Anda di halaman 1dari 20

Dimensi Kajian Filsafat Ilmu

Ontologi, Epistomologi, Aksiologi


Dimensi Kajian Filsafat Ilmu

Ketika kita membicarakan tahap-tahap perkembangan


pengetahuan tercakup pula telaahan filsafat yang
menyangkut pertanyaan mengenai hakikat ilmu.

Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi


DIMENSI KAJIAN FILSAFAT ILMU

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI

tentang apa dan sampai di


mana yang hendak dicapai
ilmu. Ini berarti sejak awal kita meliputi aspek normatif
sudah ada pegangan dan mencapai kesahihan perolehan
gejala sosial. Dalam hal ini pengetahuan secara ilmiah, di
menyangkut yang mempunyai samping aspek prosedural,
terkait dengan
eksistensi dalam dimensi metode dan teknik memperoleh
kaidah moral
ruang dan waktu, dan data empiris. Kesemuanya itu
pengembangan
terjangkau oleh pengalaman lazim disebut metode ilmiah,
penggunaan ilmu
inderawi. Dengan demikian, meliputi langkah-langkah pokok
yang diperoleh.
meliputi fenomena yang dan urutannya, termasuk proses
dapat diobservasi, dapat logika berpikir yang berlangsung
diukur, sehingga datanya di dalamnya dan sarana berpikir
dapat diolah, diinterpretasi, ilmiah yang digunakannya.
diverifikasi, dan ditarik
kesimpulan.
Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi
Metafisika • Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain
dari ontologi. Jadi metafisika umum atau ontologi
Umum : adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip
yang paling dasar atau paling dalam dari segala
Ontologi sesuatu yang ada.

Metafisika • Kosmologi, Psikologi, Teologi (Bakker, 1992).


Khusus :

Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi


Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari
seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin
dua, baik yang asal berupa materi ataupun rohani.
• Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal itu
adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh
Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM).
• Idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Idelisme sebagai lawan materialisme, dinamakan juga spiritualisme.
Idealisme berarti serbacita, spiritualisme berarti serba ruh.

Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi


Nihilisme berasal dari
benda terdiri dari 2 paham ini bahasa Latin yang
macam hakikat menyatakan bahwa berarti nothing atau Paham ini mengingkari
sebagai asal kenyataan alam ini tidak ada. kesanggupan manusia
tersusun dari banyak untuk mengetahui
sumbernya yaitu Doktrin tentang hakikat benda. Baik
hakikat materi dan unsur.
nihilisme sudah ada hakikat materi maupun
hakikat ruhani, Tokoh aliran ini pada semenjak zaman Yunani ruhani.
benda dan ruh, masa Yunani Kuno Kuno, tokohnya yaitu Kata Agnoticisme
jasad dan spirit. adalah Anaxagoras Gorgias (483-360 SM) berasal dari bahasa
dan Empedocles yang yang memberikan 3 Greek yaitu Agnostos
Tokoh paham ini menyatakan bahwa
adalah Descartes proposisi tentang yang berarti unknown A
substansi yang ada realitas yaitu: artinya not Gno artinya
(1596-1650 M) yang itu terbentuk dan know.
dianggap sebagai terdiri dari 4 unsur, Pertama, tidak ada
bapak filsafat sesuatupun yang eksis, Aliran ini dapat kita
yaitu tanah, air, api, temui dalam filsafat
modern. dan udara. Kedua, bila sesuatu itu eksistensi dengan
Ia menamakan Tokoh modern aliran ada ia tidak dapat tokoh-tokohnya seperti:
kedua hakikat itu ini adalah William diketahui, Soren Kierkegaar (1813-
James (1842-1910 M) Ketiga, sekalipun 1855 M), yang terkenal
dengan istilah dunia
yang terkenal sebagai realitas itu dapat kita dengan julukan sebagai
kesadaran (ruhani) Bapak Filsafat
dan dunia ruang seorang psikolog dan ketahui ia tidak akan
Eksistensialisme
(kebendaan). filosof Amerika. dapat kita beritahukan
kepada orang lain.

Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi


• Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat
dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu.
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge).
• Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti
pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai
cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan
sahnya (validitasnya) pengetahuan.
• Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan
mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber
pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan?
Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia
(William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun
S.Suriasumantri, 2005).

Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi


• M.Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi
hakekat, sumber dan validitas pengetahuan.
• Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu
hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran
pengetahuan.
• Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa
epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab,
apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa
hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan
benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu
yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai
dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat
diringkat menjadi dua masalah pokok; masalah sumber
ilmu dan masalah benarnya ilmu.

Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi


Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi
Hakikat Epsitemologi
• Epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu
adalah inti sentral setiap pandangan dunia. Ia merupakan
parameter yang bisa memetakan, apa yang mungkin dan apa
yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya; apa yang
mungkin diketahui dan harus diketahui; apa yang mungkin
diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui; dan apa yang
sama sekali tidak mungkin diketahui. Epistemologi dengan
demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap
objek-objek pengetahuan. Tidak semua objek mesti dijelajahi
oleh pengetahuan manusia. Ada objek-objek tertentu yang
manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar, sehingga tidak
perlu diketahui, meskipun memungkinkan untuk diketahui.
Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri,
sehingga tidak mungkin bisa diketahui.

Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi


Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi
Jangan Bengong
Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi
moral conduct esthetic expression sosio-political life,

yaitu tindakan moral.


Bidang ini melahirkan yaitu ekspresi
disiplin khusus yakni yaitu kehidupan social politik
keindahan. yang akan melahirkan filsafat
etika. Kajian etika lebih Bidang ini sosiopolitik.
fokus pada prilaku, norma melahirkan
dan adat istiadat manusia. keindahan. Manfaat dari ilmu adalah
sudah tidak terhitung
Tujuan dari etika adalah Estetika banyaknya manfaat dari ilmu
agar manusia mengetahui berkaitan bagi manusia dan makhluk
dan mampu dengan nilai hidup secara keseluruhan.
mempertanggungjawab- tentang Mulai dari zamannya
kan apa yang ia lakukan. pengalaman Copernicus sampai Mark
Didalam etika, nilai keindahan yang Elliot Zuckerberg , ilmu terus
kebaikan dari tingkah laku dimiliki oleh berkembang dan memberikan
manusia menjadi sentral manusia banyak manfaat bagi
persoalan. Maksudnya terhadap manusia. Ilmu telah
adalah tingkah laku yang lingkungan dan memberikan kontribusi yang
penuh dengan tanggung fenomena sangat besar bagi peradaban
jawab, baik tanggung disekelilingnya. manusia, tapi dengan ilmu
juga manusia dapat
jawab terhadap diri menghancurkan peradaban
sendiri, masyarakat, alam manusia yang lain.
maupun terhadap Tuhan
sebagai sang pencipta.

Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi


Untuk apa ilmu tersebut digunakan?

Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut


dengan kaidah-kaidah moral?

Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan


pilihan-pilihan moral?

Bagaimana kaitan antara teknik procedural yang


merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-
norma moral / professional.

Dari apa yang dirumuskan diatas dapat dikatakan bahwa apapun jenis ilmu yang ada,
kesemuanya harus disesuaikan dengan nilai-nilai moral yang ada di masyarakat, sehingga
nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
Bagi seorang ilmuwan, nilai dan norma moral yang dimilikinya akan menjadi penentu
apakah ia sudah menjadi ilmuwan yang baik atau belum.
Setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai
apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi)
pengetahuan tersebut disusun.
Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait dengan
epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan
seterusnya. Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini
harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.
Secara detail, tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari
ontologi dan aksiologi. Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir
sistemik, justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan.
Keterkaitan antara ontologi, epistemologi, dan aksiologi. seperti juga
lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem,
membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih penting dari
yang lain, sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan
dalam mekanisme pemikiran.

Mfazrul99.blogspot.com Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi


DAFTAR PUSTAKA
• A.M. Saefuddin, et.al. 1991. Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi. Bandung: Mizan,
hal. 35.
• Abdullah , Muhammad Husein, 1990. Ad-Dirosah fi al-fikry-al Islamy. Aman: Dar al-Bayariq
haal. 74.
• Abdullah, Amin. 2005. Desain Pengembangan Akademik IAIN Menuju UIN SunanKalijaga dari
Pendekatan Pola Dikotonomis-Akademik ke Arah Integratif-Interdisciplinary dalam Zainal
Abidin Bagir, et.al,Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan Aksi. Bandung: Mizan.
• Amin Abdullah. 2006.Pendekatan Integratif- Interkonektif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
• Amsal, Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
• Asy’ari, H. M dkk. 1992.Filsafat. Yogyakarta: RSFI.
• Azra, Azyumardi. 1993. Tradisionalisme Nasr: Eksposisi dan Refleksi. Ulumul Qur”an, no. 4,
vol. IV.
• Bagus Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
• Bakhtiar , Amsal. 2006. Filsafat Ilmu. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
• Bakker, Anton.1992. Ontologi Metafisika Umum. Yogyakarta: Pustaka Kanisius
• D.W. Hamlyn. History of Epistemology. in Pauld Edwards, editor in chief, The Encyclopedia of
Philosophy, vol. 3 (New York and London, Macmillan Publishing Co., 1972) hal. 8-38.
• Gruber, T. 2008.Ontology. Springer-Verlag. ISBN 978-0-387-49616-0.
• Hadi, P. Hardono. 1994. Epistemologi: Filsafat Pengetahuan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi
• Honer, Stanley M. dan Hunt, Thomas C. 1987. Metode dalam Mencari Ilmu dalam
Perspektif. Jakarta: Gramedia,
• Jalaluddin dan Abdullah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media
Pratama.
• Jujun S. Suriasumantri. 2005 Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :
Sinar Harapan.
• M. Arifin. 1991. Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara,
hal. 6.
• Maritain, Jacques. 1959. The Degrees of Knowledge. New York: Scribner
Pengetahuan:Rasionalisme, Empirisme, dan Metode Keilmuan, dalam Jujun
S.Suryasumantri [penerjemah].
• Peter R. Senn, Struktur Ilmu, dikutip dari buku Social Science and its Methods
(Holbrook, 1971), hal, 9-35.
• Rakhmat Cece. 2010. Membidik Filsafat Ilmu. Bandung.
• Runes, Dagobert D. 1971. Dictionary of Philosophy. New Jersey: Adams and Co.
• Sahakian, W.S dan Mabel Lewis Sahakian. 1965. Realms of Philosophy. Schenkman
Pub Co.
• Semiawan, C. dkk. 2005. Panorama Filsafat Ilmu Landasan Perkembangan Ilmu
Sepanjang Zaman. Jakarta : Mizan Publika.
• Surasumantri, Jujun, S. 1999. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
• The Liang Gie. 2004. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.

Mfazrul99.blogspot.com Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistomologi, Aksiologi

Anda mungkin juga menyukai