Anda di halaman 1dari 18

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS

 Jalur lalu lintas :


Ukuran lebar terkecil untuk dijalani secara praktis
pada jalan, dengan kebebasan samping untuk
keamanan yang dapat diterima dan kecepatan
memuaskan, untuk suatu kendaraan tunggal, pada
kendaraan-kendaraan yang berjalan.
 Type arus lalu lintas :
1. Route jalur tunggal
2. Route 2 jalur
3. Route tiga jalur atau 4 jalur
 Faktor perubah :
Dipengaruhi oleh :
1. Lebar jalan
2. Pengaturan lalu lintas
3. Perancangan geometrik
4. Kondisi permukaan jalan
5. Lebar jalur
6. Sistem pemisahan jalur
7. Kelandaian jalan
8. Jarak pandangan
9. Jumlah persimpangan
10.Bentuk persimpangan
11.Struktur drainage
12.Perlengkapan jalan
13.Aspek route
14.Parkir (sistem dan tempat)
15.Faktor lain
 Distribusi lalu lintas arah melintang jalan :
1. Satu jalur
2. Dua jalur, satu arah
3. Dua jalur, dua arah
4. Tiga jalur, satu arah
5. Tiga jalur, dua arah
6. Empat jalur, satu arah
7. Empat jalur, dua arah
8. Jalur banyak, dua arah
Nilai penurunan headway tergantung pada
kecepatan relatif kendaraan terhadap kecepatan
kendaraan di depan.
 Headway jalur minimum :
Headway yang lebih pendek pada arus lalu lintas
mungkin ditentukan oleh:
1. Hanya semata-mata oleh dekatnya kendaraan-
kendaraan di depan dan pertimbangan
pengemudi kendaraan di belakang  sesuai
apabila lalu lintas berjalan dengan derajat
kontinuitas yang tinggi, seperti jalan luar kota.
2. Hanya semata-mata oleh kemampuan kendaraan
di belakang dan pengemudinya untuk
mempertahankan jarak terhadap kendaraan di
depannya.
 sesuai apabila antrian kendaraan yang
berjalan sangat lambat tiba-tiba terbuka/terlepas,
misalnya pada waktu kendaraan berangkat pada
lampu hijau di perempatan.
 Hubungan minimum headway dan kecepatan :
1. Kecepatan rendah  rata-rata headway minimum
besar
2. Spacing adalah relatif konstan pada kecepatan
rendah, tetapi bertambah dengan adanya kenaikan
kecepatan
3. Hubungan antara headway dan spacing
ditentukan oleh kecepatan, sebagai berikut :
spacing  ft 
speed  ft sec 
Headway =

=
spacing  ft 
1.47 xspeed mph
 Perpindahan Jalur :
1. Forced
2. Optional
Gap yang harus mencukupi perpindahan jalur berkisar
pada :
1. Sangat pendek/dekat
2. Sedang
3. Sangat besar, ada 3 :
a. Retarded lane change  tertahan
b. Conflict lane change
c. Free lane change
 Panjang dan jangka waktu pindah jalur:
1. Kecepatan rata-rata = 30 – 40 mph, panjang jalan
yang dibutuhkan antara 125 – 260 ft :
a. fgt : optional = 220 ft
forced = 140 ft
b. nilai limit = 100 – 450 ft
 Frekwensi dan panjang gap
Apabila tidak ada kesempatan untuk pindah jalur
karena tertahan oleh headway yang tidak cukup,
disebut blokade dalam arus.
Panjang blokade rata-rata :
jumlah waktu headway pendek dalam 1 jam x kec.
jumlah panjang gap tidak cukup dalam 1 jam
 Distribusi memanjang
 memungkinkan pemilihan kecepatan dan posisi
kendaraan yang aman.
 Celah ruang (Space Gaps) pada arus lalu lintas :
1. Vehicular Gap :
Jarak bagian belakang kendaraan ke bagian
depan kendaraan yang mengikutinya
Bumper ke bumper
Open space/open time
2. Vehicular Gap :
Interval dalam jarak dari bagian depan ke
bagian depan kendaraan-kendaraan yang
berurutan
3. Vehicular Gap :
Interval dalam waktu diantara kendaraan-
kendaraan, diukur dari bagian depan ke
bagian depan kendaraan pada waktu
melewati titik tertentu
 Karakteristik arus :
1. Ukuran kemampuan jalan tersebut untuk
mengatur lalu lintas
2. Sebagai dasar analisa kapasitas jalan
 Distribusi frekwensi headways :
3600 det jam
volume kend jam
Headway rata-rata =
 Sight distance :
Minimum jarak henti yang aman :

V2
d  1.47 Vt   grade
30  f  g 
V2
d  1.47 Vt   level
30 f

V = kecepatan (mph)
t = waktu reaksi (2.5 sec)
f = koefisien friction
g = grade (%)
 Passing sight distance :

 at1 
d1  1.47 t1 V  m  
 2 
d2  1.47 Vt 2
d 3  110  300 ft
2 d2
d4 
3
t1 = waktu untuk manouver (sec)
t2 = waktu untuk menyiap (sec)
V = rata-rata kecepatan kendaraan yang menyiap
(mph)
m = perbedaan kecepatan antara kendaraan yang
menyiap dan disiap (mph)
SIGHT DISTANCE LENGKUNG HORISONTAL
ADA GAMBAR
Kriteria (tergantung keadaan) :
Jalan arteri atau jalan kolektor
Kelandaian rata-rata 5 % atau lebih, yang
menerus sampai lebih dari 1.5 km
Volume lalu lintas rencana lebih besar dari 30.000
smp/hari
LENGKUNG VERTIKAL
Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi
dimana kelandaian berubah untuk menyerap guncangan
dan untuk menjamin jarak pandangan henti.

Jenis lengkung vertikal :


1. Lengkung vertikal cekung
2. Lengkung vertikal cembung

Lengkung tersebut secara praktis begitu datar sehingga


selisih antara panjang ACB dan jarak horisontal dari A ke
B kecil dan dapat diabaikan.
PERSAMAAN LENGKUNG VERTIKAL
Titik A = PLV (peralihan lengkung vertikal)
Titik B = PTV (peralihan tangen vertikal)
x, y = koordinator titik-titik pada lengkung
vertikal
Titik EV = pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian
lengkung
A = g1 – g2 (perbedaan aljabar landai)
Dimana :
A x2
y
200 L
AL
Ev   (–) : cekung
800 (+) : cembung
LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG
 S<L: 2
AS
L
100  2 h1  2 h2 
JPH:
AS 2 AS 2
L 
399 C
JPM:
AS 2 AS 2
L 
960 C
Tabel. Nilai C untuk beberapa h1 & h2 berdasarkan
AASHTO dan Bina Marga

AASHTO ‘90 Bina Marga ‘90

JPH JPM JPH JPM

Tinggi mata pengemudi (h1) (m) 1.07 1.07 1.20 1.20

Tinggi objek (h2) (m) 0.15 1.30 0.10 1.20

Konstanta C 404 946 399 960

JPH = Jarak pandangan henti


JPM = Jarak pandangan menyiap
 S<L:

JPH:
399 C1
L  2S   2S 
A A
JPM:
960 C1
L  2S   2S 
A A
Tabel.Nilai C1 untuk beberapa h1 & h2 berdasarkan
AASHTO dan Bina Marga

AASHTO ‘90 Bina Marga ‘90

JPH JPM JPH JPM

Tinggi mata pengemudi (h1) (m) 1.07 1.07 1.20 1.20

Tinggi objek (h2) (m) 0.15 1.30 0.10 1.20

Konstanta C1 404 946 399 960

JPH = Jarak pandangan henti


JPM = Jarak pandangan menyiap

Anda mungkin juga menyukai