Anda di halaman 1dari 32

Al Quran dan As Sunah:

Sumber Hukum Islam


“Aku tinggalkan dua perkara untukmu sekalian,
kalian tidak akan sesat selama kalian
berpegangan kepada keduanya, yaitu kitab
Allah dan sunah rasulnya”. (HR Imam Malik)
ALQURAN
ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
“Sesungguhnya atas tanggungan kami lah
mengumpulkan nya (al-Qur’an) di dadamu dan
membuatmu pandai membaca. Maka bila
kami telah selesai membacakan nya ikutilah
bacaan tersebut” (Al-Qiyamah: 17-18)
i.

A
i.

Al-Quran sebagai petunjuk hidup secara umum


mengandung 3 doktrin: Akidah, akhlak, dan
hukum-hukum amaliyah.
Hukum-hukum amaliyah dalam al-Quran terdiri
dari dua cabang: Hukum ibadah dan
muamalah.
i.

Abdul Wahab Khallaf memerinci macam hukum


bidang muamalah dan jumlah ayatnya. Hukum
keluarga, mulai dari pernikahan, talak, rujuk,
‘iddah, hingga masalah warisan, seluruhnya ada
70 ayat. Hukum perdata ada sekitar 70 ayat,
Hukum jinayat (pidana) ada 30 ayat, Hukum
murafa’at (acara atau peradilan) ada 13 ayat,
Hukum ketatanegaraan ada 10 ayat, Hukum
antara bangsa (internasional) ada 25 ayat, Hukum
ekonomi dan keuangan ada sekitar 10 ayat.
i.

Ibadah, dalam Quran dikemukakan secara


mujmal (global) tanpa merinci kaifiyatnya,
seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Untuk
menjelaskan tatacaranya dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw dengan sunnahnya.
i.

Kaffarat, yaitu semacam denda yang bermakna


ibadah, karena merupakan penghapus bagi
sebagian dosa. Contoh:
Kaffarat zihar QS. Al-Mujadilah: 3-4.
Kaffarat sumpah , QS. Al-Maidah: 89.
i.

Hukum mu’amalat. Al-Quran hanya memberikan


prinsip-prinsip dasar, sunnah berperan
merincinya, dan ijtihad para ulama berperan
dalam mengembangkan perinciannya. Seperti
larangan memakan harta orang lain secara
tidak sah, QS. Al-Nisa`: 29, dan larangan
memakan riba, QS. Al-Baqarah: 275 .
i.

Hukum Keluarga, Al-Quran berbicara agak rinci,


misalnya penjelasan wanita-wanita yang
haram dinikahi, QS. Al-Nisa`: 23
Masalah thalaq (QS. Al-thalaq: 1), rujuk (QS. Al-
Baqarah: 228), ‘iddah karena meninggal suami
(QS. Al-Baqarah: 234) dan ‘iddah karena
terjadinya perceraian (QS. Al-Baqarah: 228)
i.

Hukum pidana. Al-Quran melarang tindak kejahatan


secara umum. Seperti larangan pembunuhan (Al-
An’am: 151), larangan minum khamar (QS. Al-
Maidah: 90) dan rincian hukumannya dijelaskan
oleh sunnah dengan cambuk 40 kali sesuai hadis,
larangan berzina (Al-Nur: 2), hukuman bagi
pencuri (Al-Maidah: 38), hukuman pelaku qazaf
atau menuduh orang lain berzina tanpa saksi (QS.
Al-Nur: 4)
i.

Hukum yang mengatur hubungan penguasa


dengan rakyat (QS. Al-Nahl: 90 dan Ali ‘Imran:
159).
Hukum yang mengatur hubungan muslin dan
non-muslim (QS. Al-Hujurat: 13 dan al-
Baqarah: 194).
SUNNAH
SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
Muhammad SAW: Hamba Allah
• Kedudukan nabi Muhammad SAW adalah sebagai
salah satu hamba dari hamba-hamba Allah
• 17:1 Mahasuci yang yang telah memperjalankan
HAMBANYA di waktu malam
– Kata “hambaNya” menurut ulama berarti JISMAN WA
RUUHAN = jasad dan ruh, bukan hanya ruhnya saja.
• Sebagai seorang hamba, beliau SAW:
– Seorang manusia (‫) ِإ ْن َسانًا‬
– Memiliki nasab, garis keturunan (‫)نَ َسبًا‬
– Memiliki jasad (‫) ِج ْس ًما‬
Muhammad SAW adalah Rasul di
َ ‫س ْو ٌل ِم َن ا ْل ُم ْر‬
antara Para Rasul (‫س ِل ْي َن‬ ُ ‫) َر‬
• Kedudukan nabi Muhammad SAW adalah
sebagai Rasul di antara para rasul yang lain (3:144
‫س ُل‬ ‫سو ٌل قَ ْد َخلَتْ ِم ْن قَ ْب ِل ِه س‬
ُ ‫الر‬ ُ ‫) َو َما ُم َح َّم ٌد ِإ ََّّل َر‬
• 36:3 ‫ين‬ َ ‫س ِل‬ َ ‫( ِإنَّ َك لَ ِم َن ا ْل ُم ْر‬sesungguhnya kamu salah
seorang dari rasul-rasul)
• Ketika beliau SAW menerima wahyu yang
pertama, maka dari langit terdengar suara,
‫ َوأَنَا ِج ْب ِر ْيل‬،‫هللا‬ ُ ‫يَا ُم َح َّم َد! أ َ ْنتَ َر‬
ِ ‫س ْو ُل‬
Wahai Muhammad! Kamu adalah Rasulullah dan
aku Jibril
Menyampaikan Misi (‫سالَ ِة‬ ِ ‫)ت َ ْب ِل ْي ُغ‬
َ ‫الر‬
• Sebagai Rasul, maka beliau SAW menyampaikan risalah
yang ditugaskan oleh Allah kepadanya
• 5:67 َ‫سو ُل بَ ِل ْغ َما أ ُ ْن ِز َل ِإلَ ْي َك ِم ْن َر ِب َك َو ِإ ْن لَ ْْ ت َ ََْْ ْل ََ َما بَلَّ ْْت‬ َّ ‫يَا أَيس َها‬
ُ ‫الر‬
• Tugas ini adalah tugas yang sangat berat, sehingga saat
Haji Wada’ beliau berkali-kali menegaskan: ُ‫اللَّ ُه َّْ قَ ْد بَلَّ ْْت‬
(Ya Allah, sungguh aku telah menyampaikan), maka
para sahabat yang hadir (124.000) menjawab, ْْ َََ‫( ن‬Ya!
Ya! Ya!)
• Padahal beliau SAW telah menunaikan semua risalah
dengan sesempurna-sempurna penunaian
Muhammad SAW adalah Sunnah
• Karena As-Sunnah menurut definisi ahli hadits:
setiap yang berasal dari Nabi SAW baik
– perkataan (sunnah qauliyah),
– perbuatan (sunnah fi’liyah) maupun
– ketetapan (sunnah taqririyah)
• Jadi apa yang terjadi pada diri Nabi ada efek
hukumnya
– Nabi lupa rakaat dalam shalat  syari’at sujud sahwi
– Nabi marah, senyum, tertawa, diam, berjalan, makan,
minum, dll semuanya menjadi hukum bagi umatnya
Kajian Hukum (ْ‫) َِ ْقهُ اْأل َ ْح َك ِا‬
• Dari as-Sunnah itulah para ulama kemudian
membuat kajian untuk memahami hukum-hukum
berkaitan dengan amal-amal praktis
• Kajian ini disebut FIQH atau lengkapnya fiqhul
ahkam
• Ulama yang mengkaji masalah ini biasa disebut
MUJTAHID (orang yang berijtihad, mengeluarkan
segala upaya untuk memahami hukum dan
menetapkannya)
4 Mazhab

• Ada 4 ulama mujtahid yang kemudian disebut mazhab


(aliran fiqh) yang terkenal
– Imam Hanafi
– Imam Maliki
– Imam Syafi’I
– Imam Hambali
• Selain keempat imam itu ada banyak ulama mujtahid,
seperti Sufyan ats-Tsauri, Atha’, Said bin Musayib, dll
• Mereka adalah ulama fiqh yang berjasa dalam
pengembangan hukum-hukum Islam
As-Sunnah sebagai Sumber
• As-Sunnah berkedudukan sebagai sumber
pada tiga hal
– Sumber hukum (kedua setelah Al-Qur’an)
– Sumber sirah
– Sumber dakwah
• Karena itu penting untuk memahami as-
Sunnah (al-Hadits)
“ … Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia, dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah, …” (QS Al Hasyr :
7)
Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh
Al Qur’an, sehingga kedunya (Al Qur’an dan Hadits)
menjadi sumber hukum untuk satu hal yang sama.

“Diharamkan bagimu bangkai, darah,dan daging


babi…” (QS Al Maidah : 3)
“Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan
dua macam darah. Adapun dua macam
bangkai adalah ikan dan belalalng, sedangkan
dua macam darah adalah hati dan limpa…”
(HR Ibnu Majjah)
Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak
didapati dalam Al Qur’an.

“Menyucikan bejanamu yang dijilat anjing adlah


dengan cara membasuh sebanyak tujuh kali
salah satunya dicampur dengan tanah” (HR
Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Baihaqi)
SUNNAH
“Setiap apa yang ditinggalkan (diterima) dari
Rasul saw berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan, akhlak atau kehidupan, baik
sebelum beliau diangkat menjadi Rasul
maupun sesudahnya, seperti tahanuts
(berdiam diri) yang dilakukan di gua Hira atau
sesudah kerasulan beliau”
SUNNAH
Sunnah qauliyah, yaitu Hadits-Hadits yang
diucapkan langsung oleh Nabi saw dalam
berbagai kesempatan terhadap berbagai
masalah yang kemudian dinukil oleh para
sahabat dalam bentuknya yang utuh
sebagaimana diucapkan oleh Nabi saw.
SUNNAH
CONTOH SUNNAH QOULIAYH: rasulullah saw
bersabda:
• ‫سووا صْوَكْ َإن تسوية الصف من تماْ الصالة (رواه‬
)ْ‫مسل‬
• “Hendaklah kamu meluruskan shaf (barisan)
mu, karena sesungguhnya shaf yang lurus itu
termasuk dari kesempurnaan shalat” (H. R.
Muslim)
SUNNAH
Sunnah Fi’liyah, yaitu Hadits-Hadits yang
berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan
oleh Nabi saw yang dilihat atau diketahui para
sahabat, kemudian disampaikan kepada orang
lain
SUNNAH
Perbuatan yang dilakukan Nabi saw sebagai
manusia biasa, seperti makan, minum, duduk,
berpakaian, memelihara jenggot dan
sebagainya. Perbuatan seperti ini tidak
termasuk sunnah yang wajib diikuti oleh
umatnya. Hal ini dikarenakan perbuatan Nabi
sebagai manusia biasa.
SUNNAH

Perbuatan yang dikerjakan Rasul saw yang


menunjukkan bahwa perbuatan tersebut
khusus untuk dirinya, seperti melakukan
shalat tahajjud setiap malam, menikahi
perempuan lebih dari empat atau menerima
sedekah dari orang lain
SUNNAH
• Perbuatan yang berkenaan dengan hukum dan
ada alasannya, yaitu, sunnat, haram, makruh
dan mubah. Perbuatan seperti ini menjadi
syari’at bagi umat Islam.
SUNNAH
• Sunnah Taqririyah, yaitu Hadits yang berupa
ketetapan Nabi saw terhadap apa yang datang
atau yang dilakukan sahabatnya. Nabi saw
membiarkan atau mendiamkan suatu
perbuatan yang dilakukan oleh para
sahabatnya tanpa memberikan penegasan
apakah beliau bersikap membenarkan atau
mempermasalahkannya

Anda mungkin juga menyukai