Anda di halaman 1dari 15

RUANG LINGKUP KOMUNIKASI

 Mendengarkan dan berbicara dengan pasien


merupakan suatu keahlian yang essensial
 Pada lingkungan pelayanan kesehatan, komunikasi
seperti itu merupakan suatu gabungan dari kata-kata
yang diucapkan (komunikasi verbal), komunikasi non-
verbal dan kadang-kadang didukung oleh komunikasi
tertulis.
MEMAHAMI KOMUNIKASI NON-VERBAL
 Komunikasi yang diucapkan pada lingkungan klinik
pada umumnya berhadapan dengan fakta
 Perasaan, emosi, nilai, keinginan dan
minat/ketidaktertarikan biasanya dikomunikasikan
secara non-verbal.
Kepentingannya
a) Kemampuan dokter untuk merespon isyarat dari
perasaan pasien dan emosi penting untuk
menegakkan hubungan yang tertutup dan
mendalam sebagai kemampuan untuk memahami
fakta-fakta mengenai sakitnya. Dari isyarat-isyarat
non-verbal dokter dapat membaca banyak
mengenai ansietas pasien dan perhatiannya.
b) Komunikasi non-verbal mungkin bersifat
disengaja (contohnya, suatu anggukan untuk
mengindikasikan pemahaman), tapi sering tidak
disengaja. Isyarat ketidakpuasan, ”ya” atau
”tidak” sering ditunjukkan secara tidak
disengaja. Mengamati isyarat-isyarat ini dapat
sangat menolong dalam mengetahui apa yang
sebenarnya diinginkan oleh pasien. Isyarat non-
verbal lebih terpercaya dibandingkan kata-kata
yang diucapkan.
c. Isyarat non-verbal dapat menunjukkan
ketidaktertarikan. Pasien dapat membaca isyarat
non-verbal seperti itu. Mereka cukup tajam dalam
memutuskan apakah dokter tertarik dalam
mendengarkan apa yang mereka katakan.
Mengklasifikasikan Komunikasi Non-Verbal

1. Proksemik, contohnya ruang pribadi, susunan tempat duduk saat


pertemuan, jarak antara individu pada saat percakapan, dan waktu.
2. Artifak, contohnya pakaian, dandanan, kacamata, perhiasan.
3. Kinesi (bahasa tubuh), contohnya isyarat tangan, postur tubuh,
ekspresi wajah dan gerakan mata, cara berjalan.
4. Parabahasa, contohnya nada suara dan penekanan, intonasi,
ekspresi seperti ”uh uh”, ”baiklah”, dan ”anda tahu”.
5. Sentuhan, seperti jabatan tangan, keahlian saat pemeriksaan fisik.
6. Lingkungan, seperti mebel, dekorasi ruangan.
7. Karakteristik fisik, seperti status kesehatan, bentuk tubuh, warna
kulit, kulit, deformitas, karakteristik bau tubuh (ketosis
diabetikum, uremia, dan konsumsi alkohol).
 Proksemik
Hal ini berkaitan dengan ruang, posisi dan waktu.
Ruang dan posisi.
- Orang menjaga jarak tertentu selama percakapan.
- Posisi konsultasi yang baik adalah duduk pada sisi
yang berdekatan dari meja.
- Duduk diseberang meja membuat penghalang
antara dokter dan pasien. Beberapa mungkin
menganggapnya lebih emosional dan nyaman jika
tetap dijaga seperti itu.
 Waktu.
Dokter mungkin memberikan kesan bahwa dia sangat
sibuk jika dia tampak terburu-buru, tidak sabaran, sadar
waktu dan melakukan banyak hal pada waktu yang sama.
Pasien dapat merasa bahwa dia tidak seharusnya
membuang-buang waktu dokter dan akan pergi dengan
tidak puas.
Memungkinkan untuk memberikan kesan yang berbeda
bahwa dokter memiliki waktu melalui penggunaan
komunikasi non-verbal:
 mendengarkan pasien yang tidak terburu-buru,
 kecepatan dan nada bicara yang tidak terburu-buru,
 menggunakan penyebab dalam menjawab pasien tanpa
terburu-buru dan tidak mengindahkan interupsi, contohnya
dering telepon.
Artifak
Memberitahu tentang tingkat ketertarikan, penerimaan,
persetujuan, kepuasan, dan perasaan ansietas, depresi atau
ketakutan dari seseorang.
 Wajah. Wajah adalah pembawa emosi (contohnya
kemarahan, kegembiraan, kebahagiaan).
 Bahu. Akan terangkat jika tegang; lebih rendah jika santai.
 Posisi kepala. Terangkat jika menunjukkan keterbukaan,
ketertarikan dan kontrol terhadap situasi; merendah jika
ragu-ragu, merasa kalah, ketakutan atau tidak aman;
miring jika tertarik.
 Postur tubuh. Postur yang tegak mengindikasikan
kepercayaan diri, bersandar ke depan dan belakang
mengindikasikan sikap defensif atau tidak menunjukkan
pemikiran sebenarnya.
 Isyarat tangan. Ketakutan atau ketidakpastian
diekspresikan dengan gerakan tangan ke hidung.
Tangan menutupi mulut mengindikasikan keragu-
raguan mengenai apa yang telah dikatakan. Kedua
tangan saling menyatukan jari-jari, dengan
telunjuk berdiri dan ujungnya saling menyentuh
mengindikasikan kepercayaan diri dan kepastian
mengenai komentar yang telah dibuatnya.
 Lengan terlipat. Lengan yang terlipat merupakan
posisi alami dari rasa kenyamanan; meskipun
demikian, dapat juga mengesankan sikap defensif,
ketidaksetujuan atau rasa tidak aman.
 Kaki. Duduk di kursi dengan posisi kaki ”siap
untuk berlari” mengindikasikan ketidaktertarikan.
Parabahasa
 Penekanan. Penekanan pada bagian-bagian
berbeda dari kalimat membentuk makna pesan
yang ingin disampaikan. Sehingga penting untuk
memperhatikan tidak hanya apa yang dikatakan
namun juga bagaimana mengatakannya.
 Kecepatan berbicara. Bicara yang cepat muncul
pada kemarahan, kegembiraan atau antusias;
bicara pelan muncul pada kesedihan.
 Nada. Suara yang lembut, bernada rendah dengan
jeda-jeda yang tidak tentu merupakan beberapa
karakteristik vokal yang dihubungkan dengan
depresi. Kemarahan atau iritasi juga ditunjukkan
dengan nada suara.
 Tidak lancar. Salah bicara mengindikasikan ansietas,
ketidaknyamanan yang dipengaruhi oleh situasi; ”er”,
”ah”, ”um” dapat berarti ketidakpastian mengenai apa
yang sedang diucapkan.
 Jeda. Menjadi pendengar yang baik sangat bernilai
tinggi. Tampaknya bahwa satu dari faktornya adalah
kemampuan untuk menggunakan jeda dan berbicara
dengan pelan.
Sentuhan
 Sentuhan adalah area dalam komunikasi non-verbal yang
paling penting terutama untuk profesi yang berkaitan
dengan penyembuhan.
”Sandaran tangan”, ”sentuhan penyembuhan”
memberitahu kita nilai sentuhan sebagai bagian
konsultasi.
Tetapi selain keuntungannya, satu hal yang harus dijaga
adalah resiko terjadinya salah interpretasi terhadap niat
kita. Agar sentuhan menjadi efektif, maka harus
(a) dapat diterima oleh pasien
(b) dapat diterima oleh dokter
(c) dikenali mengandung makna yang unik untuk setiap
pasien.
Penting untuk mendapatkan persetujuan pasien sebelum
melakukan pemeriksaan fisik (”Dapatkah saya memeriksa
anda?” atau ”Silakan duduk di sofa, mari kita lihat apa yang
anda alami.”)
KOMUNIKASI TERTULIS
 Komunikasi tertulis penting dalam
(a) sebagai bukti dari suatu keputusan (contohnya
persetujuan operasi)
(b) menghilangkan kebingungan
(c) menambah pemahaman dan mengumpulkan
informasi yang didapat.
Kejelasan dan kesederhanaan dalam komunikasi
tertulis merupakan inti dari komunikasi yang baik
antara dokter dan pasien.

Anda mungkin juga menyukai