FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RSUD AL-IHSAN BANDUNG 2018 Anatomi Mata Retinopati Diabetik • Penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada usia dewasa antara 20-74 tahun. • Pasien DM memiliki risiko 25 kali lebih mudah untuk mengalami retinopati dibanding non-diabetes • Penyebab retinopati diabetik belum diketahui pasti, namun hiperglikemia yang berlangsung lama diduga merupaka faktor risiko utama. • Definisi – kelainan mata pada pasien diabetes karena kerusakaan kapiler retina dalam berbagai tingkatan, sehingga menimbulkan gangguan pengelihatan mulai dari yang ringan sampai berat bahkan sampai terjadi kebutaan total dan permanen. • Epidemiologi – Pada pasien DM 1 berkisar 25-50% – Pada pasien DM 2 berkisar 20% – Di Inggris tercatat sekitar 1000 pasien diabetes setiap tahun mengalami kebutaan sebagian sampai kebutaan total – Indonesia belum ada data mengenai prevalensi retinopati diabetik secara nasional • Klasifikasi dan Diagnosis Early Treatment Diabetic Retinopathy Research Study Group membagi retinopati diabetik menjadi dua stadium: nonproliferatif dan proliferatif. • Retinopati Diabetik Nonproliferatif – Mikroaneurisma yang terjadi pada kapiler retina merupakan tanda awal yang dapat ditemukan pada RDNP. – Kelainan morfologi: penebalan membrana basalis, perdarahan ringan, eksudat keras yang tampak sebagai bercak warna kuning dan eksudat lunak yang tampak sebagai bercak halus (cotton wool spot) – RDNP berat sering juga disebut sebagai retinopati diabetik iskemik, retinopati obstruktif atau retinopati preproliferatif. • Retinopati Diabetik Proliferatif – Ditandai dengan pembentukan pembuluh darah baru – Pembentukan pembuluh darah baru secara abnormal keluar dari retina meluas sampai ke vitreus --> menyebabkan perdarahan --> kebutaan – Apabila perdarahan terus berulang dapat terbentuk jaringan fibrosis atau sikatrik pada retina --> menarik retina --> ablasio retina – Pembuluh darah baru terbentuk dalam stroma dari iris dan bersama-sama dengan jaringan fibrosis dapat meluas sampai ke chamber anterior. --> menghambat aliran keluar dari aqueous humor --> glaukoma neovaskular – Kebutaan dapat terjadi apabila ditemukan pembuluh darah baru yang meliputi satu per empat daerah diskus, • Tanda Retinopati Diabetik Den gan pemeriksaan funduskopi didapatkan – Mikroaneurisma – Edema makula – Perdarahan retina – Neovaskularisasi – Proliferasi jaringan fibrosis retina 2-4 • Gejala Retinopati Diabetik – Pandangan kabur – Floaters (benda yang melayang-layang pada penglihatan) • terapi dan manajemen – Tujuan utama --> untuk mencegah terjadinya kebutaan permanen. – Kontrol glukosa darah yang baik merupakan dasar dalam mencegah timbulnya retinopati diabetik atau memburuknya retinopati diabetik yang sudah ada. • Pencegahan dan pengobatan retinopati diabetik meliputi a. Kontrol glukosa darah b. Kontrol tekanan darah c. Kontrol profil lipid d. Ablasi kelenjar hipofisis melalui pembedahan atau radiasi (jarang dilakukan) e. Fotokoagulasi dengan sinar laser: fotokoagulasi panretinal untuk RDP atau glaukoma neovaskular dan fotokoagulasi fokal untuk edema makula f. Vitrektomi atau vitreolisis untuk perdarahan vitreus atau ablasio retina g. Intervensi farmakologi (umumnya masih dalam tahap percobaan), seperti pemberian inhibitor enzim aldose reductase, inhibitor hormon pertumbuhan, anti VEGF, inhibitor PKC dan antiinflamasi. a. Kontrol glukosa darah • Pasien yang diterapi secara intensif setiap penurunan 1% HbA1c akan diikuti dengan penurunan risiko komplikasi mikrovaskular sebesar 35% • Kontrol glukosa darah mengurangi risiko timbulnya retinopati diabetik dan memburuknya retinopati diabetik yang sudah ada. • Kontrol Tekanan Darah – Pasien dengan kontrol tekanan darah ketat mengalami penurunan risiko progresifitas retinopati sebanyak 34% – Saat ini tekanan darah pasien diabetes dianjurkan kurang dari 130/85 • Fotokoagulasi – Terdapat 3 metode fotokoagulasi • Scatter (panretinal) photocoagulation • Focal photocoagulation • Grid photocoagulation – Indikasi • RND • Edema makula • Neovaskular yang terletak pada sudut chamber anterior • Vitrektomi – Selain vitrektomi dapat juga dilakukan vitreolisis dengan menggunakan enzim hialuronidase, plasmin, atau mikroplasmin – Indikasi • ablasio retina • perdarahan vitreus setelah fotokoagulasi, • RDP berat, • perdarahan vitreus yang tidak mengalami perbaikan • Farmakologi – Inhibitor aldose reduktase : pemberian pada manusia tidak memberikan hasil yang memuaskan. – Inhibitor protein kinase C : penggunaan ruboxistaurin mesilat yaitu suatu inhibitor selektif dan kuat terhadap PKC-B isoform potensial mencegah terjadinya retinopati diabetik – Anti VEGF – Analog somatostatin : Dengan octreotide pasien RDNP berat atau RDP menunjukkan penurunan jumlah pasien yang memerlukan terapi fotokoagulasi • Anti inflamasi – Aspirin 330mg 3x1 dengan atau tanpa kombinasi dipridamol. – Penggunaan kortikosteroid seperti triamsinolon asetonida intravitreal dilaporkan cukup efektif untuk pengobatan retinopati diabetikun --> dapat menimbulkan komplikasi peningkatan tekanan intraokular dan infeksi. • Perjalanan Klinis dan Prognosis – Pasien RDNP minimal yang hanya ditandai dengan adanya mikroaneurisma yang jarang, memiliki prognosis yang baik sehingga cukup dilakukan pemeriksaan ulang setaiap 1 tahun – Pasien RDNP sedang tanpa disertai edema makula perlu dilakukan pemeriksaan ulang setiap 6-12 bulan karena sering bersifat progresif. – Pasien RDNP ringan sampai sedang disertai dengan edema makula yang secara klinik tidak signifikan, perlu diperiksa kembali dalam waktu 4-6 bulan oleh karena memiliki risiko besar untuk berkembang menjadi edema makula yang secara klinis signifikan – Pasien RDNP dengan CSME harus dilakukan fotokoagulasi – Pasien RDP risiki tinggi harus segera dilakukan fotokoagulasi. Katarak Diabetikum Definisi: Suatu kelainan pada mata akibat terjadinya perubahan pada lensa subkapsular secara progressif dan terjadi pada pasien Diabetes yang tidak terkontrol. Epidemiologi: • Studi Framingham mengatakan bahwa prevalensi katarak dengan diabetes 3-4x lebih sering di bawah usia 65 tahun dan 2x diatas usia 65 tahun • Resiko meningkat pada penderita DM yang lama dan pada penderita dengan kontrol metabolik yang buruk • Wisconsin Epidemiologic Study mengatakan bahwa dari 10 tahun insidensi kumulatif operasi katarak, 8,3% pada DM tipe 1 dan 24,9% pada DM tipe 2 Faktor Resiko: • Pasien DM, 2-3x lebih tinggi dibanding non DM • Penyakit DM yang tidak terkontrol • Penderita DM yang lama Tanda dan Gejala • Melihat jauh kabur • Melihat dekat nyaman • Melihat bercak selalu mengikuti arah gerak mata • Penurunan visus • Kekeruhan lensa bentuk tebaran salju • Tatalaksana Terapi definitif berupa operasi – ICCE – ECCE – Fakoemulsifikasi
– Aldose reducatse inhibitor diketahui dapat menghambat
konversi glukosa menjadi sorbitol. – Obat anti katarak lainnya yang sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen gluthatione-raising dan antioksidan vitamin C dan E Patofisiologi Retinopati dan Katarak Diabetikum Daftar Pustaka 1. Lubis, Rodiah Rahmawati. 2008. Diabetik Retinopati. Universitas Sumatra Utara: Medan. 2. Bhavsar AR & Drouilhet JH. 2009. Retinopathy, Diabetic, Background dalam http://emedicine.medscape.com/ (online). Diakses tanggal 26 Oktober 2010. Pemutakhiran data terakhir tanggal 6 Oktober 2009. 3. Pandelaki K. 2007. Retinopati Diabetik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid III. Editor: Aru W. Sudoyo dkk. Departemen ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 4. Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 5. Mitchell PP & Foran S. 2008. Guidelines for the Management of Diabetic Retinopathy. Australian Diabetes Society for the Department of Health and Ageing: Australia. 6. Reddy GB, Satyanarayana A, Balakrishna N, Ayyagari R, Padma M, Viswanath K, Petrash JM. 2008. Erythrocyte Aldose Reductase Activity and Sorbitol Levels in Diabetic Retinopathy dalam www.molvis.org/molvis (online).Diakses tanggal 25 Januari 2018. 7. Roy MS. 2000. Diabetic Retinopathy in African Americans with Type 1 Diabetes dalam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10636422 (online). Diakses tanggal 25 Januari 2018. 8. Ciulla TA, Amador AG, Zinman B. 2003. Diabetic Retinopathy and Diabetic Macular Edema, Pathophysiology, Screening, and Novel Therapies dalam http://care.diabetesjournals.org/content (online). Diakses tanggal 25 Januari 2018. 9. James B dkk. 2006. Oftalmologi, Lecture Notes, Edisi ke-9. Erlangga: Jakarta. 10. Pollreisz A & Erfurth US. 2009. Diabetic Cataract-Pathogenesis, Epidemiology and Treatment dalam http://downloads.hindawi.com/journals (online). Diakses tanggal 25 Januari 2018.