HASBY AAN SETIADI BEBI JUNAIDIN AINUN AJRIYAH YAYU FEBRIANI EKA MASHARI.A HULUL ABDIANTO IKA HASTUTI NINGSIH Budaya masyarakat bugis di desa tosiba dalam bertani
Budaya masyarakat jawa di desa silia jaya dalam
bertani
budaya masyarakat wawonii desa roko-roko
dalam bertani Kata kebudayaan berasal dari kata sanskerta ‘buddayah’ yang merupakan bentuk jamak dari ‘buddhi’ yang berarti budi atau akal.Adapun istilah kultur (culture) yang merupakan istilah asing yang sama artinya dengan kebudayaan.selanjutnya,diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia mengolah dan mengubah alam. Selo soemardjan soelaiman soemardi (dalam soerjono soekanto 1982) merumuskan kebudayaan sebagai hasil karya rasa dan cipta masyarakat.Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah. Rumusan Masalah : Tujuan penulisan Bagaimana budaya Penulisan ini bertujuan masyarakat bugis di untuk mengetahui budaya desa tosiba dalam masyarakat di kabupaten bertani. konawe dan sekitarnya Bagaimana budaya dalam sektor pertanian msyarakat jawa di desa Manfaat penulisan silia jaya dalam bertani Manfaat yang dapat diambil Budaya apa yang dari penulisan makalah ini dilakukan masyarakat yaitu dapat mengetahui wawonii khususnya bagaimana budaya desa Roko-roko masyarakat di kabupaten sebelum membuka konawe dan sekitarnya lahan pertanian dalam sektor pertanian Dapat di amati pola kebudayaan masyarakat di desa tosiba kabupaten konawe selatan yang sebagian besar masyarakatnya masih ada yang menggunakan hitungan hari, sebagai contoh jika hendak bersawah: Kalau hendak membuka lahan yang hendak di olah Jika hendak menanam tanamanada waktu tertentu (hari yang baik) Begitupun saat panen Dan yang paling menonjol yaitu tradisi ‘mappattaneng’ yaitu pada saat ingin menanam padi, kita sampaikan kepada orang yang dianggap orang tua di desa itu, selanjutnya akan disampaikan kepada warganya.jika waktu panen telah tiba,maka dilakukan acara mappasangki (potong padi). Seperti mappattaneng,acara ini juga dilakukan secara bergotong royong dengan melibatkan petani.jika seluruh padi telah di tuai,maka mereka kembali melakukan acara ’mappadendang’( syukuran hasil panen),sebagai rasa syukur kepada tuhan yang maha kuasa,yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga hasil panen dapat dinikmati oleh para petani. Mappadendang merupakan upacara syukuran panen padi dan merupakan adat masyarakat bugis sejak dahulu kala. Biasanya dilaksanakan setelah panen raya biasanya memasuki musim kemarau pada malam hari saat bulan purnama. Acara ini diselenggarakan dalam kaitan panen raya atau memasuki musim kemarau. Pada dasarnya mappadendang berupa bunyi tumbukan alu ke lesung yang silih berganti sewaktu menumbuk padi. Komponen utama dalam acara ini yaitu 6 perempuan, 3 pria, bilik Baruga, lesung, alu, dan pakaian tradisional yaitu baju Bodo. Sebagai bentuk suka cita dan kesyukuran pada sang Khalik, untuk hasil panen yang melimpah, masyarakat desa tosiba kabupaten konawe selatan, menggelar ritual adat Mappadendang. Ritual panenan mappadendang adalah adat Bugis sejak lama, yang diikuti seluruh petani. Selain bentuk suka cita, ritual mappadendang juga dimaksudkan untuk mempertahankan warisan budaya leluhur yang dikhawatirkan makin ditinggalkan generasi muda. Ritual mappadendang, biasanya dilakukan selama tiga malam. "Pada saat memecah biji padi itulah, ada nilai kearifan dan bersamaan tercipta. Tujuan Mappadendang
Menyatakan rasa syukur kepada Allah
Menjalin silaturahmi Hiburan Memupuk rasa kebersamaan Selain tradisi slametan terdapat pula tradisi upacaran wiwitan yang masih dilakukan di daerah saya yaitu masyarakat suku jawa di kabupaten konawe selatan desa silia jaya, yang diselenggarakan sebagai upacara terimakasih puji dan syukur kepada tuhan pencipta alam semesta. Tradisi ini biasanya dilakukan untuk menandai dimulainya waktu masa tanam atau panen. Dalam tradisi tersebut mengharuskan pemilik sawah menyediakan jamuan makan bagi tetangga, biasanya berupa nasi magana dan seekor ayam lingkung. nasi magana yang disajikan di gelar di atas daun pisang yang di taruh di atas meja,ingkung akan di bagi dengan diiris-iris sesuai undangan yang datang. Sebelum menyantap hidangan seorang kiai kampung akan membacakan doa keselamatan dan rasa syukur atas dimulainya menanam atau memanen padi. Tradisi ini tidak hanya dilakukan di rumah tetapi juga biasanya dilakukan di tengah sawah Menurut kami upcara tersebut tidak hanya dilakukan sewaktu menanam atau memanen padi,tetapi juga sebagai salah satu pengikat tali persaudaraan antar warga desa,khususnya kaum petani.biasanya saat menanam atau memanen padi para petani yang menyelenggarakan wiwitan ini merupakan aksi solidarias yang kaya dengan falsafah jawa “mikil duwur mendem jeru”di samping sebagai wujud syukur tradisi wiwitan ini di gelar sebagai bentuk untuk melestarikan ritual budaya yang hampir punah dalam kebudayaan suku jawa. Tradisi ini layak untuk terus dikembangkan oleh para petani masyarakat suku jawa yang ada di indonesia agar hubungan sosil warga di setiap desa-desa tidak semakin pudar tetapi terus merekat sepanjang zaman. Budaya yang ada di daerah wawonii atau yang biasa kita kenal dengan Kab. Konawe Kepulauan mempunyai budaya yang biasa mereka lakukan sebelum membuka lahan pertanian yaitu: Melakukan pengacakan pada tempat yang akan di gunakan untuk membuka lahan, dalam hal ini untuk memastikan apakah lahan tersebut tidak di huni oleh mahkluk halus (jin). Biasanya di sana itu sebulum melakukan kegiatan bercocok tanam mereka akan melakukan kegiatan acara ritual ( baca-baca ). Adapun kegiatan yang di lakukan masyarakat wawonii khususnya di desa roko-roko Setelah panen yaitu masyarakat-nya di sana juga sering melakukan kegiataan acara seperti, pesta panen dan acara syukuran dimana masyarakat petani akan berbondong- bondong membawa hasil dari usaha pertanian-Nya.