Anda di halaman 1dari 45

Ilmu Penyakit Saraf

Dr. Muhamad Ibnu S


TIM UKMPPD
Motor Systems Disorders
Jaras Desenden
• Cedera pada medula spinalis akan
menyebabkan lesi upper motor neuron pada
saraf di bawah tingkat lesi
• Upper motor neuron: spastisitas, hiperrefleks,
hipertonia
• Lower motor neuron: flasiditas, hiporefleks,
hipotoni, fasikulasi
Cephalgia
Gejala Klinis Tatalaksana
• Tension headache  Nyeri seperti • Tension headache
tertekan dan diikat di bagian frontal – Akut: NSAID (ibuprofen adalah DOC),
dan oksipital aspirin, dan parasetamol
• Migraine  nyeri berdenyut dan – Preventif: antidepresan trisiklik
(amitriptilin atau nortriptilin)
unilateral di daerah frontotemporal dan
okular • Migraine headache
– Akut: triptan dan ergot
• Cluster headache  nyeri berat seperti
– Kronik: asam valproat
ditusuk, mata seperti didorong keluar
yang unilateral di daerah orbital dan • Cluster headache
temporal – Akut: triptan atau ergot dengan
metoclopramide
• Neuralgia trigeminal  nyeri di wajah – Preventif: Calcium channel blockers
yang berat seperti ditusuk, mengikuti
distibusi sensoris nervus kranialis V • Neuralgia trigeminal
– Carbamazepine
• Arteritis kranial  nyeri yang
terlokalisasi di daerah arteri temporalis, • Arteritis kranial
terdapat nyeri tekan – Prednison
Tension headache Migraine headache Cluster headache
Kualitas Ditekan/diikat Berdenyut Menusuk
Intensitas Ringan atau sedang Sedang atau berat Berat sekali
Lokasi Bilateral Unilateral Unilateral
Memberat dengan aktivitas Tidak Ya Tidak
Mual Ada/tidak Ada Tidak ada
Muntah Tidak ada Ada Tidak ada
Fotofobia Ada/tidak Ada Tidak ada
Fonofobia Ada/tidak Ada Tidak ada
Aura Tidak ada Ada (common)/tidak (classic) Tidak ada
Lakrimasi, injeksi konjungtiva,
Gejala penyerta rinorea, dan perspirasi wajah
yang ipsilateral
Migrain – Patogenesis, Klasifikasi
Patogenesis Klasifikasi
• Teori “spreading depresion” pada • Classic Migraine (with aura)
aliran darah otak dimana pada • Common Migraine (without aura)
awalnya terjadi vasokontriksi • Aura biasanya muncul 30 menit
(dimulai dari daerah oksipital  sebelum serangan, dapat berupa
muncul aura) dan berakhir kilatan cahaya, kerlap-kerlip atau
dengan vasodilatasi (di seluruh skotoma sentral
bagian otak  nyeri kepala)
Migrain
• Keywords:
– Nyeri kepala sebelah kanan
– Didahului dengan mual, muntah, dan
disertai mata berkunang-kunang
• Migrain adalah sakit kepala
berdenyut, biasanya unilateral, dapat
disertai dengan aura, mual, muntah,
fonofobia dan fotofobia
• Lebih sering ditemukan pada wanita
karena dipengaruhi faktor hormonal
• Faktor presipitasi:
– Makanan mengandung tyramine (keju),
daging (hot dog, bacon), cokelat
mengandung phenylthylamine)
– Puasa, Emosi, Menstruasi, Obat
– Pajanan cahaya terang
• Migraine headache
Neurologi - TTH
• Keywords
– S: nyeri kepala, tertekan
dan diikat, pada dahi dan
belakang kepala
• Diagnosis pada pasien ini
adalah TTH. Terjadi akibat
kontraksi otot leher dan
kepala. Tidak
berhubungan dengan
mual, muntah dan
gangguan visual.
• Jawaban: Tension
headache
Meniere Disease
• Keywords
– S: pusing berputar, berdenging di telinga,
pendengaran menurun
• Trias gejala yang dapat ditemukan pada Meniere
disease
– Vertigo
– Tinitus
– Tuli sensorineural yang fluktuatif
• Meniere disease disebabkan oleh hidrops
endolimfe.
• Meniere disease
BPPV
• Keywords
– S: pusing, mual (+), keluhan
memberat dengan gerakan kepala,
tinitus (-)
– O: nistagmus horisontal ke kanan
• Pasien ini mengalami vertigo
perifer (nistagmus horisontal ke
kanan). Vertigo perifer yang
dipengaruhi oleh gerakan kepala
adalah BPPV.
• Bagaimana membedakan BPPV
dengan neuritis vestibularis?
– BPPV  nistagmus rotasional ke
arah telinga yang sakit
– Neuritis vestibular  nistagmus
horizontal ke arah telinga sehat
• BPPV
Vertigo Perifer vs. Sentral
Vertigo Perifer (Vestibuler) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
Sifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang keseimbangan
Gangguan di Kanalis semisirkularis Batang otak atau serebelum
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran ± -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus - Keramaian lalu lintas
Neuritis vestibuler Stroke batang otak
BPPV TIA vertebrobasiler
Meniere disease Migren basiler
Penyebab Trauma Trauma
Fisiologis (mabuk) Perdarahan serebelum
Obat-obatan Infark batang otak/serebelum
Neuroma akustik Degenerasi spinoserebral
Nistagmus Horizontal atau rotatoar Vertikal
Penyakit Meniere, Labirinitis Supuratif
& Neuritis Vestibularis
PENYAKIT MENIERE LABIRINITIS SUPURATIF
Peningkatan tekanan dalam sistem Komplikasi meningitis atau otitis media
endolimfatik telinga dalam
Manifestasi klinis
Gejala dan tanda Gangguan keseimbangan dan gangguan
• Gangguan pendengaran pendengaran
• Vertigo
• Tinnitus Penunjang
• Telinga terasa penuh MRI dengan kontras (baku emas)

Tata laksana NEURITIS VESTIBULARIS


• Saat serangan: diazepam Serangan vertigo mendadak tanpa
• Setelah itu: diuretik (HCT) + steroid pencetus, tapi pendengaran normal.

Tata laksana
Prednison
Ischemic Stroke, Hemorrhagic Stroke &
Stroke in Evolution
• Ischemic stroke
– Ada infark akibat trombus atau emboli, jadi gejala umumnya lebih dari 72 jam
– Tata laksana:
• Trombolitik dengan alteplase (rt-PA)  risiko perdarahan, jadi tidak bisa pada semua
pasien
• Aspirin
• Trombolisis mekanis
• Hemorrhagic stroke
– Ditandai dengan mual muntah, nyeri kepala, dan penurunan kesadaran
– Prognosis lebih buruk daripada stroke iskemik
– Tata laksana
• Antikonvulsan, antihipertensif, dan diuretik osmotik
• Bedah (evakuasi hematoma)
• Stroke in evolution
– Bukan diagnosis, tapi sebuah episode dalam stroke iskemik saat gejala
perlahan-lahan memberat mencapai maksimal
TIA & RIND
• Transient ischemic attack (TIA)
– Defisit neurologis akut sementara akibat iskemia serebral fokal, tanpa
terjadi infark
– Umumnya gejala menghilang dalam 24 jam (tapi risiko stroke
meningkat)
– Diagnosis:
• Singkirkan diagnosis banding  periksa GDS, kimia darah, koagulasi, dan DPL
• Tetap lakukan CT/MRI dan pencitraan vaskular (Doppler karotis, angiografi)
– Tata laksana:
• TIA non-kardioembolik: aspirin, aspirin + dipiridamol, atau clopidogrel
• TIA kardioembolik (mis. AF): warfarin
• Reversible ischemic neurologic deficit (RIND)
– Gejala berlanjut lebih dari 24 jam, tapi menghilang dalam 72 jam
– Selain itu, dianggap sama dengan TIA
Transient Ischemic Attack (TIA)
• Keywords
– S: lemah seluruh tubuh kanan tiba-tiba
– O: dalam 6 jam defisit neurologis membaik
• TIA adalah defisit neurologis yang kembali
normal dalam waktu 24 jam. RIND (Reversible
Ischemic Neurological Deficit) adalah defisit
neurologis yang kembali normal dalam waktu
>24 jam atau berhari-hari.
• Transient Ischemic Attack
Stroke Hemoragik
• Keywords • Iskemik atau perdarahan?
– S: penurunan kesadaran, lemah
sebagian tubuh yang timbul – Iskemik  hipodens.
mendadak,
– O: muka mencong ke kanan, Perdarahan  hiperdens
hemiparesis sinistra, TD tinggi, CT scan • Vestibulobasilar atau karotis?
hiperdens di ganglia basalis kanan
• Pada kasus ini diagnosis adalah stroke – Stroke vestibular  gejalanya
hemoragik karena didapatkan gejala vertigo, dan pada CT akan
defisit neurologis yang timbul
mendadak, TD tinggi dan gambaran hipo/hiperdens di fossa
hiperdens pada CT-scan. posterior
• Ganglia basalis diperdarahi oleh
sistem karotis. Topis pasien ini – Ganglia basalis kanan
terletak pada sisi kanan otak karena diperdarahi oleh arteri
defisit neurologis terdapat di sebelah cerebri media kanan, yaitu
kiri (traktus kortikospinal)
• Stroke perdarahan intraserebral cabang dari arteri karotis
sistem karotis kanan interna kanan
Subarachnoid Hemorrhage, Stroke
Intraventrikular & Traktus Piramidalis
• Subarachnoid hemorrhage
– Umumnya karena ruptur aneurisma
atau AVM
– Manifestasi klasik: nyeri kepala berat
mendadak disertai tanda-tanda iritasi
meningeal
– Pemeriksaan: CT  hiperdens di ruang-
ruang subarachnoid (mis. cisterna
suprasellar, fissura Sylvii)
– Tatalaksana:
• beta-blocker IV (jika MAP >130 mmHg),
karena tidak meningkatkan TIK
• bedah untuk mencegah perdarahan
ulang
• Stroke intraventrikular
– Gejala mirip dengan stroke pendarahan,
tapi morbiditas dan modalitas lebih
tinggi
– Pemeriksaan: CT  hiperdens dalam
ventrikel
Vertigo Perifer vs. Sentral
Vertigo Perifer (Vestibuler) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
Sifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang keseimbangan
Gangguan di Kanalis semisirkularis Batang otak atau serebelum
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran ± -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus - Keramaian lalu lintas
Neuritis vestibuler Stroke batang otak
BPPV TIA vertebrobasiler
Meniere disease Migren basiler
Penyebab Trauma Trauma
Fisiologis (mabuk) Perdarahan serebelum
Obat-obatan Infark batang otak/serebelum
Neuroma akustik Degenerasi spinoserebral
Nistagmus Horizontal atau rotatoar Vertikal
BPPV & Bell’s Palsy
BPPV BELL PALSY
vertigo akibat posisi tertentu, paralisis unilateral otot wajah
biasanya disertai nistagmus.
Tata laksana
PF • Prednison
Manuver Dix-Hallpike 
nistagmus rotatoris dengan
latensi dan durasi terbatas

Tata laksana
• Reposisi kanalith (Manuver
Epley)
Bell’s Palsy

• Keywords:
– keluhan mulut mencong ke kanan dan mata kiri tidak dapat ditutup
– diketahui naik motor dari Jakarta-Bandung menggunakan helm non full face
– Status neurologis: plika nasolabialis kiri (-), lagolftalmus kiri
• Pada kasus ini ditemukan paresis NVII perifer. Kemungkinan penyebab adalah Bell’s
Palsy. Bell’s palsy sering dikaitkan dengan pajanan angin berlebih pada wajah. Pada
NVII terjadi inflamasi. Penyebab lainnya adalah reaktivasi virus herpes.
• Bell’s Palsy dapat sembuh sendiri tetapi memerlukan waktu berbulan-bulan. Bila
etiologi akibat virus herpes maka diterapi dengan asiklovir. Tata laksana Bell’s Palsy
idiopatik adalah kortikosteroid.
• Jawaban: Kortikosteroid, vitamin B6, fisioterapi
Parkinson
• Keywords
– keluhan sering lupa sejak 2 minggu
SMRS
– Pada pemeriksaan fisis didapatkan
masked face, pill rolling tremor
– Pada sediaan histopatologi dtemukan
Lewy’s Body
• Pasien mengalami gejala Parkinson.
Gejala klinis Parkinson adalah Tremor,
Rigidity, Akinesia/Bradikinesia &
Postural instability (disingkat TRAP).
Hal ini terjadi karena degenerasi
neuron dopaminergik di substansia
nigra sehingga pada orang dengan
Parkinson terjadi defisiensi dopamin
• Jawaban: Substansia nigra
Epilepsi – Klasifikasi (ILAE)
• Kejang parsial • Petit mal  absance (lena),
– Parsial sederhana bengong, kemudian biasa lagi
– Parsial kompleks – Umum  <18 tahun, serangan
– Parsial generalisata sekunder mendadak, sering berkedip
cepat
• Kejang umum – Atipikal  sampai dewasa,
– Absance/lena/petit mal serangan mulai dan berakhir
– Tonik klonik/grand mal perlahan
– Tonik • Grand mal  kehilangan
– Klonik kesadaran, kejang2, keluar liur
– Myoklonik • Mioklonus  kedutan
– Atonik (kontraksi-relaksasi) otot
– Spasme infantil sesaat yang terjadi mendadak
• Unclassified • Tonik  peningkatan tonus
otot-otot ekstensor secara
mendadak
Status Epileptikus
• Keywords:
– keluhan kejang berulang
sejak satu jam yang lalu
• Kejang berulang >30
menit dan tidak
sadarkan diri secara
penuh di antara episode
kejang disebut sebagai
status epileptikus.
• Jawaban: Status
epileptikus
Dementia Alzheimer, Tremor Esensial, Dementia
with Lewy Bodies & Parkinson Disease
• Dementia Alzheimer • Tremor esensial
– Anamnesis khas: Memory loss – Tremor bilateral pada lengan dan
progresif lambat, kemudian diikuti tangan yang jelas terlihat dan
gangguan-gangguan kognitif persisten
lainnya (afasia, apraksia, agnosia, – Tata laksana: propanolol atau
dan/gangguan fungsi eksekutif) primidon
– Pemeriksaan penunjang untuk • Dementia with Lewy bodies
menyingkirkan diagnosis banding
• DPL dan vit. B-12 (penyakit – Demensia disertai gejala motorik
hematologik), enzim hati (hepatik), Parkinson, halusinasi visual, serta
TSH (tiroid), RPR untuk sifilis fluktuasi kesadaran
• CT atau MRI (stroke, tumor). Pada – Tata laksana: inhibitor
Alzheimer akan terlihat gambaran asetilkolinesterase
atrofi difus.
– Tata laksana • Penyakit Parkinson
• Inhibitor kolinesterase: donepezil, – Dua dari tiga tanda ini: resting
rivostigmine tremor, rigiditas, bradikinesia
• antagonis NMDA: memantin – Tata laksana: levodopa/carbidopa
Demensia
• Sering lupa  gangguan kognitif tanpa penurunan kesadaran 
dementia
– Sebenarnya, gangguan kognitif baru dapat disebut dementia jika
menyebabkan penurunan fungsi sehari-hari yang signifikan
– Gangguan kognitif < 6 bulan  delirium
– Dementia < 65 tahun  early onset
– Pada dementia, kesadaran compos mentis
• CT scan: infark multipel  dementia vaskular
• Anamnesis khas: gangguan kognitif akut/subakut setelah sebuah
serangan neurologis akut yang semakin hari semakin memberat
• Konfirmasi etiologi vaskular dengan CT atau MRI
• Tata laksana:
– Antiplatelet (aspirin)  mencegah stroke
– Pentoxifylinne  meningkatkan aliran darah ke otak
Demensia
• Keywords
– S: keluhan sering lupa, riwayat jatuh (-), kesemutan anggota badan sebelah
kanan
– O: CT infart multipel
• Demensia adalah gangguan fungsi kognitif (> 6 bulan) tanpa disertai penurunan
kesadaran
– Demensia Alzheimer (50-60%): bertahap, progresif, fungsi memori buruk,
tidak mampu mengingat hal baru, reseptor Ach di otak berkurang jumlahnya
– Demensia vaskular: akibat gangguan suplai darah, fungsi eksekutif lebih buruk
– Demensia lainnya (jarang): Pick Disease, Creutzfeldt-Jacob, Huntington,
Parkinson, HIV dan trauma kepala
• Pada CT Scan multiple infarct dan terdapat riwayat neuropati  demensia vaskular
tipe multi-infarct
• Jawaban: Demensia vaskuler
Delirium
• Keywords • Delirium HIV
– S: tampak bingung dan mecabut – Pada pasien HIV, hati-hati dalam
selang infus mencari etiologi delirium. Terapi
– O: pasien HIV (+) dengan olanzapine haloperidol,
jangan benzodiazepine.
• Delirium adalah gangguan
kesadaran yang disertai gangguan • Dementia HIV
kognitif. Pasien ini mengalami – Tata laksana dengan ARV
delirium. • Ensefalitis toksoplasma
• Delirium sering terjadi pada – Gejala ensefalitis + defisit
pasien HIV, apabila: neurologis fokal, ring enhancing
lesion pada CT atau MRI kontras,
– Infeksi menyerang CNS PCR LCS (+)
– Akibat obat ARV • Meningitis kriptokokus
• Terapi: lorazepam – Gejala sama dengan meningitis,
• HIV related delirium tapi ada penurunan kesadaran dan
mual muntah (peningkatan TIK),
sementara demam dan kaku kuduk
tidak prominen
Guillain Barre Syndrome (GBS)
• Keywords
– S: mendadak kedua tungkai lemah, simetris disertai
kesemutan, kemudian tangan ikut lemah, riwayat
diare
– O: sensoris dbn
• Pada pasien ini terdapat defisit neurologis berupa
paresis simetris yang menjalar dari ekstremitas
bawah menuju ke atas yang khas pada pada GBS.
Riwayat diare memperkuat diagnosis.
• Guillain Barre Syndrome
GBS – Definisi, Patogenesis, Gejala
Klinis, Tata lakasna
• Guillain Barre Syndrome
– Keadaan dimana antibodi
terhadap patogen tertentu
(biasanya C. jejuni) bereaksi
silang terhadap mielin sistem
saraf perifer sehingga terjadi
demielinisasi
– Klinis: kelemahan otot dan
penurunan refleks yang dimulai
dari tungkai, menjalar ke atas.
Didahului beberapa minggu
sebelumnya oleh infeksi
pernapasan atau GI, refleks
tendon dalam hilang, glove
stoking phenomenon
– Hati-hati gagal napas
– Tata laksana: plasma exchange
atau imunoglobulin intravena
Myastenia Gravis & Poliomielitis
• Myastenia gravis • Poliomielitis
– Terbentuknya autoantibodi – Infeksi virus polio (fekal-oral) yang
terhadap reseptor asetilkolin menghancurkan sel neuron di
nikotinik di NMJ otot rangka kornu anterior medula spinalis
– Kelemahan otot yang dimulai dari – Klinis: demam yang diikuti oleh
palpebra (ptosis), menyebar ke kelemahan otot akut yang berat,
wajah, lengan, badan, dan akhirnya umumnya asimetris
tungkai. Kelemahan bertambah – Tata laksana: tidak ada tata laksana
berat dengan aktivitas, membaik definitif. Yang penting adalah
dengan istirahat. pencegahan (vaksinasi)
– Lab: tes antibodi anti-reseptor
asetilkolin
– Tata laksana:
• Kasus ringan: inhibitor cholinesterase
(co/ pyridostigmine)
• Kasus sedang: kortikosteroid
• Kasus berat: azathioprine
Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
• Keywords
– S: nyeri tangan
– O: Tinnel sign (+), Phalen sign (+), atrofi m.abductor
policis brevis
• Gejala CTS:
– Tinnel sign dan phallen sign positif  entrapment
n.medianus
– Weakness & atrophy: m.thenar
– Weakness & wasting: m.abductor policis brevis &
m.oponens policis
– gejala biasanya berupa perasaan nyeri seperti
terbakar pada tangan, kesemutan, dan baal.
• Tata laksana CTS
– Bidai pergelangan tangan, injeksi kortikosteroid
– Kasus berat: bedah
• Tarsal tunnel syndrome  serupa, tetapi pada
kaki
• Jawaban: Carpal tunnel syndrome
Tarsal Tunnel Syndrome & Lesi Nervus
Perifer
• Tarsal tunnel syndrome
– Akibat kompresi nervus tibialis
– Nyeri yang menjalar dari pergelangan kaki medial ke arah
distal
– Tata laksana: injeksi steroid, bedah kalau tidak mempan
• Lesi nervus…
– …radialis: wrist drop
– …medianus: tidak bisa oposisi, MCP I-II tidak bisa fleksi, PIP
dan DIP I-II tidak bisa ekstensi
– ..ulnaris: MCP IV-V tidak bisa fleksi, PIP dan DIP IV-V tidak
bisa ekstensi
Menigoensefalitis TB
• Keywords
– S: kejang dan tidak sadarkan diri, 3 hari ini demam tinggi, kejang
seluruh tubuh 10 menit, kaku kuduk (+),
– O: CSF: xantochrome, glukosa rendah, protein meningkat
• Temuan LCS berwarna xantochrome khas ditemukan pada
meningitis TB. Meningitis TB lebih tepat disebut sebagai
meningoensefalitis TB karena kuman TB menginfeksi
parenkim otak dan meningen. Infeksi meningen
menyebabkan muncul gejala perangsangan meningeal
(kaku kuduk) dan infeksi parenkim otak menyebabkan
penurunan kesadaran. Oleh karena itu pada meningitis TB
sering ditemukan penurunan kesadaran pasien.
• Jawaban: Meningoensefalitis TB
Mengitis TB – Gejala Klinis,
Patogenesis, Tatalaksana
• Gejala klinis dibagi menjadi 3
stadium
– Stadium I: demam, sakit perut,
mual, muntah, apatis dan iritabel,
kelainan neurologis belum ada
– Stadium II: tidak sadar, sopor,
paresis, TRM (+), refleks abdomen
hilang, klonus (+), saraf yang biasa
terkena adalah N III, IV, VI, VII.
– Stadium III: koma, pupil tidak
bereaksi, spasme klonik
ekstremitas, napas tidak teratur,
demam tinggi, hidrosefalus
• Tatalaksana
– Terapi suportif: IVFD, nutrisi,
antipiretik, antikonsulvan
– Manitol 1 g/kgBB/x q6-8h
– OAT + KS
Diagnosis Diferensial Infeksi SSP

Klinis/Lab. Ensefalitis Meningitis Mening.TBC Mening.virus Ensefalopati


bakterial
Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kronik

Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-)

Kejang Umum/fokal Umum Umum Umum Umum

Penurunan Somnolen- Apatis Variasi, apatis - CM - Apatis Apatis - Somnolen


kesadaran sopor sopor
Paresis +/- +/- ++/- - -

Perbaikan Lambat Cepat Lambat Cepat Cepat/Lambat


kesadaran
Etiologi Tidak dpt ++/- TBC/riw. kontak - Ekstra SSP
diidentifikasi
Terapi Simpt/antivi Antibiotik Tuberkulostatik Simpt. Atasi penyakit
ral primer
Cairan Serebrospinal pada Infeksi SSP

Bact.men Viral men TBC men Encephaliti Encephalop


s athy

Tekanan  Normal/   

Makros. Keruh Jernih Xantokrom Jernih Jernih

Lekosit > 1000 10-1000 500-1000 10-500 < 10

PMN (%) +++ + + + +

MN (%) + +++ +++ ++ -

Protein  Normal/  Normal Normal

Glukosa  Normal  Normal Normal

Gram Positif Negatif Negatif Negatif Negatif


/Rapid T.
Tetanus
• Keywords
– S: kaku pada leher dan
punggung, riwayat luka
terkena cangkul 2 hr yll
– O: trismus (+), kaku leher
(+)
• Diagnosis pasien ini
adalah tetanus. Kuman
tetanus sering ditemukan
di tanah. Trismus
merupakan tanda khas
pada tetanus.
• Jawaban: C. Tetanus
Tetanus – Gejala Klinis & Tatalaksana
• Bila luka: • Gejala tetanus:
– Sudah booster tetanus <5 – Kaku otot dan kejang otot,
tahun, tidak perlu vaksinasi akibat TOKSIN
lanjut – Gejala mulai muncul dari hari
– Belum booster dalam waktu 5 ke-2 setelah infeksi, paling
tahun terakhir, segera sering trismus, RR + HR
diberikan vaksinasi meningkat
– Belum pernah vaksinasi atau • Tata laksana:
tidak lengkap  suntikan – Antibakteri  metronidazole
immunoglobulin tetanus dan
suntikan pertama dari – Mengikat toksin bebas 
vaksinasi tetanus immune globulin
– Simtomatis  diazepam
– Profilaksis  tetanus toxoid
(penyakit tetanus tidak
membuat imun)
Tetanus – Patogenesis, Patofisologi
• C.tetani menghasilkan 2 toxin: • Spasme:
tetanolysin dan tetanospasmin  – Otot napas & laring: asfiksia &
tetanospasmin (heavy chain) sianosis
akan terikat pada motor neuron – Otot uretral: retensio urin
presinaps dan membuat pori u/ – M.mastikatoris: trismus
masuknya light chain ke dalam – M.erector trunki: kuduk kaku,
neuron  bermigrasi aksonal epistotonus
retrogade ke medspin ant. horn – M.rectus abdominis: perut papan
light chain (Zn dependent – M.fasialis: risus sardonikus
protease) akan memotong – Ekstremitas inferior: ekstensi,
synaptobrevin sehingga vesikel lengan kaku, tangan mengepal
berisi GABA dan glisin tidak dapat
dilepaskan  loss of inhibitory
action on motor & autonomic
neurons  spasme &
hiperaktivitas otonom
Profilaksis Tetanus
Trauma Kepala
• Keywords:
– Pasien membuka mata bila
dirangsang nyeri (E2)
– Pasien hanya terdengar
merintih (V2)
– Ketika dicubit pasien dapat
memegang tangan pemeriksa
(M5)
• CGS pada pasien ini adalah
9.
• Klasifikasi cedera kepala
(GCS)
– Ringan: 13-15
– Sedang: 9-12
– Berat: <8
EDH vs. SDH
EDH SDH
• Robeknya a.meningia media • Robeknya vena (bridging vein)
(75% berhubungan dengan (sering pada alkoholik dan orang
trauma kranial) tua)
• Penurunan kesadaran berjalan
• Interval lusid: tidak sadar  lambat
sadar  tidak sadar • CT scan: hiperdens konkaf (bulan
• CT scan: hiperdens konveks sabit)
• Komplikasi: herniasi • Prognosis EDH lebih baik daripada
• Tata laksana: intubasi, elevasi SDH, karena pada EDH jaringan
kepala, manitol (jika MAP > 90 otak umumnya tidak terganggu
mmHg + TIK meningkat), • Tata laksana: oksigenasi adekuat, sedatif
(kalau TIK meningkat), manitol (kalau ada
hiperventilasi (bila TIK tidak herniasi), hiperventilasi ringan,
terkontrol), fenitoin (mencegah antikonvulsan (mencegah kejang)  rujuk
kejang)  setelah itu rujuk bedah bedah
EDH vs. SDH (2)
• Lucid interval  periode sadar antara dua
periode tidak sadar, khas pada EDH. CT Scan
 bikonveks
• SDH – ada lateralisasi, pada CT scan gamparan
Sabit (ingat SDH ingat Sabit)
• ICH – ada lateralisasi, pada CT scan hiperdens
• SAH – nyeri kepala yang paling hebat, mual
muntah, fotofobia. CT scan gambaran
hiperdens menggantikan CSF
SDH
• Keywords
– S: kecelakaan
– O: CT scan hiperdens
gambaran bulat sabit
(konkaf)
• Gambaran konkaf pada
CT scan khas pada
subdural hematoma
(SDH).
• Perdarahan subdural
Fraktur Basis Cranii
Fraktur Basis Lokasi Fraktur Gejala Klinis
Cranii
Fosa Anterior os.frontal, Ekimosis periorbita/racoon eyes
os.etmoidalis, Anosmia
os.sfenoid Rhinorea  LCS bocor  uji Halo Sign (+)
(lesser wings)
Fosa Media os.sfenoid, Battle sign
os.temporalis Otorea  LCS bocor  uji Halo Sign (+)
Hemotimpanum
Paresis N.VII dan N.VIII
Karotid-carvernous fistula
Fosa Posterior os.oksipital, Hematoma
os.parietal Battle sign

Anda mungkin juga menyukai