Anda di halaman 1dari 35

SKIZOFRENIA

(Schizophrenia)
Sekilas tentang skizofrenia
• Dalam bahasa Inggris: Schizophrenia
– Asalnya dari bahasa Yunani: ”schizein” (terpisah/pecah)
dan ”phrenia” (jiwa)
– Menunjukkan adanya ketidakselarasan antara kognisi
(pikiran), emosi (perasaan) dan perilaku
– Oleh karenanya sering disalahartikan sebagai
kepribadian ganda
• Merupakan gangguan jiwa berat, dengan ciri
utama kegagalan dalam reality testing
Perkembangan gangguan
• Seringkali diawali dengan fase prodromal; yaitu
periode dimana mulai terjadinya penurunan
fungsi dalam kehidupan. Ditandai dengan:
• Hilangnya minat terhadap aktivitas sosial
• Meningkatnya kesulitan dalam memenuhi
tanggung jawab/ tuntutan hidup sehari-hari
• Kemunculan biasanya secara gradual, jarang
disadari oleh orang lain hingga masuk fase akut
Kriteria diagnosis
Untuk dapat menegakkan diagnosis skizofrenia, kriteria A-F
harus terpenuhi:
• Kriteria A: karakteristik simtom (dua atau lebih, menonjol
dalam kurun waktu 1 bulan):
– Delusi
– Halusinasi
– Disorganized speech
– Grossly disorganized or catatonic behavior
– Negative symptoms: affective flattening, alogia, avolition
Cat: hanya 1 kriteria yang diperlukan bila delusi dan halusinasi
bizzare
Kriteria diagnosis (2)
• Kriteria B: ada disfungsi sosial atau pekerjaan
• Kriteria C: durasi terus-menerus selama 6 bln
• Kriteria D: bukan termasuk gangguan skizoafektif
atau gangguan mood
• Kriteria E: bukan karena penyalahgunaan obat
atau kondisi medis tertentu
• Kriteria F: tidak berhubungan dengan gangguan
perkembangan pervasif
Simtom positif
Tanda-tanda yang berkelebihan, yang biasanya tidak ada
pada kebanyakan orang:
Delusi (Waham) Halusinasi
• Pengertian: keyakinan salah yang • Pengertian: pengalaman sensoris
dipegang teguh, tidak sesuai dengan yang dialami tanpa adanya stimulasi
kenyataan, dan tidak dapat diubah sensoris; bedakan dengan ilusi
(resisten) meskipun diberikan bukti- • Bentuk yang umum: halusinasi
bukti yang menunjukkan kebalikannya visual, halusinasi auditorik:
• Bentuk yang umum: persecutory mendengar suara, percakapan-saling
(misal: dikejar-kejar intel/Densus 88), bersahutan, suara yang mengomentari
thought insertion, thought perilaku
broadcasting, waham kebesaran • Ditemukan peningkatan aktivitas di
(grandiose), ideas of reference daerah Broca di otak, ketika halusinasi
terjadi
Simtom negatif
Simtom yang defisit; perilaku yang seharusnya dimiliki
orang normal, tapi tak dimiliki pasien:
– avolition/apathy (hilang minat/ tidak mampu melaksanakan
aktivitas rutin)
– alogia (miskin kuantitas dan/atau isi pembicaraan)
– anhedonia (tidak mampu menikmati kesenangan)
– abulia (kehilangan kehendak)
– asosialitas (gangguan/buruk dalam hubungan sosial)
– afek datar
Semakin banyak simtom negatif yang muncul,
merepresentasikan prognosis yang semakin buruk terkait
kualitas hidup setelah perawatan rumah sakit
Simtom disorganisasi
• Disorganisasi bicara (gangguan pemikiran formal)
:
– Inkoherensi
• Ketidakmampuan untuk mengorganisir ide-ide
– Asosiasi longgar (derailment)
• Rambles, Kesulitan untuk mempertahankan suatu topik
pembicaraan
• Disorganisasi perilaku
– Perilaku yang “aneh”
• Agitasi, “silliness”, memakai pakaian yang tidak umum
– Misalnya memakai pakaian berlapis-lapis dan tebal pada cuaca panas
Simtom lainnya
• Katatonia
– Abnormalitas motorik
– Gerakan-gerakan yang repetitif dan kompleks
• Biasanya pada tangan dan jari-jari tangan
– Kegembiraan berlebih, sambil “mengepak-kepakkan”
tangan secara berlebihan
• Imobilitas katatonik
– Mempertahankan postur tubuh yang tidak biasa dalam
jangka waktu yang cukup panjang
• Misalnya berdiri di atas satu kaki
• Waxy flexibility
– Lengan dapat dimanipulasi dan “dibentuk” oleh orang lain
Simtom lainnya (2)
• Afek yang tidak sesuai
– Respons emosional tidak sesuai dengan situasi
• Misalnya tertawa keras dan terbahak-bahak ketika
menceritakan tentang kematian keluarga
Subtipe menurut DSM IV
• Paranoid
– Ada preokupasi dengan satu atau lebih waham, atau
halusinasi auditorik yang sering
– Tidak menonjol: disorganisasi bicara, perilaku, afek datar
atau tidak sesuai
– Tidak tergolong tipe katatonik

• Disorganized ( dulu hebefrenik)


– Muncul semua simtom disorganized: pembicaraan, perilaku,
afek datar, afek tak sesuai
– Tidak tergolong tipe katatonik
Subtipe menurut DSM IV (2)
• Katatonik; menonjol pada:
– Imobilitas motorik: katalepsi ( juga waxy flexibility), stupor
– Aktivitas motor berlebih tanpa stimulus eksternal
– Negativisme ekstrim (resistensi) atau mutism
– Keanehan gerakan volunter, gerakan stereotip
– Echolalia (latah) atau echopraxia (gerakan)

• TAK TERGOLONGKAN
– Muncul simtom kriteria A, tapi tak dapat dimasukkan dalam
tipe paranoid, disorganized atau katatonik
Subtipe menurut DSM IV (3)
• RESIDUAL
– Hilangnya delusi atau halusinasi yg menonjol, disorganized
speech, behavior
– Ada bukti gangguan terus berlanjut karena ada simtom
negatif, 2 atau lebih simtom kriteria A yang muncul dalam
bentuk yang lebih lemah (seperti keyakinan aneh,
pengalaman persepsi yang luar biasa)
E valuasi terhadap subtipe
• Pada kenyataannya, tidak mudah untuk
menegakkan diagnosis subtipe skizofrenia:
• Reliabilitasnya rendah
• Validitas prediktifnya rendah
• Adanya overlap simtom pada subtipe yang berbeda
Gangguan psikotik lainnya
• Gangguan skizofreniform:
• Simtom skizofrenia berlangsung lebih dari 1 bulan
namun kurang dari 6 bulan
• Gangguan psikotik singkat (brief psychotic
disorder):
• Simtom skizofrenia berlangsung antara 1 hari dan 1
bulan
• Kebanyakan dipicu oleh stres yang ekstrem
• Gangguan skizoafektif:
• Munculnya simtom-simtom gangguan mood maupun
skizofrenia sekaligus
Gangguan psikotik lainnya (2)
• Gangguan delus ional
• Delusi mungkin mencakup kecemburuan,
erotomania, dan delusi somatik
• Tidak ada simtom lain dari skizofrenia yang muncul
E tiologi:
• F aktor genetik
• F aktor neurotransmitter
• F aktor struktur dan fungsi otak
• F aktor stres psikologis
• F aktor keluarga
F aktor genetik
• Tidak disebabkan oleh gen tunggal
• Ilmu genetika tidak sepenuhnya dapat
menjelaskan kemunculan gangguan ; bagaimana
pola penurunan masih belum diketahui
• Model diatesis stres:
– Ada faktor genetik yang menjadi predisposisi
– Stres memicu kemunculan gejala
Teori Neurotransmitter
• Teori dopamin:
• Gangguan terjadi karena tingkat dopamin berlebihan
• Tidak hanya itu, namun bisa juga karena reseptor
dopamin berlebihan atau sangat sensitif
• Terutama terpusat pada jalur mesolimbik
• Abnormalitas dopamin utamanya terkait dengan simtom
positif
• Selain dopamin, ada neurotransmitter lain yang
berperan: serotonin, GABA, Glutamate
Teori struktur dan fungsi otak
• Hilangnya sel-sel otak
• Berkurangnya aktivitas di korteks prefrontal
• F aktor congenital:
– Kerusakan pada saat pembentukan otak janin atau
kelahiran
– Serangan virus pada otak janin
• F aktor perkembangan otak
Faktor stres psikologis
• Reaksi terhadap stres:
– Lebih reaktif terhadap stres: mood yang positif sangat
menurun dan mood negatif meningkat
• Status sosial ekonomi:
• Jumlah rata-rata penderita skizofrenia lebih tinggi pada
masyarakat miskin kota
» Hipotesis sosiogenik: stres karena kemiskinan
menyebabkan gangguan
» Teori seleksi sosial: penurunan pada status sosial
ekonomi; hubungan terbalik antara status sosial dengan
skizofrenia
• Banyak riset yang mendukung teori seleksi sosial
Faktor keluarga
• Ibu yang skizofrenogenik:dingin, mendominasi, menimbulkan konflik
 tidak ada bukti yang mendukung teori ini
• Communication deviance (CD) : hostilitas dan komunikasi yang
buruk
• Lingkungan keluarga juga berdampak pada seringnya penderita
”keluar masuk ” rumah sakit  kekambuhan
– Ekspresi emosi keluarga:
• Hostilitas, komentar yang bernada kritik, keterlibatan emosi yang terlalu
dalam
– Hubungan dua arah:
• Pikiran ”aneh/tidak biasa” dari pasien  meningkatkan komentar yang
penuh dengan kritik
• Meningkatnya kritik  menimbulkan pikiran ”aneh/tidak biasa”
Faktor keluarga …..

• Ada disfungsi keluarga, dan perilaku keluarga


yang patologis.
A. Double-bind communication:
Ada pesan bertolak belakang dari ortu sehubungan
dengan perilaku, sikap maupun perasaan (an
interpersonal situation in which an individual is
confronted over long periods of time by mutually
inconsistent messages to which he or she must
respond)
Faktor keluarga …..

B. Schismatic:
bentuk keluarga patologis: konstan ada konflik di
antara anggota keluarga, tapi sekaligus ada aliansi
spesifik yang patologis (mis. Ibu-anak perempuan,
bapak-anak laki), sedangkan antara ibu-bapak:
absen
C. Skewed:
bentuk keluarga patologis: keterlibatan
berlebihan dengan salah satu anggota, perebutan
kekuasaan dan dominasi antara orangtua.
F aktor keluarga …..
D. Pseudomutual & pseudohostile:
keluarga yang pola komunikasinya penuh kepura-
puraan, terdapat supresi emosi
E . E kspresi emosi yang patologis:
Ortu terlalu banyak kritik, kejam, ingin ikut
campur urusan anak. Keluarga dengan ekspresi
emosi tinggi  relapse tinggi pada pasien
schizophrenia.
Kesulitan hidup bersama penderita
skizofrenia
• Halusinasi, delusi, dan paranoia yang dialami pasien sulit
dipahami/diterima orang lain
• Adanya defisit dalam keterampilan sosial pasien:
menyendiri, kontak sosial yang sangat terbatas (sebagai
bagian dari penyakitnya)
• Penyakit tidak bisa sembuh total, melainkan ”sembuh
terkontrol”: mungkin kambuh pada situasi tertentu (misal:
stres tinggi). Oleh karenanya harus dipastikan pasien
patuh terhadap pengobatan
Terapi Medis
• Terapi medis:
• Obat-obatan antipsikotik untuk menghilangkan
simtom
• Dosis pemeliharaan (maintenance dosage) untuk
mencegah kekambuhan
Skizofrenia diobati dengan obat antipsikotik yang
tipikal dan atipikal.

•Obat yang golongan tipikal meliputi :


Klorpromazin,F lufenazin, Tioridazin, Haloperidol

• Obat golongan atipikal meliputi :


Klozapin, Olanzapin, Risperidon, Quetapin,
Aripiprazol dan lain-lain.
• Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati
Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja
mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir
yang terjadi pada Skizofrenia

• Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia


adalah untuk mengendalikan gejala aktif dan mencegah
kekambuhan. Obat antipsikotik mencakup dua kelas
utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis
serotonin-dopamin.
1. Antipsikotik Tipikal (Antagonis Reseptor
Dopamin)/ F GA
- Antagonis reseptor dopamin efektif dalam
penanganan skizofrenia, terutama terhadap gejala
positif
- E fek yang paling sering mengganggu adalah
akatisia dan gejala lir-parkinsonian berupa rigiditas
dan tremor. E fek potensial serius mencakup
diskinesia tarda dan sindrom neuroleptik maligna.
2. Antipsikotik Atipikal (Antagonis Serotonin-
Dopamin)/SGA
- SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang
minimal atau tidak ada, berinteraksi dengan subtipe
reseptor dopamin yang berbeda dibanding antipsikotik
standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin
maupun glutamat.

- Obat ini juga menghasilkan efek samping neurologis


dan endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif
dalam menangani gejala negatif skizofrenia
KATE GORI SE DIAAN DAN DOSIS
ANJ URAN YANG DIPAKAI UNTUK
SKIZOF RE NIA
Nama Obat Sediaan Dosis Anjuran

Haloperidol (Haldol) Tab. 2 – 5 mg 5 – 15 mg/hari

Ris peridone
Tab. 1 – 2 – 3mg 2 – 6 mg/hari
(Ris perdal)

Olanzapine
Tab. 5 – 10 mg 10 – 20 mg/hari
(Zyprexa)

Clozapine (Clozaril) Tab. 25 – 100mg 25 – 100 mg/hari

Quetiapine Tab. 25 – 100mg


50 – 400 mg/hari
(Seroquel) 200 mg

Aripiprazole (Abilify)
Terapi psikologis
Intervensi psikososial sebagai pendamping
pengobatan medis:
• Pelatihan keterampilan sosial:
• Membantu penderita mengatasi masalah
interpersonal melalui bermain peran dan latihan-
latihan
• Bisa dalam kelompok maupun secara individual
Terapi psikologis (2)
• Terapi keluarga untuk mengurangi ekspresi emosi:
• Mengajarkan pada keluarga mengenai skizofrenia
• Menekankan pentingnya pengobatan medis
• Membantu keluarga agar tidak menyalahkan pasien
• Meningkatkan komunikasi dan pemecahan masalah
dalam keluarga
• Mendorong pengembangan dukungan sosial: support
group
• Menumbuhkan harapan
Terapi psikologis (3)
• Cognitive behavioral therapy
• Mengenali dan men-challenge keyakinan yang
sifatnya delusional
• Mengenali dan men-challenge harapan terkait
dengan simtom negatif
» Misal: ”saya toh tidak bisa sembuh, jadi buat apa
berobat?”
• Cognitive enhancement therapy (CET)
• Meningkatkan perhatian, ingatan, pemecahan
masalah dan simtom-simtom lain yang dasarnya
kognitif

Anda mungkin juga menyukai