dengan menggunakan 
sabun dan air yang menghalir (hand wash) 
atau dengan menggunakan antiseptik 
berbasis alkohol (hand rub)
 Semua orang yang berada di RS wajib 
menjaga dan melaksanakan kebersihan 
tangan
 Rumah Sakit memfasilitasi sarana prasarana 
kebersihan tangan yang dibutuhkan.
CON’T
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
 Perawat wajib melakukan pengkajian resiko 
jatuh untuk setiap pasien yang dirawat, guna 
meminimalkan resiko jatuh dengan metode 
“Morse Fall” untuk pasien dewasa dan 
metode “Humpty Dumpty” untuk pasien 
anak.

 Pengurangan resiko jatuh dilakukan dengan 
memberikan identifikasi jatuh pada setiap 
pasien, memberikan intervensi pada pasien 
yang beresiko serta memberikan lingkungan 
yang aman.
APAKAH ADA PERTANYAAN ?????

Anda mungkin juga menyukai