Chato Haviz Danayomi - Jurnal Reading - Incidence, Risk Factors, and Outcomes of
Chato Haviz Danayomi - Jurnal Reading - Incidence, Risk Factors, and Outcomes of
Sampel Penelitian: Penelitian dari 1996 sampai 2007 di Departemen Mata dirumah sakit tingkat III, 481
mata dari 295 anak kurang dari 16 tahun tanpa adanya anomali okular dan anomali sistemik lainnya,
dilakukan lensectomy, capsulorrhexis posterior, dan vitrektomi anterior dikombinasikan dengan
implantasi lensa intraokular primer dimasukkan kedalam penelitian. Median follow up 66 bulan.
Metode Penelitian: Estimasi Kaplane Meier dan model regresi hazard proporsional COX digunakan
untuk memperkirakan risiko secara kumulatif dan ratio hazard (HR) secara berulang.
Perbedaan antara panjang aksial preoperatif diukur dan umur disesuaikan dengan nilai
aksial rata-rata yang dihitung pada penelitian sebelumnya, perbedaan panjang aksial yang
disesuaikan berdasarkan usia, minus dan plus menunjukkan gambaran miopia dan hipermetropia
Hasil yang diharapkan dalam Penelitian: Risiko kumulatif dan faktor risiko potensial untuk Retinal
Detachment
Hasil: Dari total, 12 mata pada 9 anak didapatkan RD setelah dilakukan operasi katarak, dengan
median waktu selama 70 bulan. Risiko keseluruhan RD adalah 5,5% pada 10 tahun pertama setelah
operasi katarak. Dari seluruh 9 anak-anak adalah laki-laki. HR dari mata anak dengan disabilitas
intelektual adalah 12.42, (P=0.001). Mata anak sesuai usia berdasarkan ALD <1 mm atau myopia
adalah 21.93 (P=0,003)
Kesimpulan: Risiko 5,5% untuk RD diperkirakan untuk 10 tahun pertama setelah operasi katarak pada
anak tanpa anomali okular dan sistemik. Resiko meningkat secara signifikan pada laki-laki dengan
miopia dan disabilitas intelektual pada anak.
Pendahuluan
Penyebab umum kebutaan pada anak yang dilaporkan dengan
prevalensi 1,2 sampai 13,6 kasus pada 10.000 anak.
aspirasi lensa
Kombinasi dengan
vitrektomi
Standar Penanganan intraokular primer
anterior
Katarak pada Anak capsulorrhexis implantasi lensa.
posterior primer
Pendahuluan
Retinal detachment (RD) setelah operasi katarak pada anak adalah komplikasi yang
mengancam penglihatan
Operasi Vitreoretinal, beberapa literatur masih terbatas pada hasil yang didapatkan setelah
operasi Reattachment Retina pada anak dengan RD setelah operasi katarak. sebelumnya
Metode
Rekam Medis Elektronik dari 517 mata, 326 anak berusia di bawah 16 tahun telah
dilakukan operasi katarak dari tahun 1996 sampai 2007 di Departemen Mata Rumah
sakit tipe C yang dianalisa dengan metode secara retrospektif
Kriteria
Eksklusi
Glaukoma yang
telah
terdiagnosis Coloboma (n=4) Anomali Sistemik (n=2)
sebelumnya
(n=3)
Metode
Axenfelde Riegera
Retinopati Prematuritas (n=4)
Anomali (n=3)
Kriteria
Eksklusi
Vitreous
Sindrom Ehlerse Primer
Danlos (n=1) Hiperplastik Anomali Lensa (n=3)
Persisten
(n=9)
Kejadian 5 tahun RD setelah operasi katarak pada anak adalah 2,5%. Waktu median follow up
sejak saat operasi katarak adalah 66 bulan (kuartil 25 adalah 24 bulan, 75th kuartil adalah
100 bulan, kisaran 3 bulan sampai 16 tahun).
Dari total 481 mata, 12 mata dari 9 anak terjadi RD setelah operasi katarak. Waktu rata-rata
antara operasi katarak dan terjadinya RD adalah 70 bulan (kuartil ke 25 adalah 32 bulan,
kuartil ke 75 adalah 88 bulan).
HASIL
Risiko kumulatif RD setelah operasi katarak pada 10 tahun pertama ditemukan 5,5% pada anak
tanpa anomali okular dan anomali sistemik
Risiko kumulatif RD selama 10 tahun ditemukan 37,5% pada mata anak dengan disabilitas
intelektual dibandingkan dengan 3,2% pada mata anak tanpa disabilitas intelektual
Risiko kumulatif RD pada 10 tahun ditemukan 8,8% pada mata anak dengan miopia yang
berat (umur disesuaikan ALD <1 mm) dibandingkan dengan 2,1% pada mata anak dengan
hipermetropia (ALD usia disesuaikan > 0 mm).
HASIL
Dua mata didapatkan RD total yang dapat dioperasi dengan adanya vitreoretinopati proliferatif
(PVR). Dari 10 mata yang tersisa, 4 dan 6 mata yang dipantai secara terus menerus dilakukan
pengikatan belt skleral dan dikombinasikan dengan vitrektomi dengan operasi belt buckle
Saat dilakukan follow up, 2 mata digambarkan dengan detachment retina (sekunder akibat
perubahan PVR) dan diperlukan vitrektomi kedua
Rata-rata dilakukan follow up setelah operasi vitreoretinal adalah 45.5 bulan (kisaran, 3-
144 bulan). Pada follow up terakhir tiap mata memiliki ketajaman visual lebih baik dari 6/18
dan 6/60
Pembahasan
RD setelah operasi katarak pada anak adalah komplikasi pembedahan yang lambat terjadi
serta mengancam penglihatan
Rabiah dkk melaporkan 3,2% RD pada anak di Asia tanpa kelainan okular dan anomali
sistemik tanpa implantasi lensa intraokular primer
Pembahasan
Kleinsteinet dkk melaporkan prevalensi sebesar 18,5%, 13,2%, 4,4%, dan 6,6% pada pasien
miopia di Asia, Spanyol, kulit putih, dan anak-anak di Afrika-Amerika.
Wang dkk menunjukkan miopia menjadi faktor predisposisi risiko yang signifikan untuk
RD pada anak Asia
Pembahasan
Erie dkk melaporkan probabilitas kumulatif RD setelahnya operasi katarak pasien dewasa
meningkat dari 0,27% pada 1 tahun menjadi 1,79% setelah 20 tahun.
Pembahasan
Dalam penelitian ini risiko 12,42 kali lebih tinggi (95% CI, 3,14e49,08; P <0,001) untuk
terjadinya RD pada mata anak dengan disabilitas intelektual
Pada penelitian menguatkan Haargaard dkk, yang melaporkan risiko 9,59 kali RD di mata anak
dengan disabilitas intelektual
Pembahasan
Kemungkinan alasannya adalah bahwa mata yang akan dioperasi beresiko, karena mengucek
mata secara berlebihan dan trauma yang tidak disengaja.
Hal penting lainnya, kecenderungan anak tidak kooperatif saat pemeriksaan, penglihatan
yang adekuat pada fundus tidak memungkinkan, mengakibatkan anak dengan disabilitas
intelektual terlambat di diagnosis
Pembahasan
Risiko kumulatif RD pada 10 tahun 2,1% pada mata anak dengan hipermetropia,
meningkat menjadi 8,8% pada mata anak dengan miopia tinggi
Pembahasan
Rabiah et al menunjukkan bahwa kesalahan refraksi pada afakia lebih berat pada miopia
dibandingkan usia yang sesuai dengan afakia yang normal
Dalam penelitian ini RD merupakan penyebab sekunder terjadinya PVD seperti retaknya
retina atau terjadinya lattice degenerasi
Hajari et al menunjukan bahwa pasien dengan Rhegmatogenous RD pada salah satu mata
dapan menyebabkan 100 kali lipat berisiko akan berkembang ke mata yang satunya
Yokoyama et al melaporkan 90% retina dapat kembali diobati dengan prosedur buckling
sclera
Kekurangan Penelitian
1. Jumlah pasien yang lebih sedikit dalam kelompok RD pada penelitian retrospektif
2.Follow Up lebih lama serta perbedaan etnis yang sebenarnya dalam risiko RD
3. Ketidakmampuan intelektual diagnosis secara klinis oleh dokter penyakit dalam
4.Penanganan tidak tepat tanpa disadari berkontribusi untuk terjadinya RD pada anak
yang menyebabkan ketidakmampuan intelektual dengan IQ yang rendah. .
Kesimpulan