Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

Spondilitis Tuberculosa
Disusun Oleh:
Ary Winanti Putri
Inna Uropmabin
Irma Pretty Tobing
Patresya Lantan

Pembimbing:
dr. Paulina Watofa, Sp.Rad, MPH
Pendahuluan

•Spondilitis TBC, •Terhitung kurang •Di negara yang •Insidensi


juga dikenal sebagai lebih 3 juta sedang berkembang paraplegia, terjadi
penyakit Pott’s kematian terjadi penyakit ini lebih tinggi pada
disease, yaitu setiap tahunnya merupakan orang dewasa
merupakan suatu dikarenakan penyebab paling dibandingkan
penyakit yang penyakit ini. sering untuk dengan anak-anak.
banyak terjadi di kondisi paraplegia
seluruh dunia. non traumatik.
Definisi
 Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis
berupa infeksi granulomatosis disebabkan oleh kuman spesifik
yaitu mycobacterium tuberculosa yang mengenai tulang
vertebra.
 Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra Th 8- L3
dan paling jarang pada vertebra C2. Spondilitis TB biasanya
mengenai korpus vertebra, sehingga jarang menyerang arkus
vertebra .
Etiologi
 Mycobacterium tuberculosis
 Mycobacterium Africanum
 Bovine tubercle baccilus
 Non-tuberculosus mycobacterium
Patogenesa
 Tuberkulosa pada tulang belakang
 Penyebaran hematogen
 Penyebaran langsung nodus limfatikus para aorta
atau melalui jalur limfatik ke tulang dari fokus
tuberkulosa yang sudah ada sebelumnya di luar
tulang belakang.
 Sumber infeksi yang paling sering adalah berasal dari
sistem pulmoner dan genitourinarius
 Anak-anak (penyebaran dari fokus primer di paru)
 Dewasa (penyebaran fokus primer ekstrapulmoner:
ginjal, usus, tonsil).
 Nekrosis perkijuan mencegah
pembentukan tulang baru dan pada saat
yang bersamaan menyebabkan tulang
menjadi avascular  tuberculous
sequestra
 Suplai darah terganggu  tulang nekrosis
Patogenesa  Destruksi progresif tulang di bagian
anterior hilangnya kekuatan mekanis
tulang untuk menahan berat badan 
kolaps vertebra  timbul deformitas
berbentuk kifosis
 Bila sudah timbul deformitas ini, maka hal
tersebut merupakan tanda bahwa
penyakit ini sudah meluas
Klasifikasi
Peridiskal / paradiskal
 Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di
area metafise di bawah ligamentum longitudinal anterior /
area subkondral)
 Banyak pada dewasa
 kompresi, iskemia dan nekrosis diskus
 Terbanyak regio lumbal

Sentral (pada sentral korpus vertebra)


 Sering disalah artikan tumor
 Sering pada anak2
 Kolaps vertebra dini  deformitas spinal yang lebih hebat
 Kompresi bersifat spontan atau akibat trauma
 Terbanyak regio torakal
• Anterior
o Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum
dari vertebra di atas dan dibawahnya
o Radiologis : adanya scalloped karena erosi bag anterior
sejulah vertebra (berbentuk baji)

• Atipikal
o terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
diidentifikasikan
o Termasuk TB spinal dengan keterlibatan lengkung saraf
saja dan granuloma yg terjadi di canalis spinalis tanpa
keterlibatan tulang.
o lesi di pedikel, lamina, prosesus transversus dan spinosus,
serta lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral
posterior
Klasifikasi
Pott’s ParaPlegia

 Sejumlah mekanisme yang menimbulkan defisit


neurologis dapat timbul pada pasien dengan
spondilitis tuberkulosa.

 Kompresi syaraf sendiri dapat terjadi karena


kelainan pada tulang (kifosis) atau dalam canalis
spinalis (karena perluasan langsung dari infeksi
granulomatosa) tanpa keterlibatan dari tulang
(seperti epidural granuloma, intradural granuloma,
tuberculous arachnoiditis).
Pott’s ParaPlegia
• Seddon dan Butler memodifikasi klasifikasi Sorrel menjadi
tiga tipe: 7
1. Type I (paraplegia of active disease) / berjalan akut
Onset dini, terjadi dalam dua tahun pertama sejak onset
penyakit, dan dihubungkan dengan penyakit yang aktif.
Dapat membaik (tidak permanen).
2. Type II
Onsetnya juga dini, dihubungkan dengan penyakit yang
aktif, bersifat permanen bahkan walaupun infeksi
tuberkulosa menjadi tenang
Manifestasi Klinis
• Gambaran adanya penyakit sistemik
• Adanya riwayat batuk lama (lebih dari 3 minggu) berdahak atau
berdarah disertai nyeri dada.
• Nyeri terlokalisir pada satu regio tulang belakang atau berupa nyeri
yang menjalar.
• Pola jalan merefleksikan rigiditas protektif dari tulang belakang.
• Bila infeksi melibatkan area servikal maka pasien tidak dapat
menolehkan kepalanya, mempertahankan kepala dalam posisi
ekstensi dan duduk dalam posisi dagu disangga oleh satu tangannya,
sementara tangan lainnya di oksipital.
• Infeksi di regio torakal akan menyebabkan punggung tampak menjadi
kaku.
• Di regio lumbar : abses akan tampak sebagai suatu pembengkakan
lunak yang terjadi di atas atau di bawah lipat paha.
Pemeriksaan Fisik

• Tampak adanya deformitas,: kifosis (gibbus/angulasi tulang


belakang), skoliosis, bayonet deformity, subluksasi,
spondilolistesis, dan dislokasi.
• Bila terdapat abses maka akan teraba massa yang
berfluktuasi dan kulit diatasnya terasa sedikit hangat (cold
abcess)
• Spasme otot protektif disertai keterbatasan pergerakan di
segmen yang terkena
Pemeriksaan Penunjang:

• Laboratorium :
o LED meningkat (tidak spesifik), dari 20 sampai lebih dari 100mm/jam.
o Tuberculin skin test / Mantoux test / Tuberculine Purified Protein
Derivative (PPD) positif
o Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium
tuberculosis.
o Kultur urin pagi (bila terdapat keterlibatan ginjal), sputum, dan bilas
lambung (positif)
o Apus darah tepi menunjukkan leukositosis dengan limfositosis yang
bersifat relatif
o Cairan serebrospinal dapat abnormal (pada kasus dengan
meningitis tuberkulosa)
Radiologis
 Tanda radiologis di tulang belakang baru dapat terlihat setelah 3-8
minggu onset penyakit.
 Jarang melibatkan pedikel, lamina, prosesus transversus atau prosesus
spinosus
 Foto rontgen dada dilakukan pada seluruh pasien untuk mencari bukti
adanya tuberkulosa di paru
 Foto polos seluruh tulang belakang juga diperlukan untuk mencari bukti
adanya tuberkulosa di tulang belakang.
 Jika mungkin lakukan rontgen dari arah antero-posterior dan lateral.
 Keterlibatan bagian lateral corpus vertebra akan menyebabkan
timbulnya deformita scoliosis (jarang)
 Pada pasien dengan deformitas gibbus karena infeksi sekunder
tuberkulosa yang sudah lama akan tampak tulang vertebra yang
mempunyai rasio tinggi lebih besar dari lebarnya (vertebra yang normal
mempunyai rasio lebar lebih besar terhadap tingginya).
 Dapat terlihat keterlibatan jaringan lunak, seperti abses paravertebral
dan psoas.
Tampak penyempitan celah sendi disertai Gibus pada foto
vertebra (Lateral)
Tampak penyempitan celah sendi disertai Gibus pada foto
vertebra (Lateral)
• Computed Tomography (CT Scan)
Dapat memperlihatkan bagian-bagian vertebra secara rinci dan melihat
kalsifikasi jaringan lunak. Membantu mencari fokus yang lebih kecil,
menentukan lokasi biopsi dan menetukan luas kerusakan
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Memiliki kelebihan dalam menggambarkan jaringan lunak dan
aman digunakan. MRI juga memiliki kelebihan dalam mendiagnosa
penyakit pada masa dini atau lesi multipel dibandingkan CT dan
pemeriksaan radiologik konvensional. Gambaran lesi pada T1
weighted image adalah hypointense sedangkan pada T2 weighted
image adalah hiperintens. Lesi juga dapat menjadi lebih jelas
dengan injeksi Gadolinium DTPA intravena.
• Mielografi
Melalui punksi lumbal dimasukkan zat kontras kedalam ruang
subdural. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran adanya
penyempitan pada kanal spinalis dan atau tekanan terhadap
medulla spinalis.
Diagnosis Banding
 Infeksi piogenik
 Infeksi enterik
 Tumor/penyakit keganasan
 Scheuermann’s disease
Komplikasi
• Cedera corda spinalis (spinal cord injury)
• Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses
paravertebral
• Kifosis
• Defisit neurologis
Manajemen terapi
• Tujuan terapi
o Mengeradikasi infeksi atau setidaknya menahan
progresifitas penyakit
o Mencegah atau mengkoreksi deformitas atau defisit
neurologis
KONSERVATIF
• Pemberian nutrisi yang bergizi
• Pemberian kemoterapi atau terapi anti tuberkulosa
• Tirah baring (resting)
PEMBEDAHAN
• Indikasi untuk pengobatan bedah penyakit Pott:
o defisit neurologis
o deformitas spinal dengan ketidakstabilan atau sakit
o Tidak ada respon terhadap terapi medis
o abses paraspinal Besar
o Nondiagnostic jarum biopsi percutaneous sampel

• Pada penyakit Pott yang melibatkan tulang


belakang leher, faktor-faktor berikut
membenarkan awal intervensi bedah:
o tinggi frekuensi dan tingkat keparahan defisit neurologis
o parah abses kompresi yang dapat menyebabkan disfagia
atau asfiksia
o Ketidakstabilan dari cervical spine
 Kontraindikasi:
Vertebral collapse tidak dipertimbangkan sebagai
indikasi untuk operasi karena, dengan perawatan
yang tepat dan kepatuhan terapi, sangat kecil
kemungkinan untuk maju sampai terjadinya
deformitas berat
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai