Anda di halaman 1dari 31

Korean Guidelines for the Diagnosis and Management of

Dry Eye: Development and Validation of Clinical Efficacy

Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu


Kesehatan Mata
Rumah Sakit K.R.M.T Wongsonegoro Semarang

Disusun oleh :
Winno Pradana Utomo
30101206841

Pembimbing:
dr. Hj. Nanik Sri Mulyani Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2017
JOURNAL IDENTITY
Writers:
 Joon Young Hyon
 Hyo-Myung Kim
 Doh Lee
 Eui-Sang Chung
 Jong-Suk Song
 Chul Young Choi
 Jungbok Lee

Published by:
The Korean Ophthalmological Society (2014)
INTRODUCTION
 Definisi penyakit mata kering telah berkembang
karena pemahaman yang lebih baik tentang
mekanisme patogen dari temuan penelitian terbaru

 Diagnosis penyakit mata kering terkadang sulit


dalam praktek, bahkan dengan guidelines diagnostik
yang komprehensif.

 Kebanyakan tes diagnostik untuk penyakit mata


kering yang sedang berkembang seperti sebagai uji
osmolaritas air mata, interferometri, dan meibometry
atau meibography tidak banyak digunakan
 The Korean Corneal Disease Study Group (KCDSG)
adalah lembaga independen, non-profit, masyarakat
akademik yang anggotanya terdiri subspecialists
kornea yang paling aktif di Korea

 78,8% anggota KCDSG menggunakan klasifikasi DEWS


(International Dry Eye Workshop) sebagai guidelines
diagnostik penyakit mata kering

 21,2% menggunakan guidelines yang diusulkan oleh


DTS (dysfunctional tear syndromestudy group)
THE MAIN OBJECT OF THE
RESEARCHES

Tujuan penelitian ini


 untuk mengembangkan guidelines yang
sesuai dan tepat untuk diagnosis dan
manajemen penyakit mata kering untuk
tenaga kesehatan mata secara umum
ataupun spesialis
 untuk mengevaluasi keefektifan dari
guideline ini.
METHODS

-Retrospective observational
study
-multi-center
-non-randomized
 Diagnosa penyakit mata kering dapat ditegakkan
apabila memiliki setidaknya satu gejala dan satu tanda
objektif.

 Dalam guidelines diagnosis, gejala mata kering


termasuk
 gejala okular (seperti kekeringan, ketidaknyamanan,
sensasi benda asing, dan nyeri)
 gejala visual (seperti kabur atau fluktuasi penglihatan).

 tanda-tanda obyektif untuk mendiagnosis penyakit


mata kering
 Ocular surface staining score oleh sistem Oxford
 TBUT
 Skor tes Schirmer-1
 Injeksi konjungtiva
 masalah kelopak mata seperti
 Blepharitis
 Trichiasis
 symblepharon
 kelainan lapisan air mata
 Debris
 Menurunnya meniskus air mata, dan penggumpalan mukus,

dianggap tanda-tanda
peradangan permukaan
okular, tetapi ini tidak
dianggap sebagai gradasi
keparahan penyakit.
 Tingkat keparahan penyakit ditentukan ketika kedua gejala
dan tanda-tanda yang ditunjuk muncul di tingkat tertentu.
 Jika ada perbedaan antara gejala pasien dan tanda-tanda,
tingkat keparahan ditentukan sesuai dengan tingkat
keparahan dari tanda-tanda objektif.
 Ketika beberapa tanda tanda obyektif hadir pada tingkat
yang berbeda, tingkat keparahan penyakit ditentukan oleh
pewarnaan permukaan okular.
 Pasien didiagnosis suspek mata kering ketika ia hanya
memiliki gejala mata kering tanpa tanda-tanda obyektif
apapun.
SAMPLE

INKLUSI CRITERIA

 Both of gender

 Terapi penyakit mata kering sebelumnya diabaikan

Tidak ada kriteria inklusi yang diajukan


Semua pasien yang datang ke rumah sakit
anggota KCDSG dengan catatan penyakit mata
kering dilibatkan semua
EKSKLUSI CRITERIA

Kasus suspek mata kering pada kunjungan pertama


RESULTS
Data 1,691 pasien dianalisis. Eksklusi 79 kasus yang tidak sesuai kriteria
Data 1,612 pasien dianalisa saat kunjungan awal. Usia rata-rata adalah 56,9 (±
13,2) tahun (kisaran, 19 sampai 85 tahun), dan 81% adalah perempuan.
Karena hanya delapan pasien yang dianggap level 4 dengan diagnosis guidelines,
tingkat keparahan level 3 dan level 4 dikelompokkan bersama-sama (n = 68)
untuk analisis statistik
PILIHAN TERAPI
• "Compliant" didefinisikan sebagai pilihan modalitas pengobatan
awal sesuai dengan yang dikembangkan guidelines.

• "Under-treatment" didefinisikan sebagai


•1) pilihan dari modalitas pengobatan awal yang biasanya
direkomendasikan untuk tingkat yang lebih ringan dari penyakit
•2) penggunaan tingkat yang tidak tepat modalitas pengobatan,
dengan tidak ada perbaikan dalam tingkat penyakit.

• "Over-treatment" didefinisikan sebagai pemilihan modalitas


pengobatan awal yang direkomendasikan untuk tingkat
penyakit yang lebih tinggi (lebih parah).
KATEGORI KUNJUNGAN AKHIR

• "improvement" didefinisikan sebagai


penurunan tingkat keparahan mata kering
sesuai dengan gradasi yang diusulkan skema
pada kunjungan akhir

• “No Change” didefinisikan tidak adanya


perubahan dari segi keparahan penyakit

• “Worse” didefinisikan ketika tingkat keparahan


penyakit pada kunjungan akhir lebih buruk
dibandingkan dengan kunjungan awal
• Secara keseluruhan, 47,37% dari pasien dalam kelompok
compliant menunjukkan perbaikan, sementara 14,71% di
kelompok over-treatment menunjukkan perbaikan (p
<0,0001)
Fig. 3. Changes of subjective (A-D) and objective (E-H) clinical parameters in dry eye patients (n = 526) of each initial severity level
(Korean Corneal Disease Study Group guidelines). (A) Ocular surface disease index (%), (B) irritation and visual symptoms (1,
sometimes; 2, often; 3, always; 4, daily life limited), (C) visual symptom, (D) subjective global assessment (0 [best] to 5 [worst]), (E)
tear film break up time (sec), (F) Schirmer-1 test score (mm/5 min), (G) ocular surface staining score (Oxford scale), (H) objective
global assessment (0 [best] to 5 [worst]).
Fig. 3. Changes of subjective (A-D) and objective (E-H) clinical parameters in dry eye patients (n = 526) of each initial severity level
(Korean Corneal Disease Study Group guidelines). (A) Ocular surface disease index (%), (B) irritation and visual symptoms (1,
sometimes; 2, often; 3, always; 4, daily life limited), (C) visual symptom, (D) subjective global assessment (0 [best] to 5 [worst]), (E)
tear film break up time (sec), (F) Schirmer-1 test score (mm/5 min), (G) ocular surface staining score (Oxford scale), (H) objective
global assessment (0 [best] to 5 [worst]).
KETERBATASAN PENELITIAN
 Penelitian ini merupakan retrospektif, sifat
penelitian non-randomized.
 Hasil penelitian harus dievaluasi lebih
lanjut oleh studi prospektif dan penelitian
yang terrandomisasi.
 Banyaknya drop out selama masa follow up
dapat meningkatkan potensi bias. Namun
persebaran tingkat keparahan penyakit
dari 526 pasien yang ikut tidak berbeda
secara signifikan dari kelompok kunjungan
awal (sudah dapat mewakili)
CONCLUSION:
Kesimpulannya, guidelines untuk
diagnosis dan pengelolaan mata kering
dapat digunakan sebagai panduan yang
valid dan efektif untuk pengobatan
penyakit mata kering dalam praktek
klinis.
CRITICAL APPRAISAL
 Judul :
16 Kata
Excess:
Mendeskripsikan isi dari penelitian
Disadvantages:
terlalu panjang (> 12 kata)

 Abstract: 240 kata


Excess
Mengandung isi ringkasan dari jurnal
Jumlah kata : <250
Dibagi jadi 4 bagian :
Tujuan, Metode, Hasil, Kesimpulan
Disadvantages
-
J
o Hasil :
u
r Mencantumkan data secara lengkap dan dilengkapi
n
a dengan grafik data
L

R Methods:
e -Penelitian Retrospektif
a -multi-senter
-non-randomized
d
I
n Sampling:
Inklusi and Eksklusi Criteria
g
PICO ANALIZE

Population
Pasien dengan catatan penyakit mata kering yang periksa ke
anggota KCDSG

Intervention
Korean guidelines for the diagnosis and management of dry eye

Comparation
Membandingkan kualitas hidup pasien sebelum dan sesudah
diterapi sesuai guideline

Outcome
Kualitas hidup pasien
Valid Evidence

Questions
Apakah pasien pada penelitian ini Tidak
terrandomisasi ?

Apakah pasien diobservasi secara Ya dan Tidak


lengkap ?

Apakah semua pasien dalam grup Ya


teranalisa >
Apakah pasien dan dokter diterapkan Tidak, terapi yang diujikan berdasar dari
konsep blinding ? guideline
Can be Applied??
Applied
Apakah terapi dapat diaplikasikan Ya
kepada pasien kita ?
Apakah pasien diuntungkan atau Bermanfaat
dirugikan jika terapi ini diterapkan ?
CONCLUSIONS

 Valid clinical evidence


 Clinical Evidence can be applied

Anda mungkin juga menyukai