Anda di halaman 1dari 11

Masyarakat dalam Islam,

Ciri-cirinya:
1. Sebagai uamt yang satu (ummatan wahidah).
Landasan ini dapat dibaca dengan jelas dalam
Q.S. 49:10; 23:52.
2. Umat yang berada dalam tali ikatan Allah. Hal
ini dapat dijumpai dalam Q.S. 3:103; 8:46.
3. Persamaan harkat dan derajat antar sesama.
Islam memandang manusia dalam derajat yang
sama. Tidak ada yang dilebihkan. Antara kulit
merah, hitam, putih atau kulit berwarna lainnya
adalah sama. Konsep ini terlihat jelas dalam
Q.S. 49:13).
4. Saling tolong menolong. Islam
menghendaki dalam sebuah komunitas
atau masyarakat antara yang satu dengan
yang lainnya hendaklah saling tolong
menlong, saling bantu membantu dan
hidup senasib sepenanggungan.
Sebagaimana ajaran yang dikehendaki al-
Qur’an yaitu pada surat 9:71; 5:2.
5. Senantiasa saling bermusyawarah.
Dalam hidup bermasyarakat pasti akan
dijumpai bukan saja kedamaian dan
kesentosaan, tetapi di dalam pasti juga
secara insidental terkadang muncul
ketegangan, konflik maupun kecemasan.
Oleh karena itu jalan terbaik untuk
memecahkan masalah-masalah
kemasyarakatan adalah melalui
musyawarah. Hal ini al-Qur’an telah
memberi petunjuk yaitu dalam surat as-
Syura :38; Ali Imran :159.
6. Umat Islam adalah sebagai umat yang
harmonis atau umat penengah (wasathan).
umat yang penengah ini berkedudukan
sebagai umat yang egaliter. Hal ini dapat
dilihat dalam Q.S. 2:143.
Antara hak dan kewajiban, Islam
menganut asas keseimbangan:
1. hak dan kewajiban masyarakat
2. antara individu dengan individu lainnya.
3. antara hak individu dan kewajiban individu
4. antara hak masyarakat dan kewajiban
masyarakat
5. antara hak individu dengan kewajiban
masyarakat
6. dan atau antara hak masyarakat dengan
kewajiban individu.
ISLAM DAN PERSOALAN EKONOMI
Pandangan Islam
terhadap Harta
a. Pemilik mutlak segala sesuatu yang ada di dunia ini termasuk
harta benda adalah Allah
b. Status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut :
1. Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT.
2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia
untuk menikmatinya dengan tidak berlebihan. (QS. 3:14)
3. Harta sebagai ujian keimanan (QS. Al-Anfal: 28)
4. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan
perintahnya dan melaksanakan kegiatan muamalah diantara
sesama manusia, melalui kegiatan zakat, infak dan sedekah.
(QS.at-Taubah :41, 60) (QS. 3: 133-134)
c. Pemilikan harta dapat dilakukan antara lain
melalui usaha (a’mal) atau mata pencaharian
(maisah) yang halal dan sesuai dengan
aturan-Nya. (QS. Al-Mulk: 15), (QS. Al
baqarah: 267), (QS. Al-Jum’ah: 10)
• d. Dilarang mencari harta, berusaha atau
bekerja yang dapat mengakibatkan:
1. Melupakan kematian (QS. At-Takasur: 1-2)
2. Melupakan dzikrullah atau tidak ingat kepada
Allah dengan segala ketentuannya (QS. Al-
Munafiqun: 9)
3. Melupakan shalat dan zakat (QS. An-Nuur: 37)
4. Memusatkan kekayaan hanya pada
sekelompok orang kaya saja. (QS. al-Hasyr: 7)
e. Dilarang menempuh usaha yang haram
diantaranya:
1. Melakukan praktek riba (QS. Al-Baqarah
273-281)
2. Melakukan perjudian, jual beli yang dilarang
atau haram (QS. al-Maidah: 90-91)
3. Melakukan pencurian, merampok,
penggasaban (QS. al-Maidah: 38)
4. Curang dalam takaran dan timbangan (QS.
al-Muthaffifiin: 1-6)
Sistem ekonomi Islam dewasa ini lebih dikenal
dengan istilah Sistem Ekonomi Syariah. Sistem
ekonomi syariah mempunyai beberapa tujuan
yakni ;
a. Kesejahteraan ekonomi dalam kerangka norma
moral;
b. Membentuk masyarakat dengan tatanan sosial
yang solid berdasarkan pada keadilan dan
persaudaraan yang universal;
c. Mencapai distribusi pendapatan dan kekayaan
yang adil dan merata;
d. Menciptakan kebebasan individu dalam konteks
kesejahteraan sosial berdasarkan pada syariat
ajaran agama Islam.
• Sistem ekonomi syariah memiliki karakteristik “amar ma’ruf nahi munkar”. Yang berarti
bahwa memerintahkan untuk berbuat kebajikan dan mencegah perbuatan yang munkar.
Sisitem ini dapat dilihat dari empat sudut pandang, yaitu:
1. Ekonomi ke-Tuhanan (Illahiyah), Manusia diciptakan oleh Allah dengan tujuan agar manusia
beribadah kepada-Nya, hal ini termasuk dalam mrncari kebutuhan hidup. Dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya harus senantiasa berpedoman kepada syariah sebagai aturan Allah
SWT dan segala usahanya tersebut ahrus ditujukan semata untuk mendapat keridlaan dari
Alalah SWT.
2. b. Ekonomi Akhlaq.
3. Kesatuan antara ekonomi dan akhlak harus berkaitan dengan sektor produksi, distribusi dan
konsumsi. Dalam melakukan kegiatan ekonominya harus memperhatikan etika dan tuntunan
seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
4. c. Ekonomi kemanusiaan.
5. Alllah memberikan predikat kholifah hanya kepada manusia, karena manusia diberi
kemampuan dan perasaan yang memungkinkan ia melaksanakan tugasnya. Melalui
perannya sebagai Khalifah manusia wajib beramal, bekerja keras, berkreasi dan berinoivasi.
6. d. Ekonomi Keseimbangan.
7. Pandangan Islam terhadap hak individu dan masyarakat yang diletakan dalam neraca
keseimbangan tentang dunia dan akhirat, jiwa dan raga, akal dan hati, perumpamaan dan
kenyataan, iman dan kekuasaan. Ekonomi yang bersifat moderat tidak mendzolimi
masyarakat khususnya kaum lemah sebagaimana terjadi pada masyarakat kavitalis. Tidak
mendzolimi hak individu sebagaimana yang dilakukan oleh kaum sosialis, tetapi Islam
mengakui hak individu dan masyarakat secara berimbang.

Anda mungkin juga menyukai