Anda di halaman 1dari 49

UNDANG-UNDANG

25/2007,
TENTANG
PENANAMAN MODAL

Oleh :
Ir. Lily Herawati MM

1
LATAR BELAKANG
PERBAIKAN KEBIJAKAN
INVESTASI

2
MASALAH DAN KENDALA
DI BIDANG INVESTASI
1. PENEGAKAN DAN KEPASTIAN HUKUM

2. KETENAGA KERJAAN

3. KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR
4. FUNGSI INTERMEDIASI PERBANKAN
5. KEBIJAKAN INSENTIF FISKAL & NON FISKAL
6. BIROKRASI PERIZINAN
7. PERTANAHAN
8. DAYA SAING INVESTASI 3
FAKTOR PENGHAMBAT
DAYA SAING INVESTASI

1. KETIDAKPASTIAN PENGATURAN DAN KEBIJAKAN EKONOMI : 23%


2. KETIDAK STABILAN MAKRO EKONOMI : 18%
3. PERPAJAKAN : 17%
4. KEUANGAN : 10%
5. KORUPSI : 10%
6. INFRASTRUKTUR : 9%
7. PRAKTEK ANTI PERSAINGAN : 5%
8. KEAHLIAN DAN PENDIDIKAN : 5%
9. KRIMINALITAS, PENCURIAN DAN KETIDAKTERATURAN : 3%

TOTAL : 100%
(data tabulasi World Bank Invesment ClimateSurveys)

4
UPAYA PENGEMBALIAN EPERCAYAAN
DAN PENINGKATAN INVETASI

1. PENYELESAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDAGAN


YG TERKAIT DGN PENANAMAN MODAL

2. PENYEDERHANAAN PROSEDUR BERUSAHAAN DI INDONESIA

3. PERBAIKAN PELAYANAN PERIZINAN

4. PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANAMAN MODAL

5. PENINGKATAN KEGIATAN PROMOSI

5
KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL
DASAR HUKUM UU NO 25 TAHUN 2007

PELAKSANAAN UU NO. 25 THN 2007,


DIATUR DENGAN BEBERAPA PERATURAN,
SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM
PASAL-PASAL UU TERSEBUT, MENCAKUP:
 UU tertentu
 Peraturan Pemerintah,
 Peraturan Presiden,
 Peraturan Menteri
 Kebijakan Kepala BKPM

6
UNDANG-UNDANG

Ketentuan
Kawasan Ekonomi Khusus diatur
dengan Undang-undang
(Pasal 31 ayat 3)

7
PERATURAN PEMERINTAH

Pembagian urusan
pemerintah di bidang
penanaman modal diatur
dengan Peraturan Pemerintah
(Pasal 30 ayat 9)

Catatan : sudah terbit


1. Peraturan Pemerintah No. 38 Thn 2007 tentang Pembagian Urusan
2. Peraturan Pemerintah No. 41 Thn 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah
8
PERATURAN PRESIDEN

3
5
TATACARA DAN KRITERIA &
PELAKSANAAN PERSYARATAN BIDANG
USAHA YG TERTUTUP &
PELAYANAN TERPADU
YG TERBUKA DENGAN
SATU PINTU PERSYARATAN, masing-
diatur dengan masing diatur dengan
Peraturan Presiden Peraturan Presiden
4
(Pasal 26 ayat 3) (Pasal 12 ayat 4).
PENETAPAN BIDANG USAHA YG
TERTUTUP & BIDANG USAHA YG
TERBUKA DENGAN
PERSYARATAN
diatur dengan Peraturan
Presiden
(Pasal 12 ayat 3).
No 3 & 4 sudah terbit
No. 76 Thn 2007 tentang kriteria & persyaratan penyusunan bidang usaha
(Pasal 12 ayat 4)
9
No. 77 Thn 2007 tentang daftar bidang usaha (Pasal 12 ayat 3).
PERATURAN MENTERI (1)

PEMBERIAN
FASILITAS FISKAL
diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan
(Pasal 18 ayat 7)

10
Definisi Penanaman Modal
 Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia. (Pasal 1 ayat 1)

 Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam


modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri.
(Pasal 1 ayat 2)

 Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal


untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
(Pasal 1 ayat 3)
11
Definisi Modal
 Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang
bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang
mempunyai nilai ekonomis. (Pasal 1 ayat 7)

 Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing,


perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan
hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang
sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
(Pasal 1 ayat 8)

 Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara


Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia,
atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak
berbadan hukum. (Pasal 1 ayat 9)
12
Ruang Lingkup
(Pasal 2 +Penjelasan)

Semua sektor di wilayah Negara


Republik Indonesia kecuali
penanaman modal
tidak langsung (portofolio).

13
Asas (Pasal 3 ayat 1)

 Kepastian hukum
 Keterbukaan
 Akuntabilitas
 Perlakuan yg sama & tidak membedakan asal negara
 Kebersamaan
 Efisiensi berkeadilan
 Berkelanjutan
 Berwawasan lingkungan
 Kemandirian, dan
 Keseimbangan kemajuan & kesatuan ekonomi nasional

14
KEBIJAKAN DASAR
PENANAMAN MODAL

Arah Kebijakan (Pasal 4 ayat 1)


Mendorong terciptanya iklim usaha
nasional yang kondusif bagi penanaman
modal untuk penguatan daya saing
perekonomian nasional.

Mempercepat peningkatan penanaman


modal.
15
KEBIJAKAN DASAR
PENANAMAN MODAL (Pasal 4 ayat 2)

 Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal


dalam negeri dan penanam modal asing, dengan
tetap memperhatikan kepentingan nasional.

 Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha,


dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak
proses pengurusan perizinan sampai dengan
berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Membuka kesempatan bagi perkembangan dan


memberikan perlindungan kepada UMKM dan
Koperasi.
16
(Pasal 4 ayat 3)
Kebijakan Dasar Penanaman
Modal diwujudkan dalam
Rencana Umum
Penanaman Modal

17
Bentuk Badan Usaha dan Kedudukan
(Pasal 5)

Penanaman Modal dalam negeri dapat dilakukan


dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan
hukum (PT), tidak berbadan hukum (CV, Firma,
Koperasi) atau usaha perseorangan, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penanaman Modal Asing wajib dalam bentuk
Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan hukum
Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah
negara Republik Indonesia.

18
Perlindungan
Terhadap Penanaman Modal
(Pasal 6 s/d Pasal 8)

Perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang


berasal dari negara manapun.

Tidak akan dinasionalisasi. Namun bila sampai terjadi


nasionalisasi maka akan diberikan kompensasi sesuai harga
pasar.

Penanam modal diberi hak untuk melakukan transfer dan


repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap :
Modal;
Keuntungan, bunga bank, deviden dan pendapatan lain;
Kompensasi atas kerugian;
Kompensasi atas pengambilalihan.
19
(Pasal 9)
Dalam hal adanya tanggung jawab
hukum yang belum terselesaikan, hak
transfer dapat ditunda oleh :
Penyidik atau Menteri Keuangan
dengan meminta kepada Bank atau
Lembaga lain;
Pengadilan menetapkan penundaan
untuk melakukan transfer.
20
Tenaga Kerja
(Pasal 10)

Perusahaan penanaman modal dalam


memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus
mengutamakan tenaga kerja warga negara
Indonesia (WNI).

Untuk jabatan dan keahlian tertentu,


perusahaan penanaman modal berhak
menggunakan tenaga ahli warga negara
asing (WNA).
21
Bidang Usaha
(Pasal 12)

Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi


kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha
atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan
terbuka dengan persyaratan.
Kriteria, persyaratan dan daftar bidang usaha yang
tertutup dan terbuka dengan persyaratan masing-
masing akan diatur dengan Peraturan Presiden.

(Perpres No. 76 dan No. 77 Tahun 2007)

22
PERPRES NO 77/2007
DAFTAR NEGATIF INVESTASI (DNI)

MUTLAK (DILARANG DIUSAHAKAN :


TERTUTUP JUDI, GANJA, 25 BIDANG USAHA)

1. DICADANGKAN UMKMK (43 )


BIDANG 2. KEMITRAAN (36 )
USAHA DNI 3. KEPEMILIKAN MODAL ASING (120 )
4. LOKASI TERTENTU (19 )
5. PERIZINAN KHUSUS (25 )
6. MODAL DALAM NEGERI 100% (48 )
TERBUKA
7. KEPEMILIKAN MODAL SERTA
DENGAN
PERSYARATAN LOKASI (17 )
TERTENTU 8. PERIZINAN KHUSUS DAN
KEPEMILIKAN MODAL (4 )
9. MODAL DN 100% DAN PERIZINAN
23
KHUSUS (1 )
BIDANG USAHA (PASAL 12 dan 13)
 Bidang usaha yg tertutup mutlak untuk penanaman modal dgn
alasan :
- merusak kesehatan
- bertentangan dengan moral/keagamaan
- kebudayaan
- merusak lingkungan hidup
Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing, a.l. :
- Produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang.
- Bidang usaha lainnya yang berdasarkan UU dinyatakan
tertutup (al. UU No. 8/1992 tentang Perfilman, UU tentang
Penerbitan Media Massa).

 Bidang usaha yg terbuka dng persyaratan, diatur melalui UU


sektoral, untuk :
- melindungi kepentingan nasional (SDA, cabotage disektor
perhubungan, perlindungan UMKMK). 24
Hak Penanam Modal
(Pasal 14)

Kepastian hak, hukum, dan perlindungan.

Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha


yang dijalankannya.

Hak pelayanan.

Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

25
KEWAJIBAN PENANAM MODAL
(pasal 15)

 Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yg baik

 Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan

 Membuat LKPM dan menyampaikan ke BKPM

 Menghormati tradisi, budaya masyarakat di sekitar


lokasi

 Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-


undangan.

26
Tanggung Jawab Penanam Modal
(Pasal 16)
Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan


kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggal-
kan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah


praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara.

Menjaga kelestarian lingkungan hidup.


Menciptakan keselamatan, kesehatan,kenyamanan dan
kesejahteraan pekerja.

Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.


27
Fasilitas
Penanaman Modal

28
FASILITAS PENANAMAN MODAL
PASAL 18 : FASILITAS FISKAL
 Diberikan untuk :
- proyek baru
- proyek perluasan

 Kriteria proyek yang mendapatkan fasilitas :


- menyerap banyak tenaga kerja
- skala prioritas tinggi
- pembangunan infrastruktur
- melakukan alih teknologi
- melakukan industri pionir
- di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
- menjaga kelestarian lingkungan hidup
- melaksanakan penelitian, pengembangan dan inovasi
- bermitra dengan UMKM atau koperasi
- menggunakan barang modal/mesin/peralatan produksi dalam
negeri 29
FASILITAS PENANAMAN MODAL
Pasal 18 (ayat 3, 4) : BENTUK FASILITAS FISKAL

1. Pengurangan pajak penghasilan neto sampai tingkat tertentu


terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam
waktu tertentu.

2. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang


modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang
belum dapat diproduksi di dalam negeri.

3. Pembebasan atau keringan bea masuk bahan baku atau


bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu
tertentu dan persyaratan tertentu.

4. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas


impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk
keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam
negeri selama jangka waktu tertentu.
30
5. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk
bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau
kawasan tertentu.

6. Pembebasan dan pengurangan PPH Badan dalam jumlah dan


waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman
modal baru yang merupakan industri pionir.

7. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.

8. Pembebasan atau keringanan bea masuk bagi :


- Restrukturisasi barang modal

 Fasilitas psl 18 tidak berlaku bagi PMA yg tidak berbentuk


PT.
31
(Pasal 24)
Fasilitas perizinan impor dapat diberikan untuk:

1. Barang yang tidak bertentangan dengan


peraturan perundang-undangan yang mengatur
perdagangan barang;
2. Barang yang tidak memberikan dampak negatif
terhadap keselamatan, keamanan, kesehatan,
lingkungan hidup, dan moral bangsa;
3. Barang dalam rangka relokasi pabrik dari luar
negeri ke Indonesia;
4. Barang modal atau bahan baku untuk kebutuhan
produksi sendiri.

32
BKPM FASILITAS PENANAMAN MODAL
PASAL 22 : Fasilitas Pertanahan

 Hak atas tanah dapat diberikan dan diperpanjang di muka


sekaligus dan dapat diperbarui kembali, berupa :
- HGU diberikan 95 tahun (60 tahun + diperbarui 35 tahun)
- HGB diberikan 80 tahun (50 tahun + diperbarui 30 tahun )
- Hak Pakai diberikan 70 tahun (45 thn + diperbarui 25 thn)

 Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah dapat dihentikan


atau dibatalkan jika perusahaan penanaman modal :
- menelantarkan tanah.
- merugikan kepentingan umum.
- menggunakan atau memanfaatkan tanah tidak sesuai
dengan maksud dan tujuan pemberian.
- melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pertanahan.
33
Syarat Mendapatkan
Hak Atas Tanah :
(Pasal 22 ayat 2)
Penanaman Modal (PM) yang dilakukan dalam jangka
waktu panjang dan terkait dengan perubahan struktur
perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing.
PM dengan tingkat risiko PM yang memerlukan
pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai
dengan jenis kegiatan PM yang dilakukan.
PM yang tidak memerlukan area yang luas.
PM dengan menggunakan hak atas tanah negara.
PM yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat
dan tidak merugikan kepentingan umum.
34
BKPM FASILITAS PENANAMAN MODAL

Pasal 23 : Fasilitas Pelayanan Keimigrasian


diberikan kepada Penanaman Modal :

a. TKA (dalam merealisasi proyek)


b. TKA bersifat sementara
(perbaikan mesin, pelayanan purna jual)
c. Calon penanam modal

Bentuk fasilitas (ayat 2) :


Kemudahan pelayanan/perizinan fasilitas keimigrasian
(setelah mendapat rekomendasi BKPM)
35
FASILITAS PENANAMAN MODAL
Pasal 23 ayat 3 : Fasilitas Keimigrasian
(bagi penanam modal asing)

 Izin tinggal terbatas selama 2 tahun


 alih status izin tinggal terbatas menjadi izin tinggal tetap
setelah tinggal di Indonesia selama 2 tahun berturut-turut
 Izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi
pemegang izin tinggal terbatas :
a. dengan masa berlaku 1 tahun diberikan untuk jangka
paling lama 12 bln, terhitung sejak izin tinggal terbatas
diberikan.
b. dengan masa berlalu 2 tahun diberikan untuk jangka
waktu paling lama 24 bulan, terhitung sejak izin tinggal
terbatas diberikan.

 Izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi


pemegang izin tinggal tetap untuk jangka waktu paling
lama 24 bulan terhitung sejak izin tinggal tetap. 36
Pengesahan dan Perizinan Perusahaan
(Pasal 25 s/d Pasal 26)

 Pengesahan pendirian badan usaha penanaman modal dalam


negeri yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan
hukum dan badan usaha penanaman modal asing yang
berbentuk PT dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan
usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan,
kecuali ditentukan lain dalam UU, izin diperoleh melalui
“Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)”.

37
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
(Pasal 1 ayat 10)

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

Adalah
kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non
perizinan yang mendapat pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi
yang memiliki kewenangan perizinan dan non
perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari
tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya
dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

38
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Pasal 26 :
Pelayanan Terpadu Satu Pintu dilaksanakan di :
- Pusat (BKPM), dengan pendelegasian dan pelimpahan
wewenang
- Provinsi (BKPMP/IPMP), dengan penugasan gubernur
- Kabupaten/Kota (IPMK), dengan penugasan bupati/walikota

Tata cara dan pelaksanaan PTSP diatur dengan PP

Pasal 29 :
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta pelayanan
terpadu satu pintu, BKPM melibatkan perwakilan secara langsung
dari setiap sektor dan daerah terkait dengan pejabat yang
mempunyai kompetensi dan kewenangan.
39
BKPM PENYELENGGARAAN URUSAN PM
PASAL 30 ayat (7)

Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya :


 lintas provinsi urusan Pemerintah
(al. jasa pertambangan umum, jasa konstruksi, jasa
perdagangan)

 lintas kabupaten/kota  urusan pemerintah provinsi


(al. perkebunan, jasa angkutan)

 dalam satu kabupaten/kota  urusan pemerintah


kabupaten/kota
40
PENYELENGGARAAN URUSAN PM

Pasal 30 ayat 7 : Bidang penanaman modal yang


menjadi kewenangan Pemerintah
adalah :

 Pengelolaan SDA yang tidak terbarukan


 Merupakan prioritas tinggi pada skala nasional
 Terkait fungsi pemersatu dan penghubung antar wilayah atau
lintas provinsi
 Terkait strategi pertahanan dan keamanan nasional
 Penanaman modal asing.
 Penanaman modal yg menggunakan modal asing yg berasal
dari pemerintah negara lain, yg terkait dg perjanjian bilateral.
 Bidang PM lain yang diatur oleh undang-undang
41
BKPM KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Pasal 31

 Mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah


tertentu yang strategis bagi pengembangan
ekonomi nasional

 Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan


penanaman modal tersendiri

 Diatur dengan UU tersendiri

42
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
(Pasal 31)

Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di


wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi
pengembangan ekonomi nasional dan untuk
menjaga keseimbangan kemajuan suatu
daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan
kawasan ekonomi khusus.
Ketentuan KEK diatur dengan Undang-Undang.

43
BKPM PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 32

Sengketa yang timbul antara Pemerintah dengan


penanam modal diselesaikan dengan :

- musyawarah mufakat
- arbitrase atau pengadilan
- arbitrase internasional (khusus PMA)

44
BKPM SANKSI

Sanksi Pasal 34

Penanam modal yang tidak memenuhi kewajiban


dikenakan sanksi administratif berupa :

 peringatan tertulis
 pembatasan kegiatan usaha
 pembekuan kegiatan usaha atau fasilitas
 pencabutan kegiatan usaha atau fasilitas

45
Ketentuan Peralihan :
Perjanjian Internasional dalam bidang Penanaman
Modal yang disetujui Pemerintah RI sebelum
berlakunya UU ini tetap berlaku sampai dengan
berakhirnya perjanjian tersebut. (Pasal 35)
Rancangan Perjanjian Internasional dalam bidang
Penanaman Modal yang belum disetujui Pemerintah
RI wajib menyesuaikan dengan UU ini. (Pasal 36)
Pada saat UU ini berlaku, seluruh Peraturan
Pelaksanaan dari UU NO. 1/1967 tentang PMA
dan UU NO. 6/1968 tentang PMDN tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diatur
dengan peraturan pelaksanaan yang baru. (Pasal 37
ayat 1) 46
Ketentuan Peralihan :
Persetujuan Penanaman Modal dan Izin
Pelaksanaan yang telah diberikan pemerintah
berdasarkan UU No. 1/1967 dan UU No.
6/1968, dinyatakan tetap berlaku sampai
berakhirnya Persetujuan Penanaman Modal dan
Izin Pelaksanaan tersebut; (Pasal 37 ayat 2)

Perusahaan yang telah memperoleh Izin Usaha


berdasarkan UU No. 1/1967 dan UU No.
6/1968 yang telah berakhir masa berlakunya,
dapat diperpanjang berdasarkan UU ini. (Pasal 37
ayat 4)
47
Ketentuan Penutup
(Pasal 38)

Dengan berlakunya UU ini, UU No. 1/1967


jo No. 11/1970 tentang PMA dan UU No. 6/1968
jo No. 12/1970 tentang PMDN dinyatakan tidak
berlaku.

Semua perUUan yang berkaitan secara langsung


dengan penanaman modal wajib mendasarkan dan
menyesuaikan pengaturan-nya pada UU ini.

48
TERIMA KASIH

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL


JL. GATOT SUBROTO NO. 44 JAKARTA SELATAN 12190
Telp : (021) 5275265
Fax : (021) 5225817
49

Anda mungkin juga menyukai