BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA

ANANDYO SEPTIAWAN
DEFINISI

 Benign Prostate Hyperplasia (BPH) = Temuan histopatologis berupa hiperplasia sel-sel

stroma dan sel-sel epitel pada kelenjar prostat
 Benign Prostate Enlargement (BPE) = Pembesaran kelenjar prostat
 Bladder Prostate Obstruction (BPO) = Obstruksi saluran kemih akibat pembesaran
kelenjar prostat
FAKTOR RESIKO

 Faktor genetik
 Diet
 Pengunaan obat obatan (antidepresan, antihistamin, bronkodilator)
 Sindrom metabolik
 Disfungsi seksual
 Mikrotrauma
PATOFISIOLOGI

Proliferasi sel
Pertambahan
usia
stroma dan Estrogen
sel epitel

Sintesis ↑ reseptor
Testosteron
Growth androgen
 DHT
Factor ↓ apoptosis

Penetrasi Stimulasi Ketidakseimbangan

inti sel pertumbuhan pertumbuhan sel
sel stroma dan apoptosis
stroma
DIAGNOSIS

 Anamnesis
 Riwayat penyakit
 RPD cedera, infeksi, pembedahan
 Funsi seksual
 Pengunaan obat obatan
PX FISIK

 Pemeriksaan tanda – tanda vital

 Pemeriksaan general head to toe
 Pemeriksaan status mental dan neurologis
 Pemeriksaan abdomen, utamanya abdomen bawah untuk mengevaluasi distensi VU
 Pemeriksaan genitalia
 Pemeriksaan colok dubur, mengukur volume, permukaan, serta konsistensi prostat.
PX PENUNJANG

 Urinalisis
 Pemeriksaan fungsi ginjal
 Pemeriksaan Prostate Specific Agent (PSA)
 Catatan harian miksi / Voiding diaries
 Uroflometri
 Pemeriksaan residu urin
 Pencitraan  USG prostat, USG Abdomen, IVP
TERAPI

 Tanpa terapi,
 skor IPSS < 7
 Medikametosa,
 skor IPSS > 7
 Perkembangan keluhan miksi memburuk
 Intervensi bedah
 Retensi urin
 ISK
 Hematuria
 Vesikolitiasis
 Gagal ginjal