Referat Spondilitis TB
Referat Spondilitis TB
Spondilitis Tuberculosa
Disusun Oleh:
Ary Winanti Putri
Inna Uropmabin
Irma Pretty Tobing
Patresya Lantan
Pembimbing:
dr. Paulina Watofa, Sp.Rad, MPH
Pendahuluan
• Atipikal
o terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
diidentifikasikan
o Termasuk TB spinal dengan keterlibatan lengkung saraf
saja dan granuloma yg terjadi di canalis spinalis tanpa
keterlibatan tulang.
o lesi di pedikel, lamina, prosesus transversus dan spinosus,
serta lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral
posterior
Klasifikasi
Pott’s ParaPlegia
• Laboratorium :
o LED meningkat (tidak spesifik), dari 20 sampai lebih dari 100mm/jam.
o Tuberculin skin test / Mantoux test / Tuberculine Purified Protein
Derivative (PPD) positif
o Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium
tuberculosis.
o Kultur urin pagi (bila terdapat keterlibatan ginjal), sputum, dan bilas
lambung (positif)
o Apus darah tepi menunjukkan leukositosis dengan limfositosis yang
bersifat relatif
o Cairan serebrospinal dapat abnormal (pada kasus dengan
meningitis tuberkulosa)
Radiologis
Tanda radiologis di tulang belakang baru dapat terlihat setelah 3-8
minggu onset penyakit.
Jarang melibatkan pedikel, lamina, prosesus transversus atau prosesus
spinosus
Foto rontgen dada dilakukan pada seluruh pasien untuk mencari bukti
adanya tuberkulosa di paru
Foto polos seluruh tulang belakang juga diperlukan untuk mencari bukti
adanya tuberkulosa di tulang belakang.
Jika mungkin lakukan rontgen dari arah antero-posterior dan lateral.
Keterlibatan bagian lateral corpus vertebra akan menyebabkan
timbulnya deformita scoliosis (jarang)
Pada pasien dengan deformitas gibbus karena infeksi sekunder
tuberkulosa yang sudah lama akan tampak tulang vertebra yang
mempunyai rasio tinggi lebih besar dari lebarnya (vertebra yang normal
mempunyai rasio lebar lebih besar terhadap tingginya).
Dapat terlihat keterlibatan jaringan lunak, seperti abses paravertebral
dan psoas.
Tampak penyempitan celah sendi disertai Gibus pada foto
vertebra (Lateral)
Tampak penyempitan celah sendi disertai Gibus pada foto
vertebra (Lateral)
• Computed Tomography (CT Scan)
Dapat memperlihatkan bagian-bagian vertebra secara rinci dan melihat
kalsifikasi jaringan lunak. Membantu mencari fokus yang lebih kecil,
menentukan lokasi biopsi dan menetukan luas kerusakan
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Memiliki kelebihan dalam menggambarkan jaringan lunak dan
aman digunakan. MRI juga memiliki kelebihan dalam mendiagnosa
penyakit pada masa dini atau lesi multipel dibandingkan CT dan
pemeriksaan radiologik konvensional. Gambaran lesi pada T1
weighted image adalah hypointense sedangkan pada T2 weighted
image adalah hiperintens. Lesi juga dapat menjadi lebih jelas
dengan injeksi Gadolinium DTPA intravena.
• Mielografi
Melalui punksi lumbal dimasukkan zat kontras kedalam ruang
subdural. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran adanya
penyempitan pada kanal spinalis dan atau tekanan terhadap
medulla spinalis.
Diagnosis Banding
Infeksi piogenik
Infeksi enterik
Tumor/penyakit keganasan
Scheuermann’s disease
Komplikasi
• Cedera corda spinalis (spinal cord injury)
• Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses
paravertebral
• Kifosis
• Defisit neurologis
Manajemen terapi
• Tujuan terapi
o Mengeradikasi infeksi atau setidaknya menahan
progresifitas penyakit
o Mencegah atau mengkoreksi deformitas atau defisit
neurologis
KONSERVATIF
• Pemberian nutrisi yang bergizi
• Pemberian kemoterapi atau terapi anti tuberkulosa
• Tirah baring (resting)
PEMBEDAHAN
• Indikasi untuk pengobatan bedah penyakit Pott:
o defisit neurologis
o deformitas spinal dengan ketidakstabilan atau sakit
o Tidak ada respon terhadap terapi medis
o abses paraspinal Besar
o Nondiagnostic jarum biopsi percutaneous sampel