Anda di halaman 1dari 27

JURNAL

Incidence, Risk Factors, and Outcomes of


Retinal Detachment after Pediatric Cataract
Surgery

Angka Kejadian, Faktor Risiko, dan terjadinya Retinal Detachment


setelah Operasi Katarak pada anak
Pembimbing : dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M
Disusun oleh:
Chato Haviz Danayomi (1610221062)
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU MATA RSUD AMBARAWA
ABSTRAK
Tujuan: Untuk melaporkan angka kejadian, faktor risiko serta predisposisi jangka panjang dan kejadian
Ablasio Retina setelah operasi katarak pada anak.

Metode Penelitian: Konsekutif Retrospektif Intervensi Kasus secara berulang.

Sampel Penelitian: Penelitian dari 1996 sampai 2007 di Departemen Mata dirumah sakit tingkat III, 481
mata dari 295 anak kurang dari 16 tahun tanpa adanya anomali okular dan anomali sistemik lainnya,
dilakukan lensectomy, capsulorrhexis posterior, dan vitrektomi anterior dikombinasikan dengan
implantasi lensa intraokular primer dimasukkan kedalam penelitian. Median follow up 66 bulan.
Metode Penelitian: Estimasi Kaplane Meier dan model regresi hazard proporsional COX digunakan
untuk memperkirakan risiko secara kumulatif dan ratio hazard (HR) secara berulang.

Perbedaan antara panjang aksial preoperatif diukur dan umur disesuaikan dengan nilai
aksial rata-rata yang dihitung pada penelitian sebelumnya, perbedaan panjang aksial yang
disesuaikan berdasarkan usia, minus dan plus menunjukkan gambaran miopia dan hipermetropia

Hasil yang diharapkan dalam Penelitian: Risiko kumulatif dan faktor risiko potensial untuk Retinal
Detachment
Hasil: Dari total, 12 mata pada 9 anak didapatkan RD setelah dilakukan operasi katarak, dengan
median waktu selama 70 bulan. Risiko keseluruhan RD adalah 5,5% pada 10 tahun pertama setelah
operasi katarak. Dari seluruh 9 anak-anak adalah laki-laki. HR dari mata anak dengan disabilitas
intelektual adalah 12.42, (P=0.001). Mata anak sesuai usia berdasarkan ALD <1 mm atau myopia
adalah 21.93 (P=0,003)
Kesimpulan: Risiko 5,5% untuk RD diperkirakan untuk 10 tahun pertama setelah operasi katarak pada
anak tanpa anomali okular dan sistemik. Resiko meningkat secara signifikan pada laki-laki dengan
miopia dan disabilitas intelektual pada anak.
Pendahuluan
Penyebab umum kebutaan pada anak yang dilaporkan dengan
prevalensi 1,2 sampai 13,6 kasus pada 10.000 anak.

Katarak pada Anak


Progresifitas dari anatomi okular dan perubahan fisiologis
menyebabkan perubahan manajemen pasien katarak pada anak,
dibandingkan dengan pasien dewasa

aspirasi lensa
Kombinasi dengan
vitrektomi
Standar Penanganan intraokular primer
anterior
Katarak pada Anak capsulorrhexis implantasi lensa.
posterior primer
Pendahuluan

Retinal detachment (RD) setelah operasi katarak pada anak adalah komplikasi yang
mengancam penglihatan

Kejadian RD antara 0,57% sampai 5%

Rabiah et al dan Haargaard et al dengan metode terbaru belum dapat


menemukan hubungan aksial panjang dengan RD

Operasi Vitreoretinal, beberapa literatur masih terbatas pada hasil yang didapatkan setelah
operasi Reattachment Retina pada anak dengan RD setelah operasi katarak. sebelumnya
Metode

Rekam Medis Elektronik dari 517 mata, 326 anak berusia di bawah 16 tahun telah
dilakukan operasi katarak dari tahun 1996 sampai 2007 di Departemen Mata Rumah
sakit tipe C yang dianalisa dengan metode secara retrospektif
Kriteria
Eksklusi

Sindrom Marfan (n=1) Katarak Traumatis (n=2)


Uveitis (n=4)

Glaukoma yang
telah
terdiagnosis Coloboma (n=4) Anomali Sistemik (n=2)
sebelumnya
(n=3)
Metode

Axenfelde Riegera
Retinopati Prematuritas (n=4)
Anomali (n=3)
Kriteria
Eksklusi

Vitreous
Sindrom Ehlerse Primer
Danlos (n=1) Hiperplastik Anomali Lensa (n=3)
Persisten
(n=9)

Anomali Okular (n=30) RD yang


sudah ada
sebelumnya
(n=2)
Metode
Semua pasien yang masuk kriteria inklusi dalam penelitian ini menjalani aspirasi lensa melalui
metode pembuatan jalur pada sklera. Capsulorrhexis posterior primer dilakukan dengan
menggunakan forceps Utrata, diikuti dengan vitrektomi anterior secara otomatis. Selanjutnya,
dipasang lensa intraokuler untuk semua anak.

Perhitungan KaplaneMeier digunakan untuk menghitung risiko kumulatif RD selama bertahun-


tahun setelah dilakukan operasi katarak
HASIL

Kejadian 5 tahun RD setelah operasi katarak pada anak adalah 2,5%. Waktu median follow up
sejak saat operasi katarak adalah 66 bulan (kuartil 25 adalah 24 bulan, 75th kuartil adalah
100 bulan, kisaran 3 bulan sampai 16 tahun).

Dari total 481 mata, 12 mata dari 9 anak terjadi RD setelah operasi katarak. Waktu rata-rata
antara operasi katarak dan terjadinya RD adalah 70 bulan (kuartil ke 25 adalah 32 bulan,
kuartil ke 75 adalah 88 bulan).
HASIL

Risiko kumulatif RD setelah operasi katarak pada 10 tahun pertama ditemukan 5,5% pada anak
tanpa anomali okular dan anomali sistemik

Risiko kumulatif RD selama 10 tahun ditemukan 37,5% pada mata anak dengan disabilitas
intelektual dibandingkan dengan 3,2% pada mata anak tanpa disabilitas intelektual

Risiko kumulatif RD pada 10 tahun ditemukan 8,8% pada mata anak dengan miopia yang
berat (umur disesuaikan ALD <1 mm) dibandingkan dengan 2,1% pada mata anak dengan
hipermetropia (ALD usia disesuaikan > 0 mm).
HASIL
Dua mata didapatkan RD total yang dapat dioperasi dengan adanya vitreoretinopati proliferatif
(PVR). Dari 10 mata yang tersisa, 4 dan 6 mata yang dipantai secara terus menerus dilakukan
pengikatan belt skleral dan dikombinasikan dengan vitrektomi dengan operasi belt buckle

Saat dilakukan follow up, 2 mata digambarkan dengan detachment retina (sekunder akibat
perubahan PVR) dan diperlukan vitrektomi kedua

Rata-rata dilakukan follow up setelah operasi vitreoretinal adalah 45.5 bulan (kisaran, 3-
144 bulan). Pada follow up terakhir tiap mata memiliki ketajaman visual lebih baik dari 6/18
dan 6/60
Pembahasan

RD setelah operasi katarak pada anak adalah komplikasi pembedahan yang lambat terjadi
serta mengancam penglihatan

RD 5 tahun setelah operasi katarak sebanyak 2,5%


5,5% dari RD setelah operasi katarak setelah 10 tahun tanpa kelainan okular dan anomali
sistemik

Rabiah dkk melaporkan 3,2% RD pada anak di Asia tanpa kelainan okular dan anomali
sistemik tanpa implantasi lensa intraokular primer
Pembahasan

Haargaard et al memperkirakan 0,74% angka kejadian RD setelah operasi katarak di Denmark,


tanpa kelainan okular dan anomali sistemik.

Kleinsteinet dkk melaporkan prevalensi sebesar 18,5%, 13,2%, 4,4%, dan 6,6% pada pasien
miopia di Asia, Spanyol, kulit putih, dan anak-anak di Afrika-Amerika.

Wang dkk menunjukkan miopia menjadi faktor predisposisi risiko yang signifikan untuk
RD pada anak Asia
Pembahasan

Erie dkk melaporkan probabilitas kumulatif RD setelahnya operasi katarak pasien dewasa
meningkat dari 0,27% pada 1 tahun menjadi 1,79% setelah 20 tahun.
Pembahasan

Dalam penelitian ini risiko 12,42 kali lebih tinggi (95% CI, 3,14e49,08; P <0,001) untuk
terjadinya RD pada mata anak dengan disabilitas intelektual

Pada penelitian menguatkan Haargaard dkk, yang melaporkan risiko 9,59 kali RD di mata anak
dengan disabilitas intelektual
Pembahasan

Kemungkinan alasannya adalah bahwa mata yang akan dioperasi beresiko, karena mengucek
mata secara berlebihan dan trauma yang tidak disengaja.

Hal penting lainnya, kecenderungan anak tidak kooperatif saat pemeriksaan, penglihatan
yang adekuat pada fundus tidak memungkinkan, mengakibatkan anak dengan disabilitas
intelektual terlambat di diagnosis
Pembahasan

Dipenelitian ini ditemukan bahwa risiko RD meningkat secara progresif dengan


meningkatnya miopia (usia disesuaikan ALD <0 mm). Sebagai dibandingkan dengan mata
anak dengan hypermetropia (usia disesuaikan ALD> 0 mm), secara signifikan risiko yang
lebih tinggi diperkirakan pada mata anak dengan miopia tinggi (disesuaikan dengan usia
ALD <1 mm) (HR, 21,93; 95% CI, 2,95e162.80; P=0.003).

Risiko kumulatif RD pada 10 tahun 2,1% pada mata anak dengan hipermetropia,
meningkat menjadi 8,8% pada mata anak dengan miopia tinggi
Pembahasan

Rabiah et al menunjukkan bahwa kesalahan refraksi pada afakia lebih berat pada miopia
dibandingkan usia yang sesuai dengan afakia yang normal

Haargaard dkk melaporkan median terjadinya RD menjadi 9,1 tahun


Rabiah et al melaporkan waktu rata-rata terjadinya RD adalah 6,4-4,4 tahun
Hal ini sesuai dengan penelitian median waktu antara operasi katarak dan terjadinya RD adalah
70 bulan
Pembahasan

Dalam penelitian ini RD merupakan penyebab sekunder terjadinya PVD seperti retaknya
retina atau terjadinya lattice degenerasi

Hajari et al menunjukan bahwa pasien dengan Rhegmatogenous RD pada salah satu mata
dapan menyebabkan 100 kali lipat berisiko akan berkembang ke mata yang satunya
Yokoyama et al melaporkan 90% retina dapat kembali diobati dengan prosedur buckling
sclera
Kekurangan Penelitian

1. Jumlah pasien yang lebih sedikit dalam kelompok RD pada penelitian retrospektif
2.Follow Up lebih lama serta perbedaan etnis yang sebenarnya dalam risiko RD
3. Ketidakmampuan intelektual diagnosis secara klinis oleh dokter penyakit dalam
4.Penanganan tidak tepat tanpa disadari berkontribusi untuk terjadinya RD pada anak
yang menyebabkan ketidakmampuan intelektual dengan IQ yang rendah. .
Kesimpulan

5,5% estimasi risiko 10 tahun pertama untuk terjadi RD


Risiko akan meningkat secara signifikan pada anak laki-laki, dengan miopia, dan
disabilitas intelektual
Sebagai referensi untuk orang tua saat terdapat risiko kelainan katarak bawaan
Pengobatan profilaksis pada pasien yang dicurigakan terdapat lesi pada retina dapat
mengurangi risiko terjadinya RD.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai