Anda di halaman 1dari 50

KONSEP MANAJEMEN

PEMBELAJARAN DALAM
STRATEGI PENDIDIKAN
KESEHATAN DAN PROSES
PERUBAHAN PERILAKU”
KELOMPOK 4
A. Konsep Managemen Belajar
dalam Pendidikan Kesehatan

ARTI BELAJAR

Menurut konsep Amerika, diperlukan untuk melakukan


keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup
bermasyarakat.

Menurut konsep Eropa, arti belajar itu agak sempit, hanya


mencakup menghafal, mengingat, dan memproduksi sesuatu
yang dipelajari.
CON’T
Proses Belajar
a. Latihan
Penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada
dengan mengulang- ulang aktivitas tertentu. Latihan
adalah sesuatu perbuatan pokok dalam kegiatan
belajar, sama halnya dengan pembiasaan.
b. Menambah/memperoleh tingkah laku baru
Belajar sebenarnya merupakan suatu usaha untuk
memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku
(pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai)
dengan aktivitas kejiwaan sendiri.
CON’T
Ciri-ciri Kegiatan Belajar
 Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan

perubahan pada diri individu yang sedang


belajar, baik actual maupun potensial
 Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan

karena kemampuan baru yang berlaku untuk


waktu yang relative lama
 Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha,
bukan karena proses kematangan
B. Beberapa Teori Proses
Belajar
a. Teori stimulus-respons
Berpangkal pada psikologi asosiasi dirintis oleh John
Locke dan Herbart. Di dalam teori ini apa yang terjadi
pada diri subjek belajar merupakan rahasia atau biasa
disebut sebagai Black Box. Belajar adalah mengambil
tanggapan-tanggapan dan menggabung-gabungkan
tanggapan dengan jalan mengulang-ngulang. Tanggapan-
tanggapan terseut diperoleh melalui pemberian stimulus
atau rangsangan-rangsangan. Makin banyak dan sering
diberikan stimulus, maka makin memperkaya tanggapan
pada subjek belajar. Teori ini tidak memperhitungkan
factor internal yang terjadi pada subjek belajar. Teori ini
tidak memperhitungkan factor internal yang terjadi pada
subjek belajar.
CON’T
b.Teori transformasi
Teori transformasi yang berlandaskan pada
psikologi kognitif seperti dirumuskan oleh Neisser,
bahwa proses belajar adalah transformasi dari
masukan (input), kemudian input tersebut direduksi,
diuraikan, disipan, ditemukan kembali, dan
dimanfaatkan. Selanjutnya dijelaskan bahwa
belajar dimulai dari kontak individu dengan dunia
luar
CON’T
1. Teori belajar menghafal dan mental disiplin
a. Teori menghafal
Belajar adalah menghafal, dan menghafal
adalah usaha mengumpulkan pengetahuan
pembeoan untuk kemudian digunakan bilamana
dperlukan.
b. Teori mental disiplin
Belajar adalah mendisiplinkan mental. Disiplin
mental ini dapat diperoleh melalui latihan terus-
menerus secara kontinu, berencana dan teratur.
CON’T
Mungkin sekali pelajaran-pelajaran itu tidak
langsung berguna dalam kehidupan sehari-hari, namun
terus diajarkan karena dengan latihan-latihan itu daya
pikir sudah dibiasakan dan diarahkan untuk mencari
pemecahan persoalan yang tepat. Dalam melatih daya
pikir ada dua faktor penting.
1. Faktor asah otak
Ibarat pisau yang perlu selalu diasah supaya tetap
tajam, sehingga siap dipergunakan sewaktu-waktu.
pisau yang tajam bukan saja dapat dipergunakan
untuk memotong sayur, tetapi dapat pula
dipergunakan untuk memotong daging, kertas,
ataupun meraut pensil.
CON’T
2. Faktor transfer
Ketika kita mempelajari sesuatu yang baru, akan dipermudah
dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki.

2. Teori Asosiasi
Teori ini berasal dari hasil ilmu jiwa asosiasi yang dirintis oleh John
Lock dan Herbart. Menurut teori ini belajar adalah mengambil tanggapan-
tanggapan dan menggabung-gabungkan tanggapan dengan jalan
mengulang-ulang.
Jadi, belajar ialah mengulang-ulang di dalam mengasosiasikan
tanggapan-tanggapan, sehingga reproduksi yang satu dapat
menyebabkan reproduksi yang lain dalam ingatan kita. Tujuan belajar
ialah memproduksikan gabungan tanggapan dengan cepat dan dapat
dipercaya.
CON’T
Contoh :
Dalam memberikan situasi belajar kapada
masyarakat harus diperbanyak terjadinya
tanggapan pada diri mereka sehingga mereka
dengan cepat dan tepat dapat menghubungkan
antara lingkungan yang jelek dengan penyakit,
minum air mentah dengan sakit perut, lalat dengan
sakit perut, tikus dengan penyakit pes.
CON’T
3. Teori-teori belajar sosial (social learning)
Berikut ini adalah macam belajar secara fisik,
 Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah
penerangan yang diperlukan dalam situasi belajar.
 Makin bertambah usia, persepsi kontras warna
cenderung kearah merah daripada spectrum.
 Makin bertambah usia, kemampuan menerima suara
makin menurun.
 Makin bertambah usia, kemampuan untuk
membedakan bunyi makin berkurang.
C. Prinsip-prinsip Belajar

 Prinsip 1
Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi
di dalam diri si pelajar yang diaktifkan oleh
individu itu sendiri. Belajar bukan berarti
melakukan apa yang dikatakan atau yang
diperbuat oleh pengajar saja tetapi suatu proses
perubahan yang unik di dalam diri si pelajar
sendiri.
CON’T
 Prinsip 2
Belajar adalah penemuan diri sendiri. Hal ini
berarti bahwa belajar adalah proses penggalian
ide-ide yang berhubungan dengan diri sendiri dan
masyarakat sehingga pelajar dapat menentukan
kebutuhan dan tujuan yang dicapai. Untuk itu apa
yang relevan bagi pelajar harus ditemukan oleh
pelajar itu sendiri.
CON’T
 Prinsip 3
Belajar adalah suatu konsekuensi dari
pengalaman. Seseorang menjadi tanggung jawab
ketika ia diserahi tanggung jawab. Ia menjadi atau
dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai
pengalaman dan pernah berdiri. Orang tidak akan
mengubah perilakunya hanya karena seseorang
mengatakan kepadanya untuk mengubahnya.
CON’T
 Prinsip 4
Belajar adalah proses kerja sama dan
kolaborasi. Kerja sama akan memperkuat proses
belajar. Orang pada hakikatnya senang saling
bergantung dan saling membantu. Implikasi prinsip
ini di dalam pendidikan kesehatan adalah dengan
pembentukan kelompok dan diskusi kelompok akan
sangat mempermudah proses belajar.
CON’T
 Prinsip 5
Belajar adalah proses evolusi, bukan proses revolusi
karena perubahan perilaku memerlukan waktu dan
kesabaran. Perubahan perilaku adalah suatu proses yang
lama, karema memerlukan pemikiran-pemikiran dan
pertimbangan orang lain.
 Prinsip 6
Belajar kadang-kadang merupakan suatu proses yang
menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaan
yang sangat menyenangkan dan dangat berharga bagi
dirinya dan mungkin harus melepaskan sesuatu yang
menjadi jalan hidup atau pegangan hidupnya.
CON’T
 Prinsip 7
Belajar adalah proses emosional dan
intelektual. Belajar dipengaruhi oleh keadaan
individu atau si pelajar secara keseluruhan. Belajar
bukan hanya proses intelektual, tetapi emosi juga
turut menentukan.
 Prinsip 8
Belajar bersifat individual dan unik. Setiap
orang mempunyai gaya belajar dan keunikan
sendiri dalam belajar.
CON’T
Pengelolaan pembelajaran dalam pendidikan
kesehatan merupakan suatu langkah yang sistematis yang
dimulai dari pengenalan masalah pendidikan kesehatan,
penyusunan perencanaan, implementasi, dan evaluasi
pendidikan kesehatan, dan upaya tindak lanjut. Untuk
melaksanakan strategi ini, proses manajemen harus dipakai.
Kegiatan ini meliputi:
1. Perencanaan.
Pada tahap perencanaan ini ahli pendidikan kesehatan
harus sudah diikutsertakan agar dapat menyumbangkan
usaha untuk mengubah perilaku dan meyakinkan
masyarakat tentang manfaat usaha kesehatan.
CON’T
2. Pelaksanaan.
Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diikut
sertakan dalam mengawasi perkembangan usaha
tersebut.
3. Penilaian.
Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diminta
untuk turut menilai seberapa jauh program atau
usaha itu telah mencapai hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
CON’T
4. Tindak lanjut.
Pada tahap tindak lanjut pengelolaan pembelajaran dalam
pendidikan kesehatan harus memperhatikan aspek-aspek
berikut :
a. Proses belajar mencakup kegiatan latihan dalam
memperoleh tingkah laku baru.
b. Kegiatan belajar dapat dilaksanakan dimana saja,
kapan saja dan oleh siapa saja dengan berfokus pada
aspek kemandirian peserta didik
c. Peserta didik dipandang sebagai orang dewasa,
sehingga pengelolaan proses belajar yang digunakan
harus sesuai dengan kondisi peserta didik.
Pendidikan Kesehatan Sebagai
Proses Perubahan Perilaku
WHO (1984) memberi batasan bahwa pendidikan
kesehatan merupakan proses membuat individu/masyarakat
mampu mengontrol dan memperbaiki kesehatannya.

Menurut Wood (1926), menekankan bahwa pendidikan


kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh
terhadap pengetahuan, sikap dan kebiasaan / perilaku
yang berhubungan dgn kesehatan perorangan dan
masyarakat.

Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa pendidikan


kesehatan merupakan proses perkembangan yang dinamis
(menerima/menolak informasi), sikap maupun perilaku baru
yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat.
CON’T
Output yang diharapkan dari pendidikan khususnya
pendidikan kesehatan adalah terbentuknya perilaku
baru yang sesuai dengan harapan pendidikan yang
bermanfaat dan memberikan nilai bagi upaya
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. Beberapa
dimensi perilaku tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Perilaku
Misalnya kebiasaan merokok, minum minuman keras, ibu
hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya pada
petugas kesehatan, termasuk bermalasan-malasan juga
merupakan salah satu perilaku yang harus diubah, dan
sebagainya.
CON’T
2. Pembinaan Perilaku
Misalnya olahraga teratur, makan dengan menu
seimbang, membuang sampah pada tempatnya, dan
sebagainya.
3. Pengembangan Perilaku
Misalnya membiasakan anak untuk mencuci angan
sebelum makan dan setelah melakukan aktifitas fisik,
mengosok gigi dan mandi secara teratur, dan
sebagainya.
CON’T
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat
dilihat dari berbagai dimensi. Dimensi sasaran
pendidikan terdiri dari tiga dimensi yaitu pendidikan
kesehatan individu dengan sasaran individu,
pendidikan kelompok dengan sasaran kelompok,
pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran
masyarakat luas. Sedangkan, sasaran pendidikan
kesehatan itu sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu:
CON’T
 Sasaran primer (Primary Target) yaitu sasaran
langsung pada masyarakat berupa segala upaya
pendidikan/promosi kesehatan.
 Sasaran sekunder (Secondary Target), lebih
ditujukan pada tokoh masyarakat dengan harapan
dapat memberikan pendidikan kesehatan pada
masyarakatnya secara lebih luas.
 Sasaran tersier (Tersiery Target), sasaran ditujukan
pada pembuat keputusan/penentu kebijakan baik
ditingkat pusat maupun ditingkat daerah
Pengertian Perilaku

 Perilaku merupakan basil hubungan antara


perangsang (stimulus) dan respon (Skinner, cit.
Notoatmojo 1993).
 Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain
guru, orangtua, teman, buku, media massa (WHO
1992).
 Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan
merupakan hasil dari tabu akibat proses
penginderaan terhadap suatu objek
CON’T
 Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan
reaksi yang masih tertutup, tidak dapat terlihat
langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari
perilaku yang nampak.
 Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek
dengan cara tertentu
 Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan
dan tindakan dapat diukur.
CON’T
Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap
dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut
Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan
pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan,
sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang
terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari
dalam dirinya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Seseorang
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku
seseorang, sebagian terletak di dalam individu
sendiri yang disebut faktor intern yaitu keturunan dan
motif. Sedangkan sebagian terletak diluar dirinya
yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Teori – Teori Perubahan

1. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan seorang manajer
sebelum melakukan perubahan, yaitu :
 Ada perubahan yang akan dilakukan

 Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat

 Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan

 Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya

Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :


 Diagnosis

 Penetapan objektif bersama

 Penekanan kelompok

 Informasi maksimal

 Diskusi tentang pelaksanaan

 Penggunaan upacara ritual


CON’T
2. Teori Lewin
Lewin mengatakan ada tiga tahap dalam sebuah perubahan, yaitu :
 Tahap Unfreezing
Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan
dalam sistem.
 Tahap Moving
Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan
mencari dukungan dari orang-orang yang dapat membantu
memecahkan masalah.
 Tahap Refreezing
Tugas perawat sebagai agen berubah berusaha mengatasi
orang-orang yang masih menghambat perubahan.
CON’T
3. Teori Lippitt
Teori ini merupakan pengembangan dari teori Lewin. Lippitt
mengungkapkan tujuh hal yang harus diperhatikan seorang
manajer dalam sebuah perubahan yaitu :
 Mendiagnosis masalah

 Mengkaji motivasi dan kemampuan untuk berubah

 Mengkaji motivasi dan sumber-sumber agen

 Menyeleksi objektif akhir perubahan

 Memilih peran yang sesuai untuk agen berubah

 Mempertahankan perubahan

 Mengakhiri hubungan saling membantu


CON’T
4. Teori Rogers
Teori Rogers tergantung pada lima faktor yaitu :
 Perubahan harus mempunyai keuntungan yang berhubungan

 Perubahan harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada

 Kompleksitas

 Dapat dibagi

 Dapat dikomunikasikan

5. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan yang akan
mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
 Membangun suatu hubungan
 Mendiagnosis masalah
 Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
 Memilih jalan keluar
 Meningkatkan penerimaan
 Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri
CON’T
6. Teori Spradley
Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley
 Mengenali gejala
 Mendiagnosis masalah
 Menganalisa jalan keluar
 Memilih perubahan
 Merencanakan perubahan
 Melaksanakan perbahan
 Mengevaluasi perubahan
 Menstabilkan perubahan
Faktor Pembentuk Perilaku

Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :


 Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
 Faktor-faktor pendukung ( enebling factors), yang terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan
sebagainya.
 Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
Tahap Perubahan Prilaku Sehat
Model tahapan yang diajukan oleh Prochaska, Norcross, dan
DiClemente (1994) sebagai berikut
 Tahap Prakontemplasi

Pada tahap pra kontemplasi, Individu biasanya menyangkal


memiliki masalah, memandang orang lain yang memiliki
masalah, sehingga menginginkan orang lain untuk
mengubah perilaku mereka.
 Tahap Kontemplasi

Selama tahap kontemplasi, seseorang menyadari memiliki


masalah, dengan serius mempertimbangkan mengubah
perilaku tertentu, aktif mengumpulkan informasi, dan
mengungkapkan rencana untuk mengubah perilaku dalam
waktu dekat
CON’T
 Tahap persiapan
Pada tahap ini, individu membuat rencana khusus akhir
untuk menyelesaikan perubahan. Beberapa orang
dalam tahap ini mungkin telah mulai membuat
perubahan perilaku kecil, seperti tidak menaruh gula
dalam kopi mereka.
 Tahap Tindakan
Tahap tindakan terjadi ketika seseorang secara aktif
mengimplementasikan strategi perilaku dan kognitif
untuk mengubah pola perilaku sebelumnya dan
mengadopsi perilaku baru. Tahap ini membutuhkan
komitmen waktu dan energi terbesar.
CON’T
 Tahap Pemeliharaan
Selama tahap pemeliharaan, seseorang
mengintegrasi pola perilaku yang baru saja
diadopsi ke dalam gaya hidupnya. Tahapan ini
berpikir hingga seseorang tidak lagi "tergoda"
untuk kembali ke perilaku sebelumnya yang tidak
sehat.
 Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan tujuan akhir saat
individu telah percaya sepenuhnya
Teori-Teori Perubahan Perilaku
 Teori S-O-R:
Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus – Organisme — Respons.
a. Perubahan perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau memperbanyak
rangsangan (stimulus).
b. Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran
(learning process).
c. Materi pembelajaran adalah stimulus.

Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:


a. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.
c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
d. Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)
e. Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice).
CON’T
 Teori “Dissonance” : Festinger
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya
keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat
atau keputusan yang diambil (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:
Terjadinya perubahan perilaku karena adanya
perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan
elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil
memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak
seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus
(anjuran perikasa hamil).
CON’T
 Teori fungsi: Katz
a. Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan.
Prinsip teori fungsi:
b. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi
kebutuhan subyek)
c. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi
lingkungan (bila hujan, panas)
d. Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti
obyek (respons terhadap gejala sosial)
e. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam
menjawab situasi.(marah, senang)
CON’T
 Teori “Driving forces”: Kurt Lewin
Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara
kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan
penahan (restraining forces). Kemungkinan terjadinya
perubahan-perubahan perilaku:
a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan
tetap.
b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan
menurun.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan
menurun
CON’T
 Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)
Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat pada program tersebut
kemudian dikembangkan sebagai model perilaku.
Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
a. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam
rangka menghindari suatu penyakit atau
memperkecil risiko kesehatan
b. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang
membuatnya merubah perilaku.
c. Perilaku itu sendiri.
Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku

 Perubahan alamiah (natural change): Perubahan


perilaku karena terjadi perubahan alam (lingkungan)
secara alamiah
 Perubahan terencana (planned change): Perubahan
perilaku karena memang direncanakan oleh yang
bersangkutan
 Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan
perilaku karena terjadinya proses internal (readiness)
pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal
ini berbeda pada setiap individu.
Strategi Perubahan Perilaku
a. Inforcement:
• Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan
peraturan atau perundangan.
• Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara
(tidak langgeng)

b. Persuasi
• Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan
argumentasi.

c. Fasilitasi
• Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung.
Untuk melakukan strategi ini mmeerlukan beberapa proses yakni
kesediaan, identifikasi dan internalisasi.
e. Education:
• Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran,
mulai dari pemberian informasi atau penyuluhan-
penyuluhan.
• Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi
makan waktu lama.
Cara-Cara Perubahan Perilaku

Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara


yang bias ditempuh, yaitu
1. Dengan Paksaaan.
 Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan
ancaman huluman
 Menakut-nakuti tentang bahaya yang mungkin akan
didaerita kalau tidak mengerjakan apa yang
dianiurkn
2. Dengan memberi imbalan.
 lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau
barang, tetapi bisa juga imbalan yang tidak berupa
materi, seperti pujian, dan sebagainya.
CON’T
3. Dengan membina hubungan baik.
 Kalau kita mempunyai hubungan yang baik dengan
seseorang atau dengan masyarakat. Biasanya orang
tersebut atau masyarakat akan mengikuti anjuran
kita untuk berbuat sesuatu, karena ingin memelihara
hubungan baiknya dengan kita
4. Dengan menunjukkan contoh-contoh.
 Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru Karena
itu usahakanlah agar Puskesmas dengan
lingkungannya bersih, para petugas nampak bersih,
rapi dan ramah. Selain itu, para petugas juga
berperilaku sehat
CON’T
5. Dengan memberikan kemudahan.
 Misalnya kita ingin agar masyarakat memanfaatkan
Puskesmas, maka Puskesmas didekatkan kepada
masyarakat, pembayarannya dibuat sedemikian hingga
masyarakat. mampu membayar pelayanannya yang baik
dan ramah, tidak usah menunggu lama. dan sebagainya.
6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi
 Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat,
diberi pengertian yang benar tentang kesehatan.
Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara
langsung ataupun tidak langsung,
APAKAH ADA YANG INGIN
DITANYAKAN????

Anda mungkin juga menyukai