Anda di halaman 1dari 22

ASSALAMUALAIKUM

REFERAT
MANAGEMEN PERAWATAN GIGI PASIEN EPILEPSI

Oleh:
Yana Ulfiani Hasri

Click to add title


NIM. 2121210003

Pembimbing:
Drg. Noenoeng Isnantijowati
Click to add subtitle
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT
RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR
MARET 017
BAB I
Epilepsi : gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang
dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell)
yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala.

Epilepsi adalah penyakit yang sering dihadapi di


bagian mulut dan praktek bedah maxillofacial

Penderita epilepsi yang mendapat terapi fenitoin hampir


semua aspek kesehatan mulut dan status gigi
menunjukkan adanya Hiperplasia gingiva disertai kondisi
mulut yang jauh lebih buruk
Epilepsi

Kesehatan gigi
dan mulut yang
buruk

Managemen
perawatan gigi
Rumusan Masalah
• Apa definisi dari Epilepsi?
• Bagaimana gejala klinis dan klasifikasi epilepsi?
• Apa etiologi epilepsi ?
• Bagaimana patogenesis dari Epilepsi?
• Bagaimana penatalaksanaan dari Epilepsi?
• Bagaimana manifestasi epilepsi dalam rongga mulut?
• Bagaimana managemen perawatan gigi pada epilepsi?
BAB II
• Epilepsi
• Ganggguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh
terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang
bersifat spontan (unprovoked) dan berkala.
• Bangkitan disertai kejang, hiperaktivitas otonomik,
gangguan sensorik atau psikis dan kelainan EEG
ETIOLOGI
Epilepsi Epilepsi
Epilepsi Idiopatik
Simptomatik Kriptogenik
• penyebabnya tidak • kelainan / lesi • simtomatik
diketahui, meliputi
±50% dari pada susunan tetapi
penderita epilepsi saraf pusat penyebabnya
anak dan umumnya belum
mempunyai
predisposisi genetic, diketahui,
awitan biasanya
pada usia >3tahun
KLASIFIKASI
Epilepsi berdasar tipe bangkitan
• Berdasar gejala klinis dan gambaran EEG

Epilepsi berdasar sindroma


• Berdasar faktor-faktor tipe bangkitan, etiologi, usia
dan situasi.
GEJALA KLINIS
Bangkitan Parsial simpleks
Kejang Parsial Kompleks
De ja vu
mencucur, atau mengunyah
Senang atau takut
Gerakan yang sama berulang
Perasaan kebas, tersengat listrik atau
Gerakan yang tidak jelas
ditusuk
Menendang atau meninju berulang
Gerakan yang tidak terkontrol
menggumam
halusinansi

Kejang tonik Klonik


Diawali aura
Terdiri dari 2 fase tahap tonik (kaku) dan
tahap klonik
Diagnosis
Anamnesis

Pemeriksaan
Pola / bentuk serangan Fisik Pemeriksaan
Lama serangan Penunjang
Gejala sebelum, selama, post serangan
Frekuensi serangan
Faktor pencetus • Adanya tanda-tanda trauma
Ada / tidaknya penyakit lain yang akibat serangan
• Pada anak tanda • EEG
diderita sekarang
keterlambatan mental • Radiologi (MRI, Ct-scan)
Usia saat serangan pertama
R. kehamilan, persalinan dan
perkembangan
Riwayat penyakit, penyebab dan terapi
sebelumnya
Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
Terapi
• Tujuan
Tercapainya kualitas hidup penderita yang optimal. Ada
beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut antara lain
menghentikan bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan tanpa
efek samping ataupun dengan efek samping seminimal mungkin
serta menurunkan angka kesakitan dan kematian
Terapi

Non Farmakologi Farmakologi

• Amati faktor pemicu • Obat yang


• Menghindari faktor digunakan untuk
pemicu (jika ada) mengurangi serangan
epilepsi paling sering
fenobarbital dan
fenitoin (dilantin)
Manifestasi Epilepsi di dalam Rongga
Mulut

• Hiperplasia gingiva pada bagian anterior maxilla dan mandibula (paling


sering),
• Gigi patah,
• Luka pada lidah,
• lips scar,
• traumatic stomatitis
Managemen perawatan Gigi

• Selama kunjungan ke dokter gigi penting bagi dokter gigi


untuk menjelaskan kepada penderita epilesi menjaga
kesehatan gigi mulut yang baik dan gizi yang cukup untuk
kesehatan fisik, tujuannya adalah untuk mengurangi dan
mencegah perkembangan penyakit gigi dan jaringan
periodontal
Evaluasi lengkap sebelum perawatan dental
sangat penting untuk menetapkan stabilitas dan
tempat yang sesuai untuk perawatan
Memeriksa Konsultasi
Mengerti
triger, frekuensi, kedokter yang
komplikasi obat
aktifitas kejang menangani

Menghindari Menggunakan
triger pada saat sedatif pada
perawatan saat perawatan
Penanggulangan Kasus Rongga Mulut

Fase (I)

a. Dokter gigi mengkonsultasikan ke dokter sebelumnya dan


memberitahukan bahwa obat tersebut merupakan faktor
penyebab hiperplasia gingiva pada pasien.
b. Scaling pada supragingiva karena gingiva yang bengkak.
c. Kontrol plak pasien diajarkan cara pembersihan gigi dengan
dental floss, rubber tip dan alat untu interproksimal.
d. Pasien dikonsultasikan ke dokter ahlinya untuk menggantikan
obat anti epilepsinya.
Penanggulangan Kasus Rongga Mulut

Fase II

Sekiranya kondisinya baik dan sudah terkontrol


maka dapat dilakukan scaling subgingiva.
Kontrol plak.
Penanggulangan Kasus Rongga Mulut

Fase III

Dilakukan sekiranya kontur dan tekstur gingiva tidak


dapat kembali ke normal dimana bagi hiperplasia
gingiva yang belum terlalu parah dilakukan
gingivektomi dan bagi hiperplasia gingiva yang sudah
parah dilakukan bedah flep modifikasi.
Penanggulangan Kasus Rongga Mulut

Fase IV

Kunjungan berkala, evaluasi plak dan


kalkulus dan kondisi gingival.
Perawatan saat terjadi Serangan
Kebanyakan seizure berakhir 2-5menit, diikuti dengan fase
postictal, harus dimonitor karena pasien masih bingung.

Biasanya pasien kembali normal setelah 1 jam.

Bila terdapat kemungkinan komplikasi seperti aspirasi, rujuk


ruang emergensi.

Bila terjadi aktivitas seizure yang persisten (lebih dari 5 menit)


perlu bantuan medis segera penanganan emergensi ke
rumah sakit diberikan obat antikonvulsan intravena
Kesimpulan
• Epilepsi merupakan ganggguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh
terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan
(unprovoked) dan berkala. Salah satu efek samping yang paling umum pada
penderita epilepsi adalah pembesaran gingiva yang terkait dengan pemberian
fenitoin. Penderita epilepsi memiliki kecenderungan untuk menjadi
endentulous dan selama kejang sering menyebabkan cedera mulut minor
seperti cedera pada gigi. Perawatan gigi harus dilakukan oleh dokter gigi yang
memiliki pengetahuan tentang gangguan epilepsi bertujuan untuk mengurangi
pembesaran gingiva, menghindari kambuhnya serangan epilepsy, serta
meminimalisir kerusakan rongga mulut pada saat serangan.
• Saran
• Sebagai dokter dapat memanfaatkan kemajuan teknologis diagnostik,
farmakoterapi dan pemahaman proses neurologis untuk perawatan gigi pada
pasien epilepsi.
• Sebagai dokter perlu menjelaskan kepada pasien epilesi pentingnya menjaga
kesehatan gigi mulut yang baik serta asupan gizi yang cukup dan perlu
dilakukan kontrol berkala ke dokter gigi.

Anda mungkin juga menyukai