Anda di halaman 1dari 62

Lapsus

EPILEPSI

Yana Ulfiani Hasri

Pembimbing:
dr. Novi Irawan, Sp. S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
RSUD MARDI WALUYO
BLITAR
2018
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny K
Usia : 49 th
Status : menikah
Suku : Jawa
Alamat : Blitar
Agama : Islam
Tanggal Periksa : 16 Februari 2018
Anamnesa

Keluhan • Kejang pada bagian


tubuh sebelah kiri
utama

Keluhan • Sesak
Penyerta • Nyeri kepala
Riwayat Penyakit Sekarang
Ny K dibawa ke IGD dengan keluhan
 Kejang berulang sejak
pukul 22.00 (13-2-2018)
sampai pukul 10.43 (14-2-
2018)
 Kejang pada kaki kiri +
3menit
 Saat kejang pasien sadar
 Setelah kejang kaki terasa
lemas
Riwayat Penyakit dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
 Kejang sejak 2016.  Kejang (-)
 Kejang berulang tiap 40 hari  HT (+)
dengan durasi 5 menit
 Jantung (-)
 Pada saat kejang tidak sadar.
Pingsan  Stroke (-)
 Kejang mulai dari kaki –
wajah
 KLL ; kepala membentur
tembok
 Hipertensi (+)
 DM, Jantung, Stroke
disangkal
Riwayat Pengobatan Riwayat psikososial
 ikalep 3 x 100mg  Keluarga pasien
 Pasien mengaku 2 bulan mengatakan pasien sering
terkahir pasien minum obat lupa dan terlihat linglung
kejang tidak teratur. saat ditanya
 Obat antihipertensi
diminum bila nyeri kepala
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran : CM
• GCS :(E4V5M6)
• Tekanan darah : 150/90 mmHg
• Nadi : 84 x/menit
• Suhu : 36,5 °C
• Respirasi : 22 x/menit
• Umur klinis : 49 tahun
• Gizi : Berlebih
• Kulit : Sawo matang
• Turgor : Baik
Pemeriksaan Neurologis
 Rangsangan Selaput Otak
 Kaku kuduk : (-)
 Kernig : (-)
 Brudzinski I : (-)
 Brudzinski II : (-)

• Pemeriksaan Saraf Otak


- N I (Olfaktorius)
Penciuman : Normosmia
- N II (Optikus)
Visus kasar : Baik
Lapang pandang : Luas
Lihat warna : Baik
- N III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abdusen)
Sikap bola mata : Simetris
Ptosis : -/-
Strabismus : -/-
Nistagmus : -/-
Eksoftalmus : -/-
Enoftalmus : -/-
Diplopia : -/-
Pergerakan bola mata : Baik
Pupil
Bentuk : bulat
Ukuran : 3mm/3mm
Isokor : +/+
Refleks Cahaya Langsung : +/+
Refleks Cahaya Tidak Langsung : +/+
- N V (Trigeminus)
Motorik
Membuka dan menutup mulut : Baik
Gerakan rahang : Baik
Menggigit (palpasi) : Baik
Sensorik
Rasa Raba : Baik
Rasa Nyeri : Baik
Rasa Suhu : Baik
Refleks
Refleks kornea : +/+
- N VII (Fasialis)
Sikap wajah : Simetris
Mimik : Biasa
Angkat alis : Simetris
Kerut dahi : Simetris
Lagoftalmus : -/-
Menyeringai : Simetris
Rasa kecap 2/3 depan lidah : tidak dilakukan

- N VIII (Vestibulokokhlearis)
Vestibularis
Nistagmus : -/-
Kokhlearis
Suara bisik :+
Gesekan jari :+
Tes Rinne : tidak dilkaukan
Tes Weber : Tidak ada lateralisasi
Tes Swabach : Sama dengan pemeriksa
- N IX, X (Glossofaringeus, Vagus)
Disfoni :-
Disfagi :-
Disartri :-
Refleks Faring :-
Refleks Okulomotorius : normal
Refleks Sinus Karotikus : normal
- N XI (Asesorius)
Menoleh : Baik
Angkat bahu : Baik
M. Trapezius : Baik
M. Sternokleidomastoideus : Baik
- N XII (Hipoglosus)
Sikap lidah dalam mulut: Simetris
Julur lidah : Simetris
Atrofi :-
Tremor :-
Fasikulasi :-
Tenaga Otot Lidah : kuat ka=ki

Motorik
Gerakan spontan abnormal :-
Kejang :-
Tremor :+
Khorea :-
Trofi otot : Eutrofi
Derajat kekuatan otot 5555 | 5555
5555 | 5555
Tonus otot : normotonus
KOORDINASI
Statis
- Duduk : Baik
- Berdiri : Baik
- Berjalan : Baik
Dinamis
- Telunjuk telunjuk :-
- Telunjuk hidung :-
REFLEKS
Refleks Fisiologis
- Biceps : ++ / ++
- Triceps : ++ / ++
- KPR : ++ / ++
- APR : ++ / ++
Refleks Patologis
- Babinski :-/-
- Chaddock :-/-
- Oppenheim :-/-
- Gordon :-/-
- Schaeffer :-/-
- Hoffman Trommer :-/-
SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Rasa raba : ka = ki
Rasa nyeri : ka = ki
Rasa suhu : Tidak dilakukan
Propioseptif
Rasa getar : ka = ki
Rasa sikap : Baik
VEGETATIF
- Miksi : Baik
- Defekasi : Baik
- Salivasi : Baik
- Keringat : Baik
FUNGSI LUHUR
- Memori : Baik
- Bahasa : Baik
- Kognitif : Baik
- Afek dan emosi : Baik
 Pemeriksaan EEG dilakukan (9-9-2017)
 Kesimpulan : EEG saat perekaman abnormal didapatkan
adanya enchepalopathy difus ringan yang bisa berpotensi
kejang/epileptogenik
RESUME
Pasien perempuan usia 49 tahun datang igd dengan keluhan
kejang pada kaki kiri. Keluhan sudah lama dirasakan sejak thn
2016, dan kejang terjadi berulang dalam waktu 23 jam ada >10
durasi 3-5 menit. Keluhan ini sering dirasakan terutama saat mlm
waktu tidur. Pasien sudah berobat ke klinik, rutin mengkonsumsi
ikalep dan depakote. Pasien memiliki riwayat hipertensi
Status Generalis
Kesadaran : CM (E4V5M6)
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,5 °C
STATUS NEUROLOGIS
Rangsang meningeal :-
Refleks patologis :-
Saraf kranial : Tidak ditemukan defisit neurologis
Motorik : 5555 | 5555
5555 | 5555
DIAGNOSA
 Diagnosa Klinis : Kejang fokal kiri berulang riwayat
menggunakan OAE, HT
 Diagnosa Topis : Regio frontalis cerebri kanan
 Diagnosa Etiologis : Epilepsi primer dd sekunder (tumor,
vaskuler, infeksi, metabolik)
Terapi
 Diet RGRL
 Valproate
 Asam folat
Follow Up
Tinjauan Pustaka
• Bangkitan berulang
• Gangguan fungsi otak yang intermitten
• Listrik abnormal & berlebihan di otak
• Bangkitan serupa (stereotipik)
• Berlangsung secara mendadak dan
sementara
• Bukan disebabkan oleh suatu penyakit
(unprovoked)
• Bangkitan parsial
– Sederhana
– Kompleks
– Berkembang menjadi umum
• Bangkitan umum
– Absence/ lena/ petit mal
– Tonik-klonik/ grand mal
– Tonik
– Klonik
– Mioklonik
– Atonik
• Tidak digolongkan
• Tidak terjadi gangguan kesadaran
• Dapat berupa gerakan motorik, sensorik,
otonom, atau psikis
• Tergantung lokasi di otak
• Dapat dimulai dari tangan atau kaki,
menyebar ke bagian yang sama
• Terdapat gangguan kesadaran
• Dapat didahului aura
• Diikuti gerakan yang tidak bertujuan
seperti mengunyah, menelan, atau
gerakan motorik lain tanpa tujuan yang
jelas
• Bingung setelah kejang berhenti
• Gangguan kesadaran secara mendadak
dalam
beberapa detik (5-10 detik)
• Motorik terhenti & diam tanpa reaksi
• Tonus otot skeletal tidak menghilang
• Mata memandang jauh ke depan
• Pemulihan kesadaran segera, tanpa bingung
• EEG: Spike wave dengan frekuensi 3 Hz
yang bangkit secara menyeluruh
• Kontraksi otot yang kaku pada tubuh atau
ekstremitas.
• Berlangsung 30 detik
• Mata mendelik ke atas
• Wajah dapat terlihat adanya distorsi
(karena kontraksi otot), dan pernafasan
terganggu.
• Dapat diikuti kebingungan setelah kejang.
• Bersifat berulang-ulang, ritmik
• Pola bergantian antara gerakan dan istirahat.
• Kehilangan kesadaran
• Dapat didahului jeritan atau sentakan.
• Kaku (fase tonik) selama 10-30 detik, diikuti
kelojotan pada ekstremitas (fase klonik)
selama 30-60 detik.
• Dapat disertai mulut berbusa atau
mengompol.
• Setelah bangkitan pasien menjadi lemas dan
bingung.
• Sering tidur setelah bangkitan.
• Gerakan mioklonus berupa gerakan seperti
menyentak, tiba-tiba, sangat singkat.
• Single atau berturutan
• Tidak semua gerakan mioklonus adalah
kejang.
• Hilangnya tonus postural secara tiba-tiba.
• Head drop
• Dapat jatuh  drop attack
• Berlangsung sangat singkat
• Bangkitan berkepanjangan atau berturut-turut
tanpa diselingi pulihnya kesadaran
• Idiopatik
– Tidak diketahui
– Umumnya memiliki predisposisi genetik
• Kriptogenik
– Dicurigai ada faktor penyebab, tapi tidak dapat
ditemukan
• Simptomatik
– Kelainan pada otak
– Kelainan kongenital
– Tumor otak
– Proses degeneratif
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara pengaruh
inhibisi dan eksitatori pada otak

terjadi karena :
• Kurangnya transmisi inhibitori
– Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
• Meningkatnya aksi eksitatori 
meningkatnya aksi glutamat atau
aspartat
 Langkah pertama: pastikan adanya
bangkitan epileptic
 Langkah kedua: tentukan tipe bangkitan
berdasarkan klasifikasi ILAE 1981
 Langkah ketiga: tentukan sindroma epilepsi
berdasarkan klasifikasi ILAE 1989
• Anamnesis
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mendapatkan gambaran kejang saat ini.
2. Riwayat medik dahulu
Dapat memberikan informasi dalam
menentukan etiologinya
3. Riwayat sosial
4. Riwayat keluarga
5. Riwayat alergi
6. Riwayat pengobatan
CT scan
EEG MRI
Pemeriksaan darah:
• Hematologi lengkap
• Elektrolit
• GD
• Fungsi hati dan ginjal
• dll
Tujuan utama dari terapi epilepsi adalah
tercapainya kualitas hidup penderita yang
optimal.
mengurangi frekuensi bangkitan tanpa efek
samping ataupun dengan efek samping
seminimal mungkin serta menurunkan angka
kesakitan dan kematian
 OAE diberikan bila:
o Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
o Terdapat minimum dua bangkitan dalam setahun
o Penyandang dan atau keluarganya sudah menerima
penjelasan tentang tujuan pengobatan.
o Penyandang dan/ atau keluarga telah diberitahu
tentang kemungkinan efek samping yang timbul dari
OAE.
o Bangkitan terjadi berulang walaupun factor
pencetus sudah dihindari (misalnya: alcohol, kurang
tidur, stress, dll)
 Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan
OAE pilihan sesuai dengan jenis bangkitan dan
jenis sindrom epilepsi
 Pemberian obat dimulai dimulai dari dosis rendah
dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif
tercapai atau timbul efek samping
Pemilihan OAE berdasarkan atas jenis
bangkitan epilepsi
Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori
GABAergik:
 agonis reseptor GABA  meningkatkan transmisi inhibitori
dg mengaktifkan kerja reseptor GABA  contoh:
benzodiazepin, barbiturat
 menghambat GABA transaminase  konsentrasi GABA
meningkat  contoh: Vigabatrin
 menghambat GABA transporter  memperlama aksi GABA
 contoh: Tiagabin
 meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal
pasien  mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari
non-vesikular pool  contoh: Gabapentin
Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi
kanal Na+:
 Inaktivasi kanal Na  menurunkan
kemampuan syaraf untuk menghantarkan
muatan listrik
 Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin,
okskarbazepin, valproat

Anda mungkin juga menyukai