Anda di halaman 1dari 19

PERAN IMUNOLOGI / RESPON

SISTEM IMUN TERHADAP VIRUS


Kelompok 1
• Nelly Nurcahya
• SOFA
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh
paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari,
dan polusi. Biasanya manusia dilindungi oleh
sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan
tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap
kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan.

Infeksi bakteri dilawan dengan antibiotik,


infeksi virus dengan antivirus dan infeksi parasit
dengan antiparasit terbatas obat-obatan yang
tersedia. Sistem pertahanan tubuh, sistem
kekebalan tubuh, depresi disebabkan oleh stres
emosional diobati dengan antidepresan atau obat
penenang.
 Sistem kekebalan atau sistem imun adalah
sistem pertahanan manusia sebagai
perlindungan terhadap infeksi dari
makromolekul asing atau serangan organisme,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit.
Sistem kekebalan juga berperan dalam
perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul
lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan
melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.
 Kemampuan sistem kekebalan untuk membedakan
komponen sel tubuh dari komponen patogen asing
akan menopang amanat yang diembannya guna
merespon infeksi patogen – baik yang berkembang
biak di dalam sel tubuh (intraselular) seperti
misalnya virus, maupun yang berkembang biak di
luar sel tubuh (ekstraselular) – sebelum berkembang
menjadi penyakit. Meskipun demikian, sistem
kekebalan mempunyai sisi yang kurang
menguntungkan. Pada proses peradangan, penderita
dapat merasa tidak nyaman oleh karena efek
samping yang dapat ditimbulkan sifat toksik
senyawa organik yang dikeluarkan sepanjang proses
perlawanan berlangsung.
VIRUS
 Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang
menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi
dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Selain itu, reproduksi virus dapat melalui proses lisis dan
lisogenik.

 Untuk melawan virus, tubuh mengaktifkan sistem


kekebalan. Sistem kekebalan tersebut baik berupa sistem
kekebalan nonspesifik maupun sistem kekebalan spesifik
 Untuk membatasi penyebaran virus dan mencegah
reinfeksi, sistem imun harus mampu menghambat
masuknya virion ke dalam sel dan memusnahkan sel
yang terinfeksi. Antibodi spesifik mempunyai peran
penting pada awal terjadinya infeksi, dimana ia
dapat menetralkan antigen virus dan melawan virus
sitopatik yang dilepaskan oleh sel yang mengalami
lisis. Peran antibodi dalam menetralkan virus
terutama efektif untuk virus yang bebas atau virus
dalam sirkulasi. Proses netralisasi virus dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
dengan cara menghambat perlekatan virus pada
reseptor yang terdapat pada permukaan sel, sehingga
virus tidak dapat menembus membran sel, sehingga
virus tidak dapat menembus membran sel; dengan
demikian replikasi virus dapat dicegah.
 Antibodi dapat juga mengahancurkan virus dengan
cara aktivasi komplemen melalui jalur klasik atau
menyebabkan agregasi virus sehingga mudah
difagositosis dan dihancurkan
 Antibodi dapat mencegah penyebaran virus yang
dikeluarkan dari sel yang telah hancur. Tetapi sering
kali antibodi tidak cukup mampu untuk
mengendalikan virus yang telah mengubah struktur
antigennya dan yang nmelepaskan diri (budding of)
melalui membran sel sebagai partikel yang infeksius,
sehingga virus dapat menyebar ke dalam sel yang
berdekatan secara langsung. Jenis virus yang
mempunyai sifat seperti ini, diantaranya adalah
virus oncorna (termasuk didalamnya virus
leukemogenik), virus dengue, virus herpes, rubella
dan lain-lain.
 Pada infeksi virus makrofag juga dapat
membunuh virus seperti halnya ia membunuh
bakteri. Tetapi pada infeksi dengan virus
tertentu, makrofag tidak membunuhnya bahkan
sebaliknya virus memperoleh kesempatan untuk
replikasi di dalamnya. Telah diketahui bahwa
virus hanya dapat berkembang biak intraselular
karena ia memerlukan DNA-pejamu untuk
replikasi. Akibatnya ialah bahwa virus
selanjutnya dapat merusak sel-sel organ tubuh
yang lain terutama apabila virus itu bersifat
sitopatik. Apabila virus itu bersifat non sitopatik
ia menyebabkan infeksi kronik dengan menyebar
ke sel-sel lain.
 Beberapa jenis virus dapat menginfeksi sel-sel
system imun sehingga mengganggu fungsinya
dan mengakibatkan imunodepresi, misalnya
virus influenza, polio dan HIV. Sebagian besar
infeksi virus membatasi diri sendiri (self
limiting) pada sebagian lagi menimbulkan gejala
klinik atau subklinik. Penyembuhan dari infeksi
virus umumnya diikuti imunitas jangka panjang.
Untuk mencapai organ sasaran, virus menempuh
2 cara :
 Virus memasuki tubuh pada suatu tempat,
kemudian ikut peredaran darah mencapai organ
sasaran.
 Virus langsung mencapai organ sasaran, tidak
melalui peredaran darah jadi tempat masuk virus
merupakan organ sasaran.
 Imunitas diartikan sebagai semua mekanisme
yang membantu makhluk hidup untuk
melindungi dirinya dari serangan
mikroorganisme yang patogen. Perlindugan
tersebut termasuk pencegahan dari masuknya
mikroorganisme patogen dan penghancuran dari
mikroorganisme patogen tersebut ketika sudah
masuk ke dalam tubuh dengan atau tanpa
kerusakan pada jaringan sendiri. Bila sistem
imun terpapar dengan zat yang dianggap asing,
maka ada dua jenis respon imun yang akan
berperan yaitu respon imun non spesifik dan
respon imun spesifik.
RESPONS IMUN NONSPESIFIK TERHADAP
INFEKSI VIRUS
merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi
serangan berbagai mikroorganisme yang telah ada dan siap berfungsi
sejak lahir, karena dapat memberikan respon langsung terhadap
antigen. Sistem tersebut disebut non-spesifik karena tidak ditujukan
terhadap mikroorganisme tertentu.
Secara jelas terlihat bahwa respons imun yang terjadi adalah
timbulnya interferon dan sel natural killler (NK) dan antibodi yang
spesifik terhadap virus tersebut. Pengenalan dan pemusnahan sel
yang terinfeksi virus sebelum terjadi replikasi sangat bermanfaat
bagi pejamu.

Beberapa mekanisme utama respons nonspesifik terhadap


virus, yaitu :
 Infeksi virus secara langsung yang akan merangsang produksi IFN oleh
sel-sel terinfeksi; IFN berfungsi menghambat replikasi virus
 Sel NK mampu membunuh virus yang berada di dalam sel, walaupun
virus menghambat presentasi antigen dan ekspresi MHC klas I. IFN tipe I
akan meningkatkan kemampuan sel NK untuk memusnahkan virus yang
berada di dalam sel. Selain itu, aktivasi komplemen dan fagositosis akan
menghilangkan virus yang datang dari ekstraseluler dan sirkulasi.
 Sistem imunitas tubuh memiliki fungsi yaitu
membantu perbaikan DNA manusia; mencegah
infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri,
virus, dan organism lain serta menghasilkan
antibodi (sejenis protein yang disebut
imunoglobulin) untuk memerangi serangan
bakteri dan virus asing ke dalam tubuh. Tugas
system imun adalah mencari dan merusak
invader (penyerbu) yang membahayakan tubuh
manusia. Komponen sistem imun non spesifik
tidak mempunyai kemampuan untuk bereplikasi
secara cepat, akan tetapi selalu siap untuk
melawan dan mencerna bahan-bahan a-sing
dalam waktu yang singkat.
RESPONS IMUN SPESIFIK TERHADAP
INFEKSI VIRUS
Imunitas Spesifik Imunitas Spesifik atau mekanisme
pertahanan, semua pertemuan selanjutnya dengan agen
virusnmembangkitkan respons imunologik spesifik, baik
antibody humoral maupun seluler. Virus dikarakrerisasi oleh
spesifitas, heterogeneitas dan memorinya yang sangat baik.
Sistem imun spesifik di-perankan oleh sel limfosit T dan
limfosit B. Ketika suatu antigen merangsang respon imun
spesifik, antigen tersebut mula-mu-la selalu mengaktifasi sel
limfo-sit T. Sekali sel limfosit T teraktifasi, sel tersebut akan
melawan antigen dan merangsang aktifasi sel limfosit B. Sel
limfosit B yang teraktifasi akan merangsang pembentukan
antibodi yang akan melawan antigen tersebut
Respons imun spesifik ini mempunyai peran penting yaitu :
 Menetralkan antigen virus dengan berbagai cara antara lain
menghambat perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada
permukaan sel sehingga virus tidak dapat menembus membran sel,
dan dengan cara mengaktifkan komplemen yang menyebabkan
agregasi virus sehingga mudah difagositosis
 Melawan virus sitopatik yang dilepaskan dari sel yang lisis.
 Molekul antibodi dapat menetralisasi virus
melalui berbagai cara. Antibodi dapat
menghambat kombinasi virus dengan reseptor
pada sel, sehingga mencegah penetrasi dan
multiplikasi intraseluler, seperti pada virus
influenza. Antibodi juga dapat menghancurkan
partikel virus bebas melalui aktivasi jalur klasik
komplemen atau produksi agregasi ,
meningkatkan fagositosis dan kematian
intraseluler.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RESPON IMUN
 Faktor intrinsik
 Faktor metabolik
Hormon tertentu ternyata dapat mempengaruhi respon imun tubuh.
Misalnya orang-orang yang mendapat pengobatan sediaan steroid sangat
mudah mendapatkan infeksi bakteri maupun virus. Steroid tersebut
mengakibatkan terhambatnya fagositosis, produksi antibodi dan
menghambat proses radang.
 Faktor anatomi
Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya
terdapat pada kulit dan selaput lendir yang melapisi permukaan luar dan
dalam tubuh. Adanya kerusakan pada permukaan kulit atau selaput
lendir akan mudah menyebabkan seseorang terkena penyakit
 Faktor umur
Perkembangan sistem imun seseorang dimulai sejak di dalam kandungan,
maka efektifitasnya dimulai dari keadaan lemah dan meningkat dengan
bertambahnya umur. Hal ini tidaklah berarti bahwa pada umur usia
lanjut sistem imun akan bekerja secara maksimal. Namun sebaliknya
fungsi sistem imun pada usia lanjut akan menurun, walaupun pada usia
lanjut yang bersangkutan tidak mengalami gangguan sistem imun. Hal ini
disebabkan karena pengaruh kemunduran biologik secara umum, juga
jelas berkaitan dengan menyusutnya kelenjar tymus apabila umur makin
lanjut.
 Faktor Ekstrinstik
 Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi dan memodifikasi respon imun, yang
termasuk ke dalam faktor ini adalah lingkungan.
Peningkatan jumlah penderita untuk penyakit infeksi
pada masyarakat yang hidup di dalam lingkungan yang
miskin sudah luas diketahui. Hal ini terjadi mungkin
karena lebih banyak menghadapi bibit penyakit atau
hilangnya daya tahan yang disebabkan kurangnya asupan
gizi yang disebabkan rendahnya taraf ekonomi. Keadaan
asupan gizi yang kurang akan berpengaruh terhadap
status imun seseorang. Manusia membutuhkan 6
komponen dasar bahan makanan yang dimanfaatkan
untuk pertumbuhan dan menjaga kesehatan tubuh.
Keenam komponen tersebut adalah protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi yang cukup dan
sesuai sangat penting untuk berfungsinya sistem imun
secara normal. Kekurangan gizi merupakan penyebab
utama timbulnya imunodefisiensi.
KESIMPULAN
Apabila sistem imun terpapar dengan zat yang
dianggap asing, maka ada dua jenis respon imun
yang akan berperan yaitu respon imun non
spesifik dan respon imun spesifik

Anda mungkin juga menyukai