Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengaku belum pernah mengalami sesak yang seperti ini sebelumnya.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit gula dan asma, untuk riwayat kolesterol
pasien mengaku tidak pernah memeriksakannya dan pasien memiliki riwayat
penyakit tensi darah tinggi. Pasien pernah mengonsusmsi obat penurun tensi
darah tetapi tidak rutin ia konsumsi dan saat ini pasien sudah tidak lagi
mengonsusmsi obat tersebut.
Riwayat Penyakit Ibu pasien telah meninggal dan diketahui penyebabnya ialah karena penyakit
Keluarga jantung dan ayah pasien memiliki riwayat penyakit tensi darah tinggi.
Riwayat Kebiasaan Pasien tidak berolahraga secara rutin dan tidak mengonsumsi alkohol tetapi
pasien merupakan seorang perokok aktif.
Pemeriksaan fisik pada kasus
Pemeriksaan tanda vital
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 200/120 mmHg
Nadi : 100x/ menit
Suhu : 370C
Pernafasan : 30x/menit
Pemeriksaan head to toe
Kepala : tidak diperiksa
Mata : tidak diperiksa
THT : tidak diperiksa
Leher : JVP 5 + 3
Dada :
Inspeksi
Pengembangan dada simetris, napas torakoabdominal, iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
Iktus kordis teraba di SIC 6, 2 cm di lateral LMCS, tidak teraba thrill
Perkusi
Batas atas : linea parasternalis dextra SIC 3
Kanan bawah : 1 jari di lateral linea parasternalis dextra SIC 6
Kiri atas : 1 jari di lateral linea parasternalis sinistra SIC 2
Kiri bawah : 1 jari di lateral line midclavicula sinistra SIC 6
Auskultasi
Suara dasar vesikuler, wheezing (-), ronkhi basah halus di kedua basal paru. BJ
1-2 intensitas menurun, bising tidak ada, terdengar gallop, irama ireguler
Perut : dalam batas normal
Ekstremitas : pitting edema di kedua tungkai bawah
Ringkasan
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan JVP, perbesaran jantung
(kardiomegali), edema pulmonal, edema tungkai, suara gallop jantung.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan pada gagal jantung antara lain
adalah : darah rutin, urine rutin, elektrolit (Na & K), ureum & kreatinine,
SGOT/PT, dan BNP. Pemeriksaan ini mutlak harus dilakukan pada pasien
gagal jantung yang bertujuan: (1) untuk mendeteksi anemia, (2) untuk
mendeteksi gangguan elektrolit (hipokalemia dan/atau hiponatremia), (3) untuk
menilai fungsi ginjal dan hati, dan (4) untuk mengukur brain natriuretic peptide
(beratnya gangguan hemodinamik).
2. Pemeriksaan Foto Toraks
Pemeriksaan Chest X-Ray (CXR) sudah lama, selain menilai ukuran dan bentuk
jantung, struktur dan perfusi dari paru dapat dievaluasi. Kardiomegali dapat
dinilai melalui CXR, cardiothoracic ratio (CTR) yang lebih dari 50%, atau ketika
ukuran jantung lebih besar dari setengah ukuran diameter dada, telah menjadi
parameter penting pada follow-up pasien dengan gagal jantung. Bentuk dari
jantung menurut CXR dapat dibagi menjadi ventrikel yang mengalami pressure-
overload atau volume-overload, dilatasi dari atrium kiri dan dilatasi dari aorta
asenden.
3. Elektro kardiogram
Hasil pemeriksaan EKG didapatkan
• Irama : Sinus
• Laju : 75 kali/menit
• Aksis : Normal
• Hipertrofi : Tidak terdapat hipertrofi atrium dan ventrikel
• Iskemi : Terdapat depresi ST pada sadapan V5 dan V6 serta inversi T
pada sadapan I dan aVL
Kesan: Iskemi lateral
4. Pemeriksaan Uji Latih Beban Jantung
Pemeriksaan uji latih beban jantung (ULBJ) ini memiliki keterbatasan dalam
diagnosis gagal jantung, walau demikian hasil yang normal pada pasien yang
tidak mendapat terapi hampir selalu menyingkirkan diagnosis gagal jantung.
Nilai pemeriksaan ini adalah dalam penilaian kapasitas fungsional dan
stratifikasi prognosis. Kapasitas fungsional ditentukan melalui aktivitas yang
secara progresif ditingkatkan hingga pasien tidak dapat meneruskan.
5. Echocardiography
Pemeriksaan echo saat ini telah menjadi metode diagnostik umum digunakan
untuk menilai anatomi dan fungsi jantung, myokardium dan perikadium, dan
mengevaluasi gerakan regional dinding jantung saat istirahat dan saat diberikan
stress farmakologis pada gagal jantung. Pemeriksaan ini non-invasif, dapat
dilakukan secara cepat di tempat rawat, dapat dengan mudah diulang secara
serial, dan memungkinkan penilaian fungsi global dan regional ventrikel kiri.
Pada penilaian gagal jantung echocardiography adalah metode diagnostik yang
dapat dipercaya dengan banyak fitur seperti doppler echo, doppler tissue imaging,
strain rate imaging, dan cardiac motion analysis.
Diagnosis4
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria
Framingham yaitu minimal 1 kriteria mayor dan
2 kriteria minor. Kriteria Minor:
Kriteria Mayor: 1. Edema ekstremitas (+)
1. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari 2. Batuk malam (+)
(paroxysmal nocturnal dyspneu) (+) 3. Dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas) (+)
2. Distensi vena-vena leher 4. Hepatomegali (+)
3. Peningkatan tekanan vena jugularis 5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari
4. Ronki basah basal (+)
normal
5. Kardiomegali (+) 7. Takikardi >120 kali per menit
6. Edema paru akut
7. Gallop (S3) (+) Berdasarkan kriteria framingham pasien
8. Refluks hepatojugular positif tersebut mengalami gagal jantung.
Berdasarkan kapasitas fungsional (NYHA), gagal jantung dibagi menjadi 4 kelas7
Kelas I
Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan
kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
Kelas II
Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, namun aktivitas fisik sehari-
hari menimbulkan kelelahan, palpitasi, atau sesak.
Kelas III
Terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, tetapi aktivitas fisik
ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat istirahat. Keluhan
meningkat saat melakukan aktivitas.
Berdasarkan keluhan pasien tersebut, pasien tersebut mengalami gagal jantung derajat NYHA II.
Tatalaksana
1. Penatalaksanaan nonfarmakologis
Modifikasi gaya hidup:
a. Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1liter (berat)
b. Pembatasan asupan garam maksimal 2 gram/hari (ringan), 1maksimal gram (berat)
c. Berhenti merokok dan konsumsi alcohol
Aktivitas fisik:
a. Pada kondisi akut berat: tirah baring
b. Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja sampai 70% sd
c. 80% dari denyut nadi maksimal (220/ umur)
2. Penatalaksanaan farmakologi:5
Pada gagal jantung akut:
a. Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
b. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberianfurosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus.
c. Cari pemicu gagal jantung akut.
d. Segera rujuk.
Pada gagal jantung kronik:
a. Diuretik: diutamakan Lup diuretik (furosemid) bila perlu dapatdikombinasikan Thiazid (HCT), bila
dalam 24 jam tidak ada responrujuk ke Layanan Sekunder.
b. ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker (ARB)mulai dari dosis terkecil dan
titrasi dosis sampai tercapai dosis yangefektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah
mencapaidosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
c. Beta Blocker (BB): mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampaitercapai dosis yang efektif dalam
beberapa minggu. Bila pengobatansudah mencapai dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
d. Digoxin diberikan bila ditemukan fibrilasi atrial untuk menjaga denyut nadi tidak terlalu cepat.
Etiologi sesak napas
berdasarkan patofisiologinya
Kelainan struktur atau mekanik dengan ventilasi: Kelemahan otot-otot respirasi :
- Obstruksi : Emfisema , Asma , Bronkhitis kronis, - Poliomielitis , penyakit neuromuskuler , penyakit sistemik
Trakhea (setelah ventilasi mekanik lama,disfunsi pita ,sindrom Guillain-Barre
suara) ,penyakit endobronkhial,kanker paru primer,benda
asing Meningkatnya kebutuhan respirasi:
Restriksi paru atau ekspansi dinding dada: - Hipoksemia: Latihan,asidosis metabolik,menurunnya
- Intrinsik: Penyakit parenkhim paru-fibrosis curah darah jantung dan Hb
interstitial,ARDS, CHF
- Ekstrinsik: Kiposis , obesitas , asites , hamil, fibrosis Gangguan psikologi :
pleura - Kecemasan / serangan panik
Ventilasi ruang rugi meningkat: - Depresi dan gangguan somatic
- Emfisema , Emboli paru
Gagal jantung kongestif
Sindrom klinis kompleks yang diakibatkan oleh gangguan struktural atau
fungsional pada pengisian ventrikular atau ejeksi darah, yang pada gilirannya
menyebabkan gejala klinis utama berupa sesak napas dan fatik dan tanda-tanda
klinis gagal jantung yaitu edema dan ronchi/rales. Karena banyak pasien datang
tanpa tanda atau gejala-gejala kelebihan volume, istilah "gagal jantung" lebih
disukai daripada istilah yang lebih dulu dipakai "gagal jantung kongestif."
Cara membedakan sesak nafas jantung dan paru
Berdasarkan riwayat penyakit perlu menggali mengenai karakteristik, onset,
durasi, keparahan, dan lain-lain. Adanya batuk menunjukkan adanya asma atau
infeksi paru, apabila disertai sputum maka dicurigai adanya eksaserbasi dari
PPOK. Nyeri dada pada dispnea dapat disebabkan adanya etiologi dari penyakit
jantung atau penyakit pada pleura (pneumonia, pleuritis, emboli pulmonal dan
pneumothoraks). Adanya distress pernapasan yang berlanjut selama 1 hingga 2
jam dapat menunjukkan adanya gagal jantung kongestif atau asma. Adapun jika
disertai dengan komorbid seperti hipertensi, hiperlipidemia, diabetes mellitus
dan obstructive sleep apnoea dapat meningkatkan kecurigaan terhadap gagal jantung
kongestif.9
Perbedaan etiologi pada setiap DD
Gagal jantung kongestif
Penyebab gagal jantung antara lain adalah infark miokardium, miopati jantung,
defek katup, malformasi congenital dan hipertensi kronik. Penyebab spesifik
gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri, hipertensi paru dan PPOK.
Etiologi PPOK10
Berbeda dengan asma, penyakit PPOK menyebabkan obstruksi saluran
pernapasan yang bersifat ireversibel. Gejala yang ditimbulkan pada PPOK
biasanya terjadi bersama-sama dengan gejala primer dari penyebab penyakit ini.
Etiologi PPOK yang utama adalah emfisema, bronkitis kronik dan perokok
berat. Yang karakteristik dari bronkitis kronik adalah adanya penyempitan dari
dinding bronkus (diagnosis fungsional), sedangkan dari emfisema adalah
diagnosis histopatologinya, sementara itu pada perokok berat adalah diagnosis
kebiasaan merokoknya (habit).
Etiologi Kor Pulmonal11
Penyakit yang mendasari terjadinya kor pulmonal dapat digolongkan menjadi 4
kelompok :
1. Penyakit pembuluh darah paru.
2. Penekanan pada arteri pulmonal oleh tumor mediastinum, aneurisma,
granuloma atau fibrosis.
3. Penyakit neuro muskular dan dinding dada.
4. Penyakit yang mengenai aliran udara paru, alveoli, termasuk Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), penyakit paru interstisial dan gangguan
pernafasaan saat tidur.
Perbedaan tanda dan gejala pada diagnosa banding.
Gagal Jantung5 PPOK12 Cor Pulmonale13
a. Sesak pada saat a. Sesak napas a. Batuk kronik produktif
beraktifitas (dyspneu b. Mengi b. Sesak napas saat
d’effort) c. Batuk berdahak/kering beraktivitas
b. Gangguan napas pada d. Rasa berat di dada c. Edema