Anda di halaman 1dari 34

KEBIJAKAN PENGENDALIAN

ZOONOSIS

dr. Chita Septiawati, MKM


Subdit Zoonosis, Dit. P2PTVZ, Ditjen P2P

Jakarta, 15 Mei 2017


Tular Vektor & zoonotik PHEIC/EID
• Viral haemorrhagic fever (Ebola, Lassa, Marburg).
• West Nile Fever, Dengue, Zikavirus
• Rift Falley fever, JE, Nipah virus
Virus •

AI, Coronavirus manusia baru
Rabies

• Pneumonic Plague
• Antraks
Bakteri • Leptospirosis

• Bovine Spongiform Encephalopathy (Mad Cow)


Prion
PHEIC
• Dengue,Rabies, AI,
Endemis Leptospirosis, JE

Re-emerging • Antraks, Pneumonic Pes

• Coronavirus/Merscov
Ancaman • Yellow fever
• Ebola
Zoonosis Menjadi Masalah Kesehatan
Masyarakat
Dan
Menjadi Prioritas Pengendalian

• Flu Burung: angka kematian tinggi dan berisiko menimbulkan


pandemi
• Rabies: angka kematian 100% dan berpotensi menimbulkan KLB
• Leptospirosis: endemis di 15 Provinsi, penyebaran cepat di daerah
rawan, penyakit mudah berkembang menjadi parah dan sering
menimbulkan KLB
• Antraks: berpotensi menimbulkan KLB, dapat mengakibatkan
kematian, sering menimbulkan kepanikan
• Pes: berpotensi menimbulkan KLB, terkait dengan nama baik
negara
• JE : beberapa daerah berisiko, gejala sisa permanen
LINGKUP PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS

Penanganan
pada sumber, • ↙ angka kesakitan
vektor & • ↙ risiko penularan
faktor risiko Reduksi atau
Eliminasi
Zoonosis
• ↗ akses pelayanan
Penanganan • ↙ angka kesakitan
pada host • ↙ angka kematian
(manusia) • Pelayanan yang efisien
& efektif
PRINSIP UMUM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS

Prevent Detect Respond


Avoidable Threats Rapidly and
Outbreak Early Effectively

Keberhasilan prevent, detect dan respon sangat ditentukan oleh


dukungan & kerjasama lintas sektor bersama seluruh masyarakat
7
KOORDINASI, SINERGI DAN KOLABORASI
DALAM PENCEGAHAN & PENGENDALIAN ZOONOSIS (1)

Pencegahan & Pengendalian zoonosis


(Lintas Sektor)

Surveilans terpadu &


sharing Informasi
Faktor risiko
Menurunkan

Kolaborasi
Koordinasi

penelitian
Respon
MEKANISME KOORDINASI
LINTAS SEKTOR
Keberhasilan pencegahan & pengendalian zoonosis sangat ditentukan
oleh koordinasi, sinergi & kolaborasi lintas sektor dengan dukungan
seluruh masyarakat 8
KOORDINASI, SINERGI DAN KOLABORASI
DALAM PENCEGAHAN & PENGENDALIAN ZOONOSIS (2)
Kemenko PMK: Peternakan Kemendikbud:
• Fungsi - Penanganan sumber - Peningkatan
Koordinasi antar - Lalin hewan pengetahuan melalui
K/L anak sekolah
• Advokasi - UKS
- Pramuka
Kemendagri :
- Koordinasi pimpinan Perdagangan:
daerah PENCEGAHAN Pengawasan import
- Pemenuhan kebutuhan & hewan
SDM di daerah
- PKK
PENGENDALIAN UNIV:
ZOONOSIS - Pemenuhan SDM
LITBANG: - KOMLI
Dukungan penelitian - Penelitian
tepat guna
KLHK : KEMENDES : Swasta:
- Forum Kab/Kota sehat
Pengawasan Satwa Liar Pemberdayaan - Pemberdayaan masy
Masyarakat - KIE

Slide ini menggambarkan peran dari berbagai sektor dalam pencegahan


dan pengendalian pandemi
Melalukan kerjasama
bidang:
• Penelitian dan
pengembangan bidang
kesehatan dan
pertanian.
• Peningkatan kapasitas
laboratorium
• Diseminasi
• Lainnya sesuai
kesepakatan 2 pihak

Jangka waktu kerjasama 3


tahun dari Februari 2017
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
ZOONOSIS

Pilar 1. Paradigma Pilar 2. Penguatan Pilar 3. Penguatan


Sehat surveilans Yankes
Program Program
• Promotif – preventif Program • Peningkatan akses
• Tim Gerak Cepat
• Pemberdayaan
terpadu FB/Zoonosis masy  Rabies
masyarakat • Surv terpadu Center
• Keterlibatan lintas •Penerapan pendekatan
Penguatan surv • Peningkatan SDM
sektor continuum
berbasisof
labcare • Mekanisme BPJS
• Peraturan/perundang • Pemenuhan
an Intervensi berbasis resiko logistik (obat, VAR
kesehatan (health risk) dll)

KASUS TURUN
KELUARGA SEHAT FREK .KLB TURUN
ELIMINASI
TUJUAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS

. • Menurunkan angka kesakitan dan


1. kematian akibat zoonosis

• Mencegah/membatasi/menanggulangi
Kejadian Luar Biasa/wabah zoonosis
2.
• Mencegah dan membatasi keluar masuknya
KLB/Wabah zoonosis antar daerah/wilayah serta
masuknya zoonosis dari dan ke Indonesia pada
3. situasi Pandemi.
SASARAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS

. • Masyarakat umum: mampu melindungi


1. diri dan menerapkan PHBS

• Kelompok risiko: mampu melindungi diri


dan segera mendapatkan yankes bila
2. tertular Penyakit Zoonosa.

• Kelompok Strategis: dukungan kebijakan,


peraturan perundangan, dana, tenaga, sarana, dll
3.
Kegiatan Pokok Pengendalian ZOONOSIS
1 Surveilans terpadu

2 Penemuan & tatalaksana kasus

3 Kerjasama Lintas sektor

Pengendalian 4 Peningkatan peran serta masy

Zoonosis 5 SKD dan penanggulangan KLB

6
Penyuluhan
7
Capacity building
8
Monev
Peta Kasus Leptospirosis pada
Manusia dan dan Rodent
13 Prov pada
manusia.
21 prov pada
hewan/rodent
.

: tertular pada manusia


: tertular pada hewan
SITUASI KASUS LEPTOSPIROSIS
DI INDONESIA th 2010 – 2016

900 20.00
857

800 18.00

16.00
700 664
640
14.00
600
550
12.00
500 Kasus
426 10.00
409
400
Meninggal
335 8.00
CFR
300 264 272
239 6.00

200
4.00

100 82
57 60 62 2.00
43 47 37
22 23 29

0 0.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tipe daerah Leptospirosis

1.Leptospirosis daerah
persawahan
Leptospirosis yang sering terjadi
pada petani, saat sawah tergenang
air.
2.Leptospirosis daerah banjir
Leptospirosis pada warga korban
banjir, terjadi setelah banjir (lbh
kurang 2-4 minggu), karena
genangan air terkontaminasi bakteri
leptospirosis
3.Leptospirosis pemukiman
kumuh
Leptospirosis pada warga
dipemukiman kumuh baik musim
kemarau maupun hujan.
PENYAKIT ANTRAKS
(4)
Sebagian besar (>90%)kasus Antraks pada manusia adalah Tipe Kulit yang
penularannya terjadi melalui kontak langsung dengan hewan atau daging
hewan yang sakit Antraks.
Distribusi Antraks thn 2008 - 2016
Situasi Antraks pada Manusia di Indonesia
Tahun 2008 – 2016
60 Wilayah yang pernah melaporkan
kasus antraks pada manusia :
• DKI Jakarta : Jaksel
50 48 • Jabar : Kab. Bogor, Kota Bogor
& Kota Depok
41 41 • Jateng : Kab. Boyolali, Kab.
40
Sragen, Kota Semarang
• Jatim : Pacitan
31 Kasus • Sulsel : Makassar, Maros,
30
Mati Gowa, Pinrang
22 CFR • NTT : Sikka, Ende, Sumba
20 Barat, Manggarai, Pulau Sabu
• NTB : Sumbawa & Bima
11 • Gorontalo : Kab & Kota
10 Gorontalo, Kab.Bone Bolango
• DIY : Sleman, Kulonprogo 
3 3
1 0 0 1 0 1 Kasus terakhir
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Berbagai Pemberitaan tentang
Antraks di Kulonprogo

Masyarakat semakin mengerti ?


Atau semakin bingung?
WASPADA
SITUASI RABIES DI INDONESIA
TAHUN 2011 –2016

90,000 200

180
Rabies tersebar
80,000
di 25 prov.
70,000 160

140 Ada 9 provinsi


60,000
yg msh bebas
120
50,000 yakni: Babel,
100
40,000
Kep. Riau, DKI
80 Jakarta , Jateng,
30,000
60 Jatim, DI Yogya,
20,000 40 NTB,Papua dan
10,000
Papua Barat.
20

- -
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
GHPR 84,010 84,750 69,136 73,767 80,404 64,270 8,117
PET 71,843 74,331 54,059 59,541 57,899 41,884 5,427
Lyssa 184 137 119 98 118 83 8

GHPR: gigitan hewan penular rabies


Di VAR/PET : Post Exposure Treatment
Lyssa : Kematian karena Rabies
Sumber : Subdit Pengendalian Zoonosis
Distribusi Rabies Pada Manusia
Th 2011-2016
INGAT ..

3 LANGKAH CEGAH RABIES:


1. VAKSINASI HPR
2. CUCI LUKA DENGAN SABUN DAN AIR
MENGALIR SETELAH DIGIGIT HPR
3. LAPOR KE PUSKESMAS
Situasi Flu Burung Pada
Manusia di Indonesia
Tahun 2005 – 2016
• Jumlah kumulatif kasus Flu Burung di Indonesia
sebanyak 199 kasus dengan 167 kematian, CFR 83,92%.
• Tersebar di 15 Provinsi dan 58 Kab/Kota
Distribusi Kasus Flu Burung
Tahun 2005 – 2016
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
kasus 20 55 42 24 21 9 12 9 3 2 2 0
meninggal 13 45 37 20 19 7 10 9 3 2 2 0
CFR (%) 65.0 81.8 88.1 83.3 90.5 77.8 83.3 100.0 100.0 100.0 100.0 0.0
Permenkes No 1501 th 2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah
dan Upaya Penanggulangannya
Permenkes No 1501 th 2010 tentang Jenis Penyekit Menular Tertentu
yang Dapat Menimbulkan Wabah
dan Upaya Penanggulangannya
STRATEGI PENGUATAN
PENGENDALIAN
ZOONOSIS

1. Koordinasi lintas program dan lintas Sektor


2. Advokasi dan Sosialisasi
3. Surveilans terpadu
4. Surveilans di Pelayanan Kesehatan Dasar dan
Rumah Sakit
5. Kapasitas laboratorium
6. Komunikasi Risiko /KIE
7. Kapasitas (SDM, Fasyankes)
TANTANGAN/KENDALA

1. Ancaman Zoonosis Meningkat:


 Kedekatan manusia dg hewan (hobby, ekonomi, dll)
 Kebutuhan protein hewani meningkat
 Semakin dekatnya manusia dg lingkungan/satwa liar
(pembukaan hutan, pemukiman mendekati hutan, dll)
Telah dilaporkan Malaria Knowlesi di Indonesia
 Perubahan Iklim (Climate change) ,vektor meningkat,
adaptasi/mutasi mahluk hidup menjadi lebih patogen dll
 Pola Migrasi, transportasi antar wilayah/antar negara,
pariwisata, dll
TANTANGAN/KENDALA…2

2. Disparitas kapasitas sumber daya Pemda antar wilayah dan


antar sektor;
3. Disparitas institusional antar Pemda antar wilayah, antar
sektor sampai ke tingkat pelaksana di Kab/Kota serta
Kecamatan;
4. Perlunya akselerasi upaya pengendalian pada penyebab
penularan di sektor hulu (sumbernya);
5. Sosio-budaya dan tradisi masyarakat harus mendukung upaya
pencegahan dan penanggulangan zoonosis;
6. Pengawasan lalu lintas hewan belum memadai, mobilitas
hewan/manusia yg tinggi.
TANTANGAN/KENDALA…3

7. Keterbatasan mobilitas operasional (geografis, demografis


dan dana);
8. Keterbatasan paramedis-medis dan tenaga veteriner di
Kabupaten/Kota, terutama daerah tertular;
9. Pemahaman masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya
ttg pencegahan zoonosis masih terbatas;
10. Regulasi belum dijalankan secara konsisten.
11. Pertimbangan politis dan kerugian ekonomi
12. Keterbatasan penelitian dan pengembangan tentang
zoonosis. Masih banyak Zoonosis yang belum dilakukan
surveilans misalnya: Toxoplasmosis, Hantaan dll
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai