Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MIKROBIOLOGI
Faktor-Faktor Lingkungan terhadap Mikroba
Bacillus subtilis

Disusun oleh :
Nama : Uswatun Hasanah
Nim : 15111.021.03.010
Prodi : Farmasi

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA KALIMANTAN


SELATAN
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya lah makalah
yang berjudul Bacillus sp.dapat terselesaikan tepat waktu dan tanpa halangan yang
berarti. Makalah ini disusun kedalam tiga bab. Bab satu berisi pendahuluan. Bab
dua mengenai pembahasan dan Bab tiga mengenai kesimpulan .Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengenal lebih jauh mengenai bakteri bacillus
sp. beserta spesiesnya yang sebagian besar merupakan agen patogen dan mampu
untuk mengetahui faktor faktor lingkungan terhadap mikroba meliputi fisika dan
kimia yang dihasilkan oleh bakteri kelompok Bacillus sp. ini. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih ada kelemahan yang perlu dibenahi. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
dimasa mendatang, dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua Aamiin.

Banjar , mei 2017

Penulis

1
Daftar isi

Kata pengantar ............................................................................................ 1

Daftar isi.......................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................3


1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................3
1.3 TUJUAN ...............................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN Bacillus subtilis ...........................................................4

2.2 MORFOLOGI........................................................................................5

2.3 KRAKTERISTIK .................................................................................6

2.4 KLASIFIKASI .....................................................................................7

2.5 PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN


KIMIA DAN FISIKA BAKTERI Bacillus subtillis...................................7

2.6 FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP KETAHANAN SPORA Bacillus


subtillis ........................................................................................................12
2.7 PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Bacillus subtillis ........................................................................13

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN........................................................................................ 15

3.2 SARAN ................................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang
perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik,
protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak
sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup. Pada dasarnya dari seluruh
mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja yang merupakan
patogen. Patogen adalah organism atau mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk menyebabkan penyakit
disebut dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan
mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang
memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan
penyakit. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme
hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan
terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam
tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara ) serta makanan, dan karena
beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh
manusia, tinggal.
1.2 Rumusan masalah
- Pengaruh faktor faktor lingkungan terhadap mikroba
- Faktor lingkungan Fisika dan Kimia Bacillus Subtillis
- Faktor ketahanan sel/spora terhadap panas dan kekeringan Bacillus Subtillis
- Pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus Subtillis

3
1.3 TUJUAN
- Mengetahui pengaruh faktor faktor lingkungan terhadap mikroba
- Mengetahui faktor lingkungan Fisika dan Kimia Bacillus Subtillis
- Mengetahui Faktor ketahanan sel/spora terhadap panas dan kekeringan
Bacillus Subtillis
- Mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan bakteri
Bacillus Subtillis

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BACILLUS SUBTILIS

Bacillus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, beberapa


spesies bersifat aerob obligat dan bersifat anaerobik fakultatif, dan memiliki
endospora sebagai struktur bertahan saat kondisi lingkungan tidak mendukung
(Backman et al.,1994). Menurut Fardiaz (1992) bentuk spora (endospora) Bacillus
bervariasi bergantung pada spesiesnya. Endospora ada yang lebih kecil dan ada juga
yang lebih besar dari pada diameter sel induknya. Pada umumnya sporulasi terjadi
bila keadaan medium memburuk, zat-zat yang timbul sebagai pertukaran zat yang
terakumulasi dan faktor luar lainnya yang merugikan.
Bacillus mempunyai sifat yang lebih menguntungkan daripada mikroorganisme
lain karena dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama pada kondisi lingkungan
yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhannya (Wong, 1994). Spesies dari
jenis Bacillus juga berbeda dalam sifat pertumbuhannya. Beberapa bersifat
mesofilik misalnya Bacillus subtilis yang lainnya bersifat termofilik fakultatif
misalnya Bacillus coagulans atau termofilik pada Bacillus stearothermophilus
sering menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng. Sebanyak 22 spesies
Bacillus telah diidentifikasi diantaranya banyak ditemukan pada makanan.
Beberapa kelompok bakteri ini menghasilkan metabolit sekunder yang dapat
menekan pertumbuhan patogen (Backman et al.,1994).
4
2 MORFOLOGI

Bacillus subtilis termasuk jenis Bacillus. Bakteri ini termasuk bakteri gram
positif, katalase positif yang umum ditemukan di tanah. Bacillus subtilis
mempunyai kemampuan untuk membentuk endospora yang protektif yang
memberi kemampuan bakteri tersebut mentolerir keadaan yang ekstrim. Tidak
seperti species lain seperti sejarah, Bacillus subtilis diklasifikasikan sebagai obligat
anaerob walau penelitian sekarang tidak benar. Bacillus subtilis tidak dianggap
sebagai patogen walaupun kontaminasi makanan tetapi jarang menyebabkan
keracunan makanan. Sporanya dapat tahan terhadap panas tinggi yang sering
digunakan pada makanan dan bertanggung jawab terhadap kerusakan pada roti.

Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis. Biasanya
bentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil. Semua
membentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Bacillus subtilis merupakan
jenis kelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45 C 55
C dan mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60 C 80 . Bacilus
Subtilis ini awalnya bernama Vibro subtilis oleh Christian Gottfried Ehrenberg
pada tahun 1835. Kemudian nama Bacillus subtilis dikenalkan oleh Ferdinand Cohn
pada 1872. Bacillus subtilis telah digunakan sepanjang 1950 sebagai alternatif dari
obat karena efek immunostimulatory sel dari masalah, yang pada pencernaan telah
ditemukan secara signifikan untuk kekebalan aktivasi antibodi spesifik GM, IgG
,dan Iga keluarnya. Bakteri ini dipasarkan di seluruh Amerika dan Eropa dari 1946
sebagai immunostimulatory bantuan dalam usus dan perawatan dari penyakit
urinary tract seperti Rotavirus dan Shigella, tetapi ditolak popularitasnya setelah
pengenalan konsumen ntibiotik murah walaupun kurang menyebabkan reaksi alergi
kesempatan yang cukup rendah dan racun normal flora usus.

5
2.3 Krakteristik Bacillus subtilis
Bacillus subtilis adalah bakteri yang umum diitemukan di tanah.
Bakteri ini memiliki flagella yang massif sehingga dapat bergerak cepat untuk
ukuran bakteri.
Bacillus subtilis juga umum digunakan sebagai organisme model dalam
mikrobiologi, terutama untuk model studi bakteri gram positif, oleh karena itu
tampak berwarna ungu kebiruan setelah diperlakukan dengan pewarnaan Gram.
Bacillus subtilis tampak memiliki bentuk batang panjang, dapat soliter ataupun
membentuk koloni bergandengan yang memanjang.

Karakteristik dari bakteri B. Subtilis dapat dilihat pada table berikut :


Karakter Bacillus Subtilis

Bentuk Batang (tebal maupun tipis), rantai


maupun tunggal
Gram Positif
Sumber tanah, air, udara dan materi tumbuhan
yang terdekomposisi
Berdasarkan spora Bakteri penghasil endospora
Respirasi Aerob obligat
Pergerakan Motil dengan adanya flagella
Suhu Optimum Pertumbuhan 25-350C
pH Optimum Pertumbuhan 7-8
Katalase Positif

6
2.4 Klasifikasi bakteri Bacillus Subtilis
Kingdom :Bacteria
Phylum :Firmicutes
Class :Bacilli
Order :Bacillales
Family :Bacillaceae
Genus :Bacillus
Species : Bacillus Subtilis

Bacillus Subtilis

2.5 PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN


KIMIA DAN FISIKA BAKTERI Bacillus subtillis

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas kehidupan mikroba antara lain

faktor abiotik yang meliputi temperatur, kelembaban, tekanan osmosis, pengaruh

pH, pengaruh logam berat serta pengaruh zat-zat kimia. Sedangkan faktor biotik

meliputi bebas hama serta asosiasi. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka

dilakukanlah pengamatan tentang pengaruh suhu, pH, cahaya, zat kimia dan logam

berat terhadap pertumbuhan bakteri..

7
Perlu diketahui bahwa aktivitas kehidupan suatu jasad memerlukan keadaan sekitar

yang sesuai, yang dapat mempengaruhi sifat morfologi dan fisiologi dari jasad akan

menyesuaikan dengan keadaan sekitar yang ada pada waktu itu.

Faktor abiotik adalah faktor luar yang dapat berupa faktor kimia dan faktor
fisika. Dalam percobaan ini dilihat faktor fisika meliputi pengaruh suhu, pengaruh
pH dan pengaruh cahaya (sinar matahari). Adapun faktor kimia digunakan zat-zat
kimia untuk melihat bagaimana penghambatan pertumbuhan mikroba yang
bersangkutan.

1. Pengaruh Suhu
Pada percobaan dengan pengaruh suhu, dilakukan perlakuan pengamatan

pertumbuhan mikroba Bacillus subtilis dengan variasai suhu yakni 5oC, 27oC dan

37oC. Mikroba dapat bertahan hidup dalam suatu batas-batas temperatur tertentu,

jadi dengan variasi tersebut dapat diketahui ketahanan tubuh suatu mikroba. Batas-

batas tersebut dinamakan suhu minimum dan suhu maksimum, sementara suhu

yang paling baik bagi mikroba untuk tumbuh disebut suhu optimum.

2. Pengaruh pH

Perubahan pH dalam lingkungan mikroba dpat mempengaruhi proses

pertumbuhan mikroba tersebut. Pada waktu pertumbuhan suatu mikroba,

konsentrasi ion hidrogen (pH) didalam media tempat tumbuhnya mempengaruhi

protein (baik enzim dan sistem pengangkutannya) yang terdapat pada membran

selnya. Struktur protein itu akan berubah bila pH dalam media juga berubah.

Mikroba memiliki enzim yang berfungsi sempurna pada kisaran pH tertentu, yang

jika terjadi penyimpanan pH maka pertumbuhan maupun metabolismenya dapat

terhenti. Biasanya, mikroba tumbuh pada pH sekitar 7,0

8
namun adapula yang dapat tumbuh pada pH 2,0 dan pH 10,0. bakteri tumbuh

pada kisaran pH agak basa yaitu 5,8 sampai 6. karena pada pH 5,7 bakteri dapat

terhambat pertumbuhannya,

Dari hasil percobaan mikroba uji diinokulasaikan dalam medium PDB pada 3

variasi pH yaitu pH asam (3,0), pH netral (7,0) dan pH basa (9,0). Untuk pH 3,

media ditambahkan larutan asam klorida dengan tujuan untuk mengasamkan media

yang ber-pH netral sekitar (7,0). Dengan menambahkan beberapa tetes HCl maka

pH media akan berubah menjadi pH asam sampai pada pH yang diinginkan.

Sementara untuk pH 9,0 maka media ditambahkan reagen basa yaitu NaOH

beberapa tetes untuk menaikkan pH media ke pH 9,0. Setelah inkubasi, diamati

pertumbuhannya dan hasilnya yaitu pada Bacillus subtilis, ada pertumbuhan pada

pH 3 dan 7 namun untuk pH basa tidak terdapat pertumbuhan bakteri yang ditandai

dengan jenihnya medium PDB. Artinya bakteri ini tidak mengalami pertumbuhan

optimum pada suasana basa.

3. Pengaruh cahaya

Pada daerah atau tempat yang kurang mendapatkan cahaya (sinar

matahari) biasanya pertumbuhan mikroorganismenya lebih baik dibandingkan

dengan daerah yang terkena langsung dengan sinar matahari. Karena cahaya

umumnya dapat merusak mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis.

Cahaya mempunyai pengaruh germisida, terutama cahaya bergelombang pendek

dan bergelombang panjang. Pengaruh germisida dari sinar bergelombang panjang

disebabkan oleh panas yang ditimbulkannya, misalnya sinar inframerah.

9
Sinar x (0,005- 1,0 Ao), sinar ultra violet (4000-2950 Ao), dan sinar radiasi

lain dapat membunuh mikroba. Apabila tingkat radiasi yang diterima sel mikroba

rendah, maka dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba.

Pada dasarnya, rangkaian reaksi dapat dibagi menjadi dua bagian

utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak

memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida). Reaksi terang terjadi

pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma.

Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan

menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik

yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH) Energi

yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang. Pada proses

reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya Matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk

mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula.

Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, Basillus subtilis golongan

bakteri autotrof, Bakteri autotrof adalah bakteri yang memperoleh energinya

umumnya dari proses fotosintetis dengan kata lain membutuhkan karbondioksida

sebagai sumber karbonnya..

4. Pengaruh Zat kimia

Pengamatan pengaruh zat-zat kimia dilakukan dengan mengukur zona

hambatan terhadap masing-masing zat kimia. Pada percobaan ini digunakan

antibiotika, desinfektan maupun antiseptik.

10
Antiseptik adalah zat-zat yang digunakan untuk mematikan / menghentikan

pertumbuhan kuman pada jaringan hidup, khususnya diatas kulit atau selaput

mukosa. Desinfektan adalah zat-zat yang digunakan untuk mencegah infeksi

dengan jalan pemusnahan hama patogen pada benda-benda tak hidup. Sementara

antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh mikroba, terutama bakteri dan

fungi, yang berkhasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroba lain

yang toksisitasnya bagi manusi relatif kecil. Pada percobaan ini di peroleh data

bahwa Ciprofloksasin menpunyai zona hambat 36,7mm, Wipol 23,3mm, Carex

25mm. Disini kita dapat menarik kesimpulan bahwa Ciprofloksasin lebih ampuh

membunuh mikroba.

5. Pengaruh Logam

Untuk pengaruh logam sampel yang digunakan adalah uang logam dari

negara Taiwan. Sebelum dimasukkan dalam cawan petri uang logam terlebih

dahulu dicuci dengan asam sitrat untuk menghilangkan sifat alkali dari uang logam

tersebut dan agar menghilangkan karatan. Berdasarkan data pengamatan untuk

bakteri Bacillus subtilis memiliki zona hambatan 24,3 mm.

11
2.6 Faktor lingkungan terhadap ketahanan spora Bacillus subtillis
dilingkungan

Menurut Gaman & Sherrington (1981), spora merupakan body yang kuat
dan keras terbentuk pada beberapa jenis bakteri. Waluyo (2007) ada dua tipe spora
yang terbentuk, pertama terbentuk di dalam sel disebut dengan endospora dan di
luar sel disebut dengan eksospora. Irianto (2006) resistensi endospora terhadap
panas disebabkan oleh kadar air yang dikandungnya dan pembungkus spora yang
tebal. Waluyo (2007) endospora masih dapat bertahan pada suhu air mendidih
selama 20 jam.
Naufalin (1999) mekanisme ketahanan spora terhadap panas adalah
senyawa peptidoglikan yang merupakan penyusun korteks dengan struktur ikatan
silang dan bersifat elektronegatif, berperan dalam meningkatkan ketahanan spora
terhadap panas dengan cara mengontrol kandungan air di dalam protoplas yaitu
mempertahankan kadar air yang rendah. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi
sifat polimer peptidoglikan juga ikut berperan menurunkan ketahanan spora
terhadap panas, misalnya adanya asam dan beberapa kation multivalent.
Salamah (2002) melaporkan6 pembentukan spora Bacillus thuringiensis subsp.
Israelensis dimulai pada jam ke-9 dimungkinkan karena kondisi lingkungan yang
kurang sesuai bagi sel yaitu pH ekstrim. (Lay, 1994) mikroorganisme memiliki
enzim yang berfungsi sempurna pada pH tertentu. Bila terjadi perubahan pH,
pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme dapat berhenti. Waluyo (2007)
bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap kekeringan, panas, asam dan dingin
karena dinding spora lebih bersifat impermeabel dan spora mengandung sedikit air.
Berdasarkan informasi ketahanan spora terhadap lingkungan diperlukan bahan
pembawa untuk mempertahankan viabilitas isolat uji. Formulasi merupakan
langkah awal di dalam usaha pengendalian hayati yang dapat diusahakan secara
komersial yang mampu menjaga ketahanan spora terhadap lingkungan selama
penyimpanan (Jones & Burges, 1998).

12
2.7 Pengaruh faktor faktor lingkungan terhadap mikroba

Adapun Pengaruh lingkungan pada pertumbuhan dan perkembangan


bakteri (Entjang, 2003);

a. Pengaruh suhu

1) Pengaruh suhu rendah


Suhu rendah sampai di bawah suhu minimumnya, menyebabkan bakteri tidak dapat
berkembang biak, pada umumnya tidak segera mematikan bkteri, bahkan ada yang
tahan bertahun-tahun pada suhu minus 70C (tujuh puluh derajat Celcius). Bakteri
yang pathogen pada manusia umumnya cepat mati pada suhu 0C (nol derajat
Celcius).

2). Pengaruh suhu tinggi


Suhu tinggi lebih membahayakan kehidupan bakteri dibandingkan dengan suhu
rendah. Bila bakteri dipanaskan pada suhu di atas maksimumnya, akan segera mati.
Semua bakteri, baik yang pathogen maupun tidak, dalam bentuk vegetatifnya mati
dalam waktu 30 (tiga puluh) menit pada suhu 60 - 65C. Kenyataan ini merupakan
dasar tindakan pasteurisasi.

b. Cahaya
Sebagian besar bakteri adalah chemotrophe, karena itu pertumbuhannya tidak
bergantung pada adanya cahaya matahari. Pada beberapa species, cahaya matahari
dapat membunuhnya karena pengaruh sinar ultraviolet.

c. Pengeringan (kelembaban)

Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat
mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri
tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang lembab., dan tidak dapat
tumbuh pada media dan udara yang kering.

d. Keasaman (pH)
Umumnya asam mempunyai pengaruh buruk terhadap pertumbuhan bakteri.
Kebanyakan bakteri lebih baik hidup dalam suasana netral (pH 7,0) atau sedikit
basa (pH 7,2 - 7,4), tetapi pada umumnya dapat hidup pada pH 6,5 7,5.
Bakteri-bakteri yang pathogen pada manusia tumbuh baik pada pH 6,8 7,4 yaitu
sama dengan pH darah.

13
e. Pengaruh O2 dari udara
Untuk melangsungkan hidupnya, manusia dan binatang membutuhkan O2 (oxygen)
yang diambil dari udara melalui pernapasan. Fungsi O2 ini sudah jelas, yaitu untuk
pembakaran zat-zat makanan didalam sel-sel jaringan, sehingga dihasilkan panas
dan tenaga.

f. Pengaruh tekanan osmotik


Air ke luar masuk sel bakteri melalui proses osmosis, karena perbedaan tekanan
osmotic antara cairan yang ada di dalam dengan yang di luar sel bakteri.

g. Pengaruh mikroorganisme di sekitarnya


Kehidupan suatu organisme di alam tidak dapat dipisahkan dari adanya organisme
lain, seperti halnya manusia tidak dapat hidup bila tidak ada tumbuhan ataupun
hewan. Organisme-organisme ini di alam berada dalam suatu keseimbangan yang
disebut keseimbangan biologis. Demikian pula, bakteri di alam selalu bercampur
dengan bakteri yang lainnya, tidak pernah didapatkan keadaan murni seperti halnya
pada biakan murni yang sengaja dibuat di laboratorium.

h. Pengaruh zat kimia (desinfektan) terhadap mikroba

1) Mengubah permeabilitas membran cytoplasma sehingga lalu lintas zat-zat yang


keluar masuk sel mikroba menjadi kacau.
2) Oksidasi. Beberapa oksidator kuat dapat mengoksidasi unsur sel tertentu sehingga
fungsi unsur itu terganggu, misalnya mengoksidasi suatu enzym.
3) Terjadinya ikatan kimia ion-ion logam tertentu dapat mengikatkan diri pada
beberapa enzym sehingga fungsi enzym itu terganggu.
4) Memblokir beberapa reaksi kimia. Misalnya preparat sulfa memblokir syntesa
folic acid di dalam sel mikroba.
5) Hydrolysa asam atau basa kuat dapat menghydrolisakan struktur sel sehingga
hancur.
6) Mengubah sifat colloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.

Dalam kehidupan sehari-hari , banyak bahan kimia dapat digunakan untuk

pengendalian mikroorganisme. Karena diketahui bahwa zat-zat kimia dapat

menghambat atau mematikan mikroorganisme. Bahan-bahan tersebut dapat

digunakan pada bidang kedokteran, farmasi, pertanian, pengawetan

makanan/minuman dan laboratorium mikrobiologi.

14
Beberapa diantaranya zat-zat kimia tersebut dapat digunakan pada jaringan

manusia dan juga dapat digunakan pada benda mati atau kedua-duanya (M. Natsir

Djide, 2004).

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bacillus subtilis dengan variasai suhu yakni 5oC, 27oC dan 37oC. Mikroba
dapat bertahan hidup dalam suatu batas-batas temperatur tertentu, jadi dengan
variasi tersebut dapat diketahui ketahanan tubuh suatu mikroba. Bacillus subtilis,
ada pertumbuhan pada pH 3 dan 7 namun untuk pH basa tidak terdapat
pertumbuhan bakteri . Basillus subtilis termasuk golongan bakteri autotrof,
Bakteri autotrof adalah bakteri yang memperoleh energinya umumnya dari proses
fotosintetis dengan kata lain membutuhkan karbondioksida sebagai sumber
karbonnya. akteri Bacillus subtilis memiliki zona hambatan 24,3 mm.

3.2 DAFTAR PUSTAKA

Entjang, Indan.2003.Mikrobiologi dan Parasitologi.PT.Citra Aditya Bakti :


Bandung.
Natsir Djide, M, .Drs .2003. Bakteriologi. Fakultas MIPA Universitas
Hasanuddin : Makassar
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang, p: 127-148

15

Anda mungkin juga menyukai