Bell’s Palsy

Definisi Bell’s Palsy

• Paresis (kelemahan) atau paralisis (hilang seluruh gerakan) pada
nervus kranial fasialis (N.VII) dengan awitan cepat (kurang dari 72
jam) dan bersifat unilateral oleh penyebab yang tidak diketahui
- AAOHN, 2013
• Kelemahan wajah awitan akut tipe lower motor neuron yang
disebabkan keterlibatan nervus fasial dengan penyebab tidak
diketahui
- Burgess et al, 1984

Sumber:
1. Baugh RF, Basura GJ, Ishii LE, Schwarz SR, Drumheller CM, Burkholder R, et al. Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy. Otolaryngology-
Head and Neck Surgery. 2013; 149(3S): S1-S27
2. Burgess LP, Yim DW, Lepore ML. Bell's palsy: the steroid controversy revisited. Laryngoscope. 1984; 94(1): 1472-6
 Epidemiologi Bell’s Palsy
• Insidensi : 11,5-53,3 per 100.000  rentang usia 15-45 tahun
• Terjadi pada laki-laki dan perempuan  sama
• Faktor risiko: kehamilan, preeklampsia berat, obesitas, hipertensi,
diabetes mellitus, infeksi saluran napas atas (virus),
imunokompromais

Sumber:
1. Baugh RF, Basura GJ, Ishii LE, Schwarz SR, Drumheller CM, Burkholder R, et al. Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy. Otolaryngology-
Head and Neck Surgery. 2013; 149(3S): S1-S27
2. Vakharia K, Vakharia K. Bell’s Palsy. Facial Plast Surg Clin North Am. 2016; 24(1): 1-10
 Etiologi Bell’s Palsy
• Tidak diketahui  idiopatik
• Secara umum, paralisis nervus fasial disebabkan oleh:
Autoimun Infeksi
Kongenital Endokrin Idiopatik
GBS, Melkersson- HSV, HIV, Lyme disease,
Rosenthal Synd., Mobius Synd. Diabetes Mellitus Bell’s Palsy Ramsay Hunt Synd.,
Multiple Sclerosis otitis media

Neoplasma Traumatik
Neurovaskular
Diturunkan Tumor nervus fasialis, Kerusakan nervus
kanker kulit, tumor Stroke
parotid fasialis

Sumber: Baugh RF, Basura GJ, Ishii LE, Schwarz SR, Drumheller CM, Burkholder R, et al. Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy.
Otolaryngology- Head and Neck Surgery. 2013; 149(3S): S1-S27
 Diagnosis Bell’s Palsy
“... Bell’s palsy is a diagnosis of exclusion requiring the careful
elimination of other causes of facial paresis or paralysis...”

• Eksklusi penyebab lain dari paresis/paralisis nervus fasialis

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan lab dan radiologi  tidak rutin (pada awitan baru)

Sumber: Baugh RF, Basura GJ, Ishii LE, Schwarz SR, Drumheller CM, Burkholder R, et al. Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy.
Otolaryngology- Head and Neck Surgery. 2013; 149(3S): S1-S27
 Diagnosis Bell’s Palsy
• Anamnesis:
• 70% kelemahan nervus fasialis  Bell’s Palsy
• Bukan gejala Bell’s Palsy  pusing berputar, disfagia, diplopia, kelainan saraf
kranial lain (selain N.VII), gejala prodromal virus (demam), hiperakusis
• Predisposisi paralisis nervus fasialis  riwayat stroke, tumor otak, kanker kulit
daerah kepala, tumor parotid, trauma wajah, penyakit infeksi sebelumnya
• Gejala pada Bell’s Palsy yang dapat ditemukan  nyeri pada regio telinga dan
belakang telinga, kelemahan otot wajah termasuk sulit mengunyah makanan,
sulit menutup mata (kelopak mata), gangguan mengecap, kesemutan pada
pipi/mulut, nyeri pada mata, penurunan produksi air mata

Sumber: Baugh RF, Basura GJ, Ishii LE, Schwarz SR, Drumheller CM, Burkholder R, et al. Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy.
Otolaryngology- Head and Neck Surgery. 2013; 149(3S): S1-S27
 Diagnosis Bell’s Palsy
• Pemeriksaan fisis:
• Inspeksi  telinga (liang, membran
timpani), kelenjar parotid, kulit wajah
 ruled out infeksi telinga,
kolesteatoma, ruam vesikular (infeksi
herpes zooster), kanker kulit, benjolan
pada wajah
• Periksa semua saraf kranial  untuk
ruled out stroke dan kelainan saraf
kranial selain N.VII
Sumber:
Baugh RF, Basura GJ, Ishii LE, Schwarz SR, Drumheller CM, Burkholder R, et al. Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy. Otolaryngology- Head
and Neck Surgery. 2013; 149(3S): S1-S27,
Patel DK, Levin KH. Bells Palsy: Clinical Examination and Management. Cleveland Clinical Jourtnal of Medicine. 2015; 82(7): 419-26
 Diagnosis Bell’s Palsy
• Pemeriksaan penunjang:
• CT atau MRI  identifikasi infeksi, inflamasi, tumor, fraktur, dan potensi lain
keterlibatan nervus fasialis
• Elektrodiagnostik  menilai kerusakan nervus fasialis (tes
elektroneurofisiologik dan elektromiografi fasial)
• Tes serologi  kemungkinan penyebab infeksi
• Tes pendengaran  keterlibatan saraf pada koklea atau telinga bagian dalam
• Tes vestibular  keterlibatan saraf vestibular
• Tes Schimer Tear  kemampuan memproduksi air mata

Sumber: Baugh RF, Basura GJ, Ishii LE, Schwarz SR, Drumheller CM, Burkholder R, et al. Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy.
Otolaryngology- Head and Neck Surgery. 2013; 149(3S): S1-S27
 House-Brackmann Classification

Sumber: Vakharia K, Vakharia K. Bell’s Palsy. Facial Plast Surg Clin North Am. 2016; 24(1): 1-10
 Diagnosis Banding
Paralisis Nervus
Fasialis

Sumber: Baugh RF, Basura GJ, Ishii LE,

Schwarz SR, Drumheller CM, Burkholder R, et
al. Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy.
Otolaryngology- Head and Neck Surgery.
2013; 149(3S): S1-S27