Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA


PRASEKOLAH
SELAMA HOSPITALISASI DIRUANG ALAMANDA
RSUD Dr.HI ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG

Disusun Oleh

RINONA RINDU CHINTAMI


1522093
A. Latar Belakang Masalah
Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia
dibawah 5 tahun. Anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat. Anak
yang sakit akan mengalami stress bagi anak itu sendiri ataupun keluarga
(Setiawan et al,2014). Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi sebagai
sebuah pengalaman yang menakutkan. Ketika anak menjalani perawatan di rumah
sakit, biasanya ia akan dilarang untuk banyak bergerak dan harus banyak
beristirahat. Hospitalisasi pada anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang darurat mengharuskan
anak untuk dirawat atau tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai anak dipulangkan
atau sampai sembuh. Selama proses tersebut, anak dapat mengalami berbagai kejadian pengalaman yang
sangat traumatik atau pengalaman yang tidak di inginkan anak dan penuh stress
(Supartini, 2012). Pada masa prasekolah reaksi anak terhadap hospitalisasi adalah
menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, adanya perasaan malu dan
takut, reaksi agresif, marah, berontak, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
dan tidak mau berkerja sama dengan perawat (Andriana D, 2011). Selain itu
menurut Liasyorini (2007) dan Kiche dan Almeida (2009), hasilnya menunjukan
ada nya pengaruh terapi bermain terhadap kemampuan sosialisasi dan menerima
tindakan perawatan selama anak dirawat rumah sakit.
Hospitalisasi adalah penyebab stress bagi anak, terutama disebabkan oleh
perpisahan dari lingkungan. Perawatan dirumah sakit atau hospitalisasi juga
membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Perasaan cemas merupakan dampak
dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena menghadapi stressor yang ada di
lingkungan rumah sakit.
Anak yang mengalami kecemasan dapat diatasi dengan intervensi
keperawatan, salah satu nya dengan menggunakan terapi bermain. Bermain dapat
digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap yang dikenal
dengan Terapi Bermain (Tedjasaputra, 2008). Bermain merupakan suatu aktivitas
dimana anak dapat melakukan atau mempraktikan keterampilan, memberikan
ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan
dan berprilaku menjadi dewasa (Hidayat, A.A, 2009). Bermain merupakan hal
yang menyenangkan dan mengasyikan terutama bagi anak umur 3-6 tahun.
Bermain bagi anak akan mengembangkan kemampuan seperti kemampuan
motorik dimana anak cepat untuk bergerak, berlari dan melakukan berbagai
kegiatan fisik lainnya. Permainan teraupetik hendaknya
disesuaikan dengan usia dan tahapan perkembangan anak (Mahon, 2009).
Menurut Subardiah (2009), permainan teraupetik berpengaruh terhadap penurunan
kecemasan, kehilangan kontrol, dan ketakutan pada anak yang dirawat di rumah
sakit.
Bentuk permainan yang sesuai dengan anak prasekolah yaitu mewarnai
atau menggambar. Menggambar dan mewarnai merupakan salah satu permainan
yang memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat teraupetik
(sebagai permainan penyembuh) dan juga salah satu permainan teraupetik
bertujuan untuk mengurangi rasa tegang dan emosi yang dirasakan oleh anak
selama proses perawatan (Hidayat, A.A, 2007). Dengan mewarnai gambar juga
dapat memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia prasekolah sudah
sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan
perkembangan kemampuan motorik halus dengan mewarnai meskipun masih
menjalani perawatan di rumah sakit.
Berdasarkan penelitian Alkhuari (2013) dilakukan di ruang anak Rumah
Sakit Umum Daerah Lubuk Linggau smenunjukkan hasil responden sebelum
diberikan terapi bermain mewarnai banyak yang mengalami tingkat kecemasan
berat sebanyak 16 orang anak atau sekitar 44,4% dan setelah diberikan terapi
bermain mewarnai didapatkan banyak yang mengalami kecemasan ringan yaitu
sebanyak 12 orang anak atau sekitar 33,3%. Hasil penelitian setelah diberikan
terapi bermain mewarnai, rata-rata memiliki skor kecemasan sebesar 20.94 dalam
kategori kecemasan sedang dengan nilai median 21.50 dan standar deviasi 6,887.
Selanjutnya terlihat bahwa skor kecemasan terendah atau nilai minimum adalah 7
dan nilai tertinggi atau nilai maximum adalah 36.

Peran perawat dalam terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat


kecemasan anak usia prasekolah selama hospitalisasi yaitu membantu
menurunkan kecemasan anak selama dirawat, dengan cara memberikan
kesempatan pada anak untuk bebeas berekspresi dan sangat teraupetik (Paat,
2010).
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah pemberian terapi bermain mewarnai gambar pada anak
usia prasekolah yang dirawat di rumah sakit dapat menurunkan kecemasan di
Ruang Alamanda RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung

2. Tujuan Khusus
1. Diketahui tingkat kecemasan usia prasekolah diberi terapi bermain mewarnai
gambar
2. Diketahui tingkat kecemasan anak usia prasekolah setelah dilakukan terapi
bermain mewarnai gambar
3. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan
4. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stres karena
penyakit dan dirawat
5. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan
C. Metode Penelitian
1.Desain Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian
kuantitatif yaitu peneliti ini sering menggunakan pendekatan deduktif, logi,
emperis, dan dapat di ukur. Metode ini bersifat formal, obejktif, sistematik,
dan menggunakan data numerik untuk mendapatkan informasi berupa data-data. Dan desain
yang digunakan adalah deskritif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran
tenang keadaan secara objektif, dan tidak ada variable bebas maupun terkait, dan bersifat
umum (Notoadmojo, 2010).
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk memahami penerapan terapi
bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah
selama hospitalisasi Diruang Alamanda RSUD Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
menggunakan rancangan penelitian pre experimental designs dengan
rancangan pra-pasca test dalam satu kelompok (one-group pre test- post test
design, dengan mengobservasi sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah
dilakukan. Kelompok subjek dilakukan pengukuran skor kecemasan sebelum
dan kemudian diuku kembali skor kecemasan setelah diberi perlakuan ( Elfira, Eqlima 2011)
2. Subyek Penelitian
Subyek dalam penerapan intervensi ini sebanyak 2 subyek, hal ini didasarkan atas
persyaratan dalam penyusunan proposal ini. Subyek pada penelitian ini yaitu
kecemasan pada anak usia prasekolah selama hospitalisasi di ruang Alamanda
RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah anak merasa cemas karena
hospitalisasi minimal 3 hari perawatan, pasien bersedia menjadi responden.Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah anak tidak kooperatif, anak dalam kondisi
lemah, dan anak mengalami tingkat kecemasan.
D. Pembahasan
Pertumbuhan merupakan suatu alamiah yang terjadi pada individu secara bertahap, anak semakin
bertambah berat dan tinggi sedangkan perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara
simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu supaya berfungsi, yang
dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya (Suryani, E & Badi’ah,
A, 2015).

Pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara
fisik, intelektual, maupun emosional (Suryani, E & Badi’ah, A, 2015).

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik


Peristiwa pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat terjadi dalam suatu perubahan ukuran
besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Anak bukan
merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa.
2. Pertumbuhan dan perkembangan intelektual
Pertumbuhan dan perkembangan intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbol
maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Emosional
Perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari perilaku anak ketika berada di lingkungan
sosial.
4. Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa pranatal mulai masa embrio (mulai
konsepsi-8 minggu) dan masa fetus (9 minggu sampai lahir)
b. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun ke atas, terdiri atas masa prasekolah (3-6 tahun) dan masa
remaja (12-18 tahun)
2. Konsep Tumbuh Kembang Prasekolah
a. Usia 3 tahun
Motorik Kasar : Sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju denga
bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga
Motorik Halus : Bisa menggambar lingkaran , mencuci tangannya sendiri, menggosok gigi.
b. Usia 4 tahun
Motorik Kasar : berjalan jinjt, melompat, melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan
melemparkannya dri atas kepala
Motorik Halus : Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar
kotak, menggambar garis vertical mapun horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju.
c. Usia 5 tahun
Motorik Kasar : Berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar bola
dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian
Motorik Halus : menulis angka-angka, menulis dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar
menulis nama, belajar mengikat tali sepatu.
Sosial Emosional : Bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebaya,
interaksi sosial selama bermain meningkatkan, sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain.
Pertumbuhan Fisik : Berat badan meningkat 2,5 kg/tahun, tinggi badan meningkat 6,75-7,5
cm/tahun.

Definisi Terapi Bermain


Terapi bermain merupakan suatu proses penyembuhan dengan metode bermain yang digunakan
pada anak emosi, khususnya pada anak usia 3-5 tahun, dengan tujuan mengubah tingkah laku
anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang
diharapkan. Pelaksanaan terapi bermain sudah sesuai anak dengan prinsip terapi bermain bagi
anak di rumah sakit yaitu permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang
dijalankan pada anak, permainan yang tidak membutuhkan energi, singkat dan sederhana,
permainan harus mempertimbangkan keamanan anak (Karsi, 2013).
Fungsi bermain di rumah sakit yaitu, memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
asing, memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol, membantu mengurangi stres
terhadap perpisahan, memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian bagian tubuh dan
fungsinya, penyakit, memberi peralihan (distraksi) dan relaksasi, membantu anak untuk merasa lebih
aman dalam lingkungan yang asing, memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk
mengeksplorasi perasaan, menganjurkan untuk berinteraksi dan
mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang lain, serta memberi cara untuk
mengekspresikan ide kreatif dan minat ( Adriana, 2011).

Jenis-jenis permainan berdasarkan kelompok usia

a. Usia 0-1 Tahun


Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya refleks melatih kerjasama antara
mata dan tangan atau mata dan telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yangada tetapi
tidak kelihatan, serta melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, dan keterampilan dengan
gerakan yang berulang. Fungsi bermain pada usia ini adalah untuk memperbaiki pertumbuhan dan
perkembangan. Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain benda (permainan) yang
aman sehingga dapat dimasukkan ke dalam mulut, misalnya gambar bentuk muka, boneka orang dan
binatang, alat permainan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat permainan yang berupa
selimut, boneka, dan lain-lain.
b. Usia 1-2 Tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia 1-2 tahun pada dasarnya
bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik,
melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari, serta
memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini
menggunakan semua alat permainan yang dapat didorong dan ditarik, misalnya alat
rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.
c. Usia 2-3 Tahun
Pada usia anak ini dianjurkan untuk bermain dengan tujuan menyalurkan perasaan
atau emosinya anak, mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik
kasar dan halus, mengembangkan kecerdasan, melatih daya imajinasi, serta
melatih kemampuan membedakan permukaan dan warna benda. Adapun alat
permainan pada usia ini yang dapat digunakan antara lain peralatan menggambar,
puzzle sederhana, manik-manik ukuran besar, serta berbagai benda yang mempunyai
permukaan dan warna yang berbeda-beda.
d. Usia 3-6 Tahun

Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitas dan
sosialisasinya, sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan
kecerdasan, menumbuhkan sportivitas, mengembangkan koordinasi motorik,
mengembangkan dalam mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan
pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, serta memperkenalkan suasana kompetisi dan
gotong royang. Alat permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini misalnya benda-
benda di sekitr rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar
melipat, gunting, dan air.
Kesimpulan
penerapan terapi bermain mewarnai terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah yaitu
untuk membantu menurunkan kecemasan selama hospitalisasi, melalui metode non-
farmakologis seperti terapi bermain biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah. Bukan
hanya dapat menurunkan kecemasan tetapi terapi bermain mewarnai juga dapat
meningkatkan kemampuan imajinatif, kreatif, dan dapat meningkatkan pengetahuan anak.
Terapi bermain mewarnai merupakan metode yang cukup aman untuk di terapkan

Anda mungkin juga menyukai