Anda di halaman 1dari 34

Clinical Science Session

Retinopati dan Katarak Diabetikum


Oleh:
Assyifa Andani 12100116
Luthfi Hilman Taufik 12100116167

Perseptor:
Hj. Ummie Wasitoh, dr., Sp.PD

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RSUD AL-IHSAN BANDUNG
2018
Anatomi Mata
Retinopati Diabetik
• Penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan
pada usia dewasa antara 20-74 tahun.
• Pasien DM memiliki risiko 25 kali lebih mudah untuk
mengalami retinopati dibanding non-diabetes
• Penyebab retinopati diabetik belum diketahui pasti,
namun hiperglikemia yang berlangsung lama diduga
merupaka faktor risiko utama.
• Definisi
– kelainan mata pada pasien diabetes karena
kerusakaan kapiler retina dalam berbagai
tingkatan, sehingga menimbulkan gangguan
pengelihatan mulai dari yang ringan sampai berat
bahkan sampai terjadi kebutaan total dan
permanen.
• Epidemiologi
– Pada pasien DM 1 berkisar 25-50%
– Pada pasien DM 2 berkisar 20%
– Di Inggris tercatat sekitar 1000 pasien diabetes
setiap tahun mengalami kebutaan sebagian
sampai kebutaan total
– Indonesia belum ada data mengenai prevalensi
retinopati diabetik secara nasional
• Klasifikasi dan Diagnosis
Early Treatment Diabetic Retinopathy Research
Study Group membagi retinopati diabetik
menjadi dua stadium: nonproliferatif dan
proliferatif.
• Retinopati Diabetik Nonproliferatif
– Mikroaneurisma yang terjadi pada kapiler retina
merupakan tanda awal yang dapat ditemukan pada RDNP.
– Kelainan morfologi: penebalan membrana basalis,
perdarahan ringan, eksudat keras yang tampak sebagai
bercak warna kuning dan eksudat lunak yang tampak
sebagai bercak halus (cotton wool spot)
– RDNP berat sering juga disebut sebagai retinopati diabetik
iskemik, retinopati obstruktif atau retinopati
preproliferatif.
• Retinopati Diabetik Proliferatif
– Ditandai dengan pembentukan pembuluh darah
baru
– Pembentukan pembuluh darah baru secara
abnormal keluar dari retina meluas sampai ke
vitreus --> menyebabkan perdarahan --> kebutaan
– Apabila perdarahan terus berulang dapat
terbentuk jaringan fibrosis atau sikatrik pada
retina --> menarik retina --> ablasio retina
– Pembuluh darah baru terbentuk dalam stroma
dari iris dan bersama-sama dengan jaringan
fibrosis dapat meluas sampai ke chamber anterior.
--> menghambat aliran keluar dari aqueous humor
--> glaukoma neovaskular
– Kebutaan dapat terjadi apabila ditemukan
pembuluh darah baru yang meliputi satu per
empat daerah diskus,
• Tanda Retinopati Diabetik
Den gan pemeriksaan funduskopi didapatkan
– Mikroaneurisma
– Edema makula
– Perdarahan retina
– Neovaskularisasi
– Proliferasi jaringan fibrosis retina 2-4
• Gejala Retinopati
Diabetik
– Pandangan kabur
– Floaters (benda yang
melayang-layang pada
penglihatan)
• terapi dan manajemen
– Tujuan utama --> untuk mencegah terjadinya
kebutaan permanen.
– Kontrol glukosa darah yang baik merupakan dasar
dalam mencegah timbulnya retinopati diabetik
atau memburuknya retinopati diabetik yang sudah
ada.
• Pencegahan dan pengobatan retinopati diabetik meliputi
a. Kontrol glukosa darah
b. Kontrol tekanan darah
c. Kontrol profil lipid
d. Ablasi kelenjar hipofisis melalui pembedahan atau radiasi
(jarang dilakukan)
e. Fotokoagulasi dengan sinar laser: fotokoagulasi panretinal
untuk RDP atau glaukoma neovaskular dan fotokoagulasi fokal
untuk edema makula
f. Vitrektomi atau vitreolisis untuk perdarahan vitreus atau
ablasio retina
g. Intervensi farmakologi (umumnya masih dalam tahap
percobaan), seperti pemberian inhibitor enzim aldose
reductase, inhibitor hormon pertumbuhan, anti VEGF, inhibitor
PKC dan antiinflamasi.
a. Kontrol glukosa darah
• Pasien yang diterapi secara intensif setiap penurunan 1%
HbA1c akan diikuti dengan penurunan risiko komplikasi
mikrovaskular sebesar 35%
• Kontrol glukosa darah mengurangi risiko timbulnya
retinopati diabetik dan memburuknya retinopati diabetik
yang sudah ada.
• Kontrol Tekanan Darah
– Pasien dengan kontrol tekanan darah ketat
mengalami penurunan risiko progresifitas
retinopati sebanyak 34%
– Saat ini tekanan darah pasien diabetes dianjurkan
kurang dari 130/85
• Fotokoagulasi
– Terdapat 3 metode fotokoagulasi
• Scatter (panretinal) photocoagulation
• Focal photocoagulation
• Grid photocoagulation
– Indikasi
• RND
• Edema makula
• Neovaskular yang terletak pada sudut chamber anterior
• Vitrektomi
– Selain vitrektomi dapat juga dilakukan vitreolisis
dengan menggunakan enzim hialuronidase,
plasmin, atau mikroplasmin
– Indikasi
• ablasio retina
• perdarahan vitreus setelah fotokoagulasi,
• RDP berat,
• perdarahan vitreus yang tidak mengalami perbaikan
• Farmakologi
– Inhibitor aldose reduktase : pemberian pada manusia tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
– Inhibitor protein kinase C : penggunaan ruboxistaurin
mesilat yaitu suatu inhibitor selektif dan kuat terhadap
PKC-B isoform potensial mencegah terjadinya retinopati
diabetik
– Anti VEGF
– Analog somatostatin : Dengan octreotide pasien RDNP
berat atau RDP menunjukkan penurunan jumlah pasien
yang memerlukan terapi fotokoagulasi
• Anti inflamasi
– Aspirin 330mg 3x1 dengan atau tanpa kombinasi
dipridamol.
– Penggunaan kortikosteroid seperti triamsinolon
asetonida intravitreal dilaporkan cukup efektif
untuk pengobatan retinopati diabetikun --> dapat
menimbulkan komplikasi peningkatan tekanan
intraokular dan infeksi.
• Perjalanan Klinis dan Prognosis
– Pasien RDNP minimal yang hanya ditandai dengan adanya
mikroaneurisma yang jarang, memiliki prognosis yang baik sehingga
cukup dilakukan pemeriksaan ulang setaiap 1 tahun
– Pasien RDNP sedang tanpa disertai edema makula perlu dilakukan
pemeriksaan ulang setiap 6-12 bulan karena sering bersifat progresif.
– Pasien RDNP ringan sampai sedang disertai dengan edema makula
yang secara klinik tidak signifikan, perlu diperiksa kembali dalam
waktu 4-6 bulan oleh karena memiliki risiko besar untuk berkembang
menjadi edema makula yang secara klinis signifikan
– Pasien RDNP dengan CSME harus dilakukan fotokoagulasi
– Pasien RDP risiki tinggi harus segera dilakukan fotokoagulasi.
Katarak Diabetikum
Definisi:
Suatu kelainan pada mata akibat terjadinya
perubahan pada lensa subkapsular secara
progressif dan terjadi pada pasien Diabetes yang
tidak terkontrol.
Epidemiologi:
• Studi Framingham mengatakan bahwa prevalensi
katarak dengan diabetes 3-4x lebih sering di bawah
usia 65 tahun dan 2x diatas usia 65 tahun
• Resiko meningkat pada penderita DM yang lama dan
pada penderita dengan kontrol metabolik yang
buruk
• Wisconsin Epidemiologic Study mengatakan bahwa
dari 10 tahun insidensi kumulatif operasi katarak,
8,3% pada DM tipe 1 dan 24,9% pada DM tipe 2
Faktor Resiko:
• Pasien DM, 2-3x lebih tinggi dibanding non
DM
• Penyakit DM yang tidak terkontrol
• Penderita DM yang lama
Tanda dan Gejala
• Melihat jauh kabur
• Melihat dekat nyaman
• Melihat bercak selalu
mengikuti arah gerak
mata
• Penurunan visus
• Kekeruhan lensa bentuk
tebaran salju
• Tatalaksana
Terapi definitif berupa operasi
– ICCE
– ECCE
– Fakoemulsifikasi

– Aldose reducatse inhibitor diketahui dapat menghambat


konversi glukosa menjadi sorbitol.
– Obat anti katarak lainnya yang sedang diteliti termasuk
diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol,
aspirin, agen gluthatione-raising dan antioksidan vitamin
C dan E
Patofisiologi
Retinopati dan Katarak Diabetikum
Daftar Pustaka
1. Lubis, Rodiah Rahmawati. 2008. Diabetik Retinopati. Universitas Sumatra Utara: Medan.
2. Bhavsar AR & Drouilhet JH. 2009. Retinopathy, Diabetic, Background dalam
http://emedicine.medscape.com/ (online). Diakses tanggal 26 Oktober 2010. Pemutakhiran data
terakhir tanggal 6 Oktober 2009.
3. Pandelaki K. 2007. Retinopati Diabetik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid III.
Editor: Aru W. Sudoyo dkk. Departemen ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
4. Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
5. Mitchell PP & Foran S. 2008. Guidelines for the Management of Diabetic Retinopathy.
Australian Diabetes Society for the Department of Health and Ageing: Australia.
6. Reddy GB, Satyanarayana A, Balakrishna N, Ayyagari R, Padma M, Viswanath K, Petrash JM.
2008. Erythrocyte Aldose Reductase Activity and Sorbitol Levels in Diabetic Retinopathy dalam
www.molvis.org/molvis (online).Diakses tanggal 25 Januari 2018.
7. Roy MS. 2000. Diabetic Retinopathy in African Americans with Type 1 Diabetes dalam
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10636422 (online). Diakses tanggal 25 Januari 2018.
8. Ciulla TA, Amador AG, Zinman B. 2003. Diabetic Retinopathy and Diabetic Macular Edema,
Pathophysiology, Screening, and Novel Therapies dalam
http://care.diabetesjournals.org/content (online). Diakses tanggal 25 Januari 2018.
9. James B dkk. 2006. Oftalmologi, Lecture Notes, Edisi ke-9. Erlangga: Jakarta.
10. Pollreisz A & Erfurth US. 2009. Diabetic Cataract-Pathogenesis, Epidemiology and Treatment
dalam http://downloads.hindawi.com/journals (online). Diakses tanggal 25 Januari 2018.

Anda mungkin juga menyukai