Anda di halaman 1dari 41

TANATOLOGI

Muhammad Yuke Prastyo


Masayu Siti Gumala Sari

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


Modul Praktik Klinik Forensik Desember 2017 – Januari 2018
Outline presentasi
Pengertian tanatologi

Jenis kematian

Tanda kematian

Perkiraan saat kematian


PENGERTIAN
TANATOLOGI
Tanatologi
THANATOS + LOGOS
“Bagian Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan-
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.”
UU no 36 Pasal 117 tahun 2009 tentang
Kesehatan

“Seseorang dinyatakan mati apabila fugsi sistem jantung sirkulasi dan sistem
pernafasan terbukti telah berhenti secara permanen, atau apabila kematian
batang otak telah dapat dibuktikan”
JENIS KEMATIAN
Jenis – Jenis Kematian
Mati Mati
Mati Suri
Somatis Seluler

Mati
Mati
Batang
Serebral
Otak
Mati Somatis
• Terhentinya 3 sistem penunjang • Temuan klinis :
kehidupan dan irreversible : • Refleks (-)
• Sistem saraf pusat (SSP) • EEG mendatar
• Sistem kardiovaskular • Nadi tidak teraba
• Sistem pernafasan • Tidak terdengar denyut jantung
• Tidak ada gerak pernafasan dan suara
nafas
Mati Suri
• Terhentinya 3 sistem penunjang kehidupan  alat kedokteran sederhana
• Masih dapat dibuktikan bahwa 3 sistem tersebut berfungsi  peralatan kedokteran
canggih

Contoh kasus:
Keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik, tenggelam
Mati Seluler
Kematian sistim organ atau jaringan yang muncul setelah kematian
somatis

• Daya tahan hidup jaringan berbeda satu dengan lainnya


• SSP  mati seluler dalam waktu 4 menit
• Otot  masih dapat dirangsang listrik sampai 2 jam, mati seluler dalam 4 jam
• Mata  dilatasi masih dapat terjadi dengan dilator hingga 20 jam
• Kulit  dengan stimulator dapat bekeringat hingga 8 jam
• Kornea dan darah  6 jam pasca mati
Mati Serebral
• Kerusakan kedua hemisfer otak (Irreversible), kecuali batang otak dan
serebelum
• Sistem pernafasa dan kardiovaskular masih dapat berfungsi dengan
bantuan.

Mati Batang Otak


• Kerusakan seluruh isi susunan saraf pusat intracranial yang ireversibel.
• Mati batang otak  seseorang secara keseluruhan dinyatakan tidak hidup
lagi. Alat bantu dapat dihentikan.
TANDA KEMATIAN
TIDAK PASTI
Tanda Kematian Tidak Pasti

Pernafasan Nadi Karotis


Berhenti tidak teraba Kulit Pucat
(10 menit) (15 menit)

Tonus Otot Segmentasi


Menghilang + Kekeruhan
Pembuluh
Kornea
Relaksasi Darah Retina
TANDA PASTI
KEMATIAN
Tanda Pasti Kematian

Penurunan
Lebam Mayat Kaku Mayat
Suhu Tubuh Pembusukan
(Livor Mortis) (Rigor Mortis)
(Algor Mortis)

Adiposera Mumifikasi Skeletalisasi


Lebam Mayat (Hipostasis)

Aktivasi Pengaruh
Darah tetap cair
fibrinolitik Gravitasi

Membentuk Eritrosit
bercak merah menempati
ungu tempat terbawah

• Lebam mayat mulai tampak 20-30 menit


• Lengkap dan menetap setelah 8-12 jam
Kegunaan Lebam Resapan Darah
Mayat (Bruises)
• Tanda pasti kematian • Ekstravasasi darah akibat trauma
• Memperkirakan sebab kematian • Diskoid, batas ireguler, letak lebih
• Lebam merah terang (CO, CN)
• Lebam coklat (nitrit, anilin, nitrat, dalam
sulfonal)
• Pada lebam mayat
• Mengetahui adanya perubahan • Mengiris area lebam
posisi mayat
• Menghilang dengan siraman air
• Memperkirakan saat kematian
Keracunan gas CO fatal
Keracunan gas CO tidak fatal
(Warna kemerahan di distal falang)

Skin discoloration caused by carbon monoxide poisoning. [Internet] Available on: http://codoh.com/library/document/657/
Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Kehabisan Aktin +
Energi myosin • Kaku mayat muncul 2 jam setelah
(Glikogen) menggumpal mati somatic
• Dimulai dari otot kecil (proksimal 
Rigor distal) & kraniokaudal
mortis
Dipengaruhi:
Aktivitas fisik sebelum mati
Menjadi lengkap Otot dalam posisi teregang  pemendekan otot
(12 jam) Suhu tubuh dan lingkungan yang tinggi
Bentuk tubuh
Tubuh kurus  otot-otot lebih kecil
Menghilang gradual
(12 jam)
Kekauan Lain yang Menyerupai Kaku
Mayat
Cadaveric Spasm
• Terjadi pada saat kematian dan menetap, bersifat setempat
• Tidak terjadi relaksasi primer
• Pengaruh emosi  sikap terakhir
Heat stiffening
• Koagulasi protein otot  kekauan otot
• Otot merah muda, kaku, rapuh dan memendek
• Puglistic attitude
Cold stiffening
• Pembekuan cairan tubuh, pemadatan jaringan lemak
• Terdengar bunyi pecah es bila sendi ditekuk
Penurunan suhu tubuh (algor
mortis)
• Pemindahan panas ke yang lebih dingin (radiasi, konduksi, evaporasi,
konveksi)
• Faktor yang mempercepat penurunan suhu tubuh:
• Suhu keliling rendah
• Berangin dan kelembaban udara rendah
• Bentuk tubuh (kurus)
• Posisi tubuh (telentang)
• Pakaian tipis atau tidak berpakaian
• Umumnya orang tua dan anak kecil

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Formula Marshall dan Hoare (1962)
• Mayat telanjang dengan suhu lingkungan 15,5oC
• Kecepatan penurunan suhu:
• 3 jam pertama pasca mati : 0,55oC/jam
• 6 jam berikutnya : 1,1oC/jam
• Periode selanjutnya : 0,8oC/jam

• Kecepatan penurunan suhu menurun hingga 60%


bila berpakaian
• Di Indonesia  suhu lingkungan lebih tinggi (kurva
lebih landai)

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Pshepherd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th edition. United States of America: Oxford University Press; 2003. P. 38-43.
Pengukuran saat mati dengan suhu tubuh
• Dilakukan pada lingkungan yang menetap di Tempat Kejadian Perkara
(TKP)
• Langkah :
• Pengukuran suhu rekta 4-5 kali dengan interval waktu sama (min. 15 menit)
• Suhu lingkungan diukur, dianggap konstan
• Suhu saat mati dianggap 37oC (tidak ada sakit demam)

• Perubahan suhu lingkungan < 2oC  tidak ada perubahan bermakna


• Rumus dan grafik  waktu antara saat mati dengan saat pemeriksaan

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Pembusukan (decomposition,
putrefaction)
• Degradasi jaringan akibat autolisis dan kerja bakteri
• Autolisis
• Pelunakan dan pencairan jaringan dalam keadaan steril
• Akibat kerja digestif (enzim) yang dilepaskan pasca mati
• Dicegah dengan pembekuan jaringan

• Kerja bakteri
• Bakteri normal tubuh masuk ke jaringan  darah media tumbuh terbaik
• Sebagian besar bakteri berasal dari usus, terutama Clostridium welchii
• Terbentuk: gas-gas alkana H2S dan HCN, asam amino dan lemak

• Hal yang mempercepat: suhu keliling optimal (26,5oC-suhu normal tubuh ),


kelembaban udara cukup, banyak bakteri pembusuk, tubuh gemuk, menderita penyakit
infeksi/ sepsis, lokasi mayat di udara

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Pembusukan (1)

Tampak sejak 24 jam pasca mati


• Warna kehijauan akibat terbentuknya sulfa-
met-Hb
• Mulai dari perut kanan bawah (sekum)
• Menyebar ke seluruh perut dan dada, bau
busuk tercium
• Pembuluh darah bawah kulit melebar, warna
hijau kehitaman
• Epidermis terkelupas atau membentuk
gelembung isi cairan kemerahan bau busuk

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Presnell SE. Postmortem Change [Internet]. Updated 0ctober 13, 2015 [cited at December 18, 2017]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1680032-overview#a2
Pembusukan (2)
• Pembentukan gas  pembengkakan tubuh
menyeluruh
• Dimulai dalam usus dan lambung  perut
tegang, keluar cairan kemerahan dari mulut dan
hidung
• Ketegangan terbesar  jaringan longgar
(skrotum dan payudara)
• Gas di dinding tubuh  krepitasi
• Gas di dalam rongga sendi  sikap seperti
petinju (pugilistic attitude)

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Pshepherd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th edition. United States of America: Oxford University Press; 2003. P. 38-43.
Pembusukan (3)
• Rambut mudah dicabut dan kuku mudah terlepas
• Wajah sulit dikenali:
• Wajah menggembung berwarna ungu kehijauan
• Kelopak mata membengkak
• Pipi tembem
• Bibir tebal
• Lidah bengkak, sering terjulur antara gigi
• Hewan pengerat  lubang-lubang dangkal dengan
tepi bergerigi
• Larva lalat setelah pembusukan nyata
• Beberapa jam pasca mati  telur lalat di alis mata,
sudut mata, lubang hidung, diantara bibir
• 24 jam kemudian  menetas menjadi larva
• 36-48 jam pasca mati  larva lalat

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Presnell SE. Postmortem Change [Internet]. Updated 0ctober 13, 2015 [cited at December 18, 2017]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1680032-overview#a2
Pembusukan (4)
• Lambung terutama fundus, usus berwarna ungu kecoklatan
• Mukosa saluran napas, endokardium dan intima pembuluh darah kemerahan
• Difusi empedu dari kandung empedu  jaringan sekitar warna coklat kehijauan
• Otak dan limpa melunak
• Hati berongga seperti spons
• Alat dalam mengerut
• Prostat dan uterus non gravid  paling lama bertahan terhadap pembusukan

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Perkiraan saat mati dengan identifikasi lalat
• Identifikasi spesies dan pengukuran panjang larva  usia larva
• Asumsi: lalat meletakkan telur secepatnya setelah seseorang meninggal

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Adiposera (lilin mayat)
• Terdiri dari :
• Asam-asam lemak
• Sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi
• Kristal-kristal sferis dengan gambaran radial
• Sifat : terapung di air, mencair saat dipanaskan, warna nyala kuning saat terbakar,
larut dalam alkohol panas dan eter
• Tahap pembentukan :
• Tahap awal: warna pucat, tengik, berminyak, semi fluid, bau tidak sedap
• Proses hidrolisis: Lebih rapuh dan putih
• Tahap akhir: abu-abu, padat, seperti lilin yang mengikuti bentuh tubuh
• Mempermudah pembentukan : kelembaban dan lemak tubuh cukup, suhu hangat,
invasi bakteri endogen
• Menghambat pembentukan : air mengalir yang membuang elektrolit, udara dingin

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Adiposera
• Lokasi :
• Lemak superfisial  bercak di pipi, payudara, bokong,
bagian tubuh atau ekstremitas
• Lokasi lain seperti hati

• Tubuh dapat bertahan hingga bertahun-tahun


(menghambat pembusukan) karena derajat keasaman
dan dehidrasi jaringan bertambah
• Lemak segar 0,5%  20% (4 minggu)  70% (12
minggu)
• Deteksi:
• Mikroskopi: bahan warna putih kelabu menginfiltrasi bagian
lunak tubuh
• Asam palmitat
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Presnell SE. Postmortem Change [Internet]. Updated 0ctober 13, 2015 [cited at December 18, 2017]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1680032-overview#a2
Mummifikasi
• Proses penguapan cairan atau dehidrasi
jaringan yang cepat  pengeringan jaringan
 pembusukan berhenti
• Perubahan jaringan menjadi keras dan kering,
gelap, berkeriput dan tidak membusuk
• Terjadi pada : suhu hangat, kelembaban
rendah, aliran udara baik, tubuh dehidrasi
lama (12-14 minggu), orang kurus

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Presnell SE. Postmortem Change [Internet]. Updated 0ctober 13, 2015 [cited at December 18, 2017]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1680032-overview#a2
Skeletalisasi
• Bergantung pada iklim dan microenvironment sekitar tubuh, lebih
cepat pada mayat di udara
• Tulang dapat bertahan bertahun-tahun kecuali dihancurkan oleh
hewan besar
• 2 tahun : jaringan lunak sudah tidak ada, tersisa tulang, tendon,
ligamen, rambut dan kulit
• 5 tahun : tersisa tulang tanpa sendi  DNA bone marrow

• Pemeriksaan dan perhitungan usia tulang  forensik patologi,


antropologis atau arkeologis

Pshepherd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th edition. United States of America: Oxford University Press; 2003. P. 38-43.
PERKIRAAN SAAT
KEMATIAN
Perubahan pada mata

• Mata terbuka pada atmosfer kering 


(taches noires sclerotiques)
• Kornea keruh  menetap 6 jam pasca
mati
• Perubahan pada retina  saat kematian
hingga 15 jam
• Tidak ada hubungan antara diameter pupil
dengan lamanya kematian
taches noires sclerotiques

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Presnell SE. Postmortem Change [Internet]. Updated 0ctober 13, 2015 [cited at December 18, 2017]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1680032-overview#a2
30 menit
6 jam
• makula keruh, diskus optikus memucat
• Batas diskus kabur, hanya pembuluh darah
1 jam besar yang mengalami segmentasi (latar
belakang kuning kelabu)
• makula lebih pucat, tepi tidak tajam
7-10 jam
2 jam
• Mencapai tepi retina, batas diskus sangat kabur
• Retina pucat, daerah sekitar diskus dan
sekitar makula menjadi kuning, vaskular 12 jam
koroid bercak dengan latar belakang merah,
segmentasi jelas • Diskusi: konvergensi segmen pembuluh darah
yang tersisa
3 jam
• Vaskular koroid segmentasi kabur
15 jam
• Tidak ada lagi gambaran pembuluh darah
5 jam retina dan diskus, hanya makula yang terlihat
• Vaskular koroid homogen dan lebih pucat warna coklat gelap

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Perubahan lambung
• Kecepatan pengosongan bervariasi  tidak memberi petunjuk pasti waktu
• Keadaan lambung dan isinya
Perubahan rambut
• Kecepatan tumbuh 0,4 mm/hari
• Panjang rambut kumis dan jenggot (pria yang mencukur kumis dan diketahui saat
terakhir mencukur)
Pertumbuhan kuku
• Diperkirakan 0,1 mm/hari (diketahui saat terakhir memotong kuku)

Perubahan cairan CSF


• Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14mg% menunjukkan kematian belum lewat
10 jam
• Kadar nitrogen non protein kurang dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam
• Kadar kreatin kurang dari 5 mg% dan 10 mg% masing-masing menunjukkan kematian
belum mencapai 10 jam dan 30 jam

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
Cairan vitreus
• Peningkatan kadar Kalium memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100
jam pasca kematian
Kadar komponen darah
• Semua berubah setelah kematian akibat aktivitas enzim dan bakteri dan
gangguan permeabilitas sel yang mati
• Tidak ada yang bisa digunakan untuk memperkirakan saat mati
Reaksi supravital
• Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi
jaringan tubuh orang yang masih hidup
• Rangsangan listrik  kontraksi otot 90-120 menit pasca mati dan sekresi kelenjar
keringat sampai 60-90 menit pasca mati
• Trauma menimbulkan perdarahan bawah kulit hingga 1 jam pasca mati

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1997
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai