Anda di halaman 1dari 32

Emerging Strategies for Construction

Safety & Health Hazard Recognition

Tommy Anandra S. (9116201332)


Bayu Wijaya (9116201333)
Lion Ferdinand M (9116201339)
Asadian Puja E. (9116201343)
Sukisno (9116201354)
Abstrak
Insiden keamanan yang berhubungan dengan pekerjaan konstruksi
masih terus menjadi masalah sosial. Meskipun banyak upaya telah
dilakukan namun dalam dunia industri konstruksi masih belum
terlihat adanya penurunan yang signifikan dalam tingkat cedera hal ini
direkam dalam satu decade terakhir.
Abstrak

WHAT’S THE PROBLEM?


Abstrak

• Untuk mengatasi masalah ini, ada sebuah situs yang terpercaya


mengupas tentang strategi identifikasi bahaya konstruksi yang
dikembangkan oleh sebuah ahli professional keamanan konstruksi
pada sesi brainstorming. Strategi di prioritaskan berdasarkan potensi
mereka dan penerapan konstruksi menggunakan teknik nominal
group. Difasilitasi oleh group decision support system. Analisa
consensus dilakukan untuk memverifikasi konsistensi dalam panel
ahli. Sebuah prejob alat ukur kualitas keselamatan untuk
memberikan umpan balik yang aktif mengenai kemampuan
identifikasi bahaya dan mampu berkomunikasi, hal ini muncul
sebagai suatu strategi yang paling relevan. Didukung dengan
adanya augmented virtuality berbasis computer. Hasil penelitian ini
dapat digunakan oleh praktisi konstruksi untuk strategi
mengidentifikasi program pengenalan bahaya dengan metode
tersebut. Pada paper ini, studi di masa yang akan datang akan focus
pada memvalidasi temuan melalui tes emphiris berbasis lapangan
pada proyek-proyek konstruksi.
Pendahuluan

• Industri konstruksi terus memperhitungkan jumlah yang


tidak proporsional dari cedera fatal dan non-fatal pada
pekerja konstruksi. Dalam satu dekade terakhir upaya
keselamatan pada pekerja konstruksi terus menerus
dilakukan, namun pada sektor industri konstruksi sangat
lambat dilakukan dalam hal perbaikan cedera menurut
biro statistic tenaga kerja (2012).
Pendahuluan
• Sektor konstruksi AS telah bertanggung jawab
untuk lebih dari 1.000 luka fatal setiap tahun
antara tahun 1995 – 2008. Pada tahun 2011
pekerja konstruksi menyumbang angka kematian
sebesar 9.1% per 100.000 pekerja full time.
Demikian pula untuk tingkat cedera fatal untuk
pekerja konstruksi adalah sebesar 3.9% per 100
pekerja full time, sedangkan untuk semua sektor
industry tingkat cedera fatal adalah 3,9 per 100
pekerja full time. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa pekerja konstruksi sangat rentan
mengalami cedera ringan sampai fatal dibanding
pekerja pada industry lain.
Pendahuluan
• Tujuan dasar dari program keselamatan yang efektif adalah untuk menghilangkan atau
mengurang resiko keselamatan sebelum pekerjaan dimulai. Untuk mencapai tujuan ini hal
pertama yang dilakukan

• Bahaya belum tentu memiliki potensi untuk menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan
yang tak terduga menurut CDC (2012) dan Carter smith (2006). sebagian besar dari
bahaya konstruksi tidak diakui karena sifat dinamis dari industry dan tugas pekerja yang
tidak pasti (bobick, 2004). Dalam penilaian mereka dari metode laporan 3 proyek carter
and smith menetapkan bahwa presentase bahaya diakui berkisar antara 66,5% dan
89,9%. Hal ini sering dijadikan suatu standar pelaksanaan program keselamatan.
Literature Review
Identifikasi & Evaluasi Bahaya
Bahaya adalah "kondisi yang tidak aman atau kegiatan yang, jika
dibiarkan tidak terkontrol, dapat mengakibatkan kecelakaan"
Menurut National Safety Council (NSC;. Seperti dikutip dalam Mitropoulos,
Abdelhamid & Howell, 2005, hal 817)
Jadi, sangat penting untuk menjalankan upaya terorganisir untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi proses dan kegiatan yang berpotensi
bahaya.
Identifikasi bahaya telah menjadi elemen penting dari program
keselamatan.
Perusahaan harus menyediakan tempat kerja kepada pekerja yang bebas
dari bahaya yang diakui (29 USC 654 § 5).
(Spellman, 1998)
Manajemen harus menyediakan pelatihan untuk pekerja dengan pelatihan
yang memadai untuk mengenali bahaya di tempat kerja, sehingga
memperkenankan mereka untuk berperilaku aman dan membuat keputusan
sadar akan keselamatan
(Campbell, 2008)
Potensi bahaya diidentifikasi berdasarkan pengetahuan operasional
dan pengalaman masa lalu dengan tugas pekerjaan yang sama.
(Mushtaq & Chung, 2000)
Menggunakan kata-kata kunci panduan untuk mengidentifikasi bahaya
yang mungkin timbul dari penyimpangan dari operasi yang direncanakan.
(Brooke & Paige, 2003)
Analisis fault tree adalah array grafis dari gerbang logika yang
menggambarkan serangkaian kesalahan yang mengarah ke suatu hal
yang tidak diinginkan.
(Stamatis, 2003)
Modus kegagalan dan analisis efek (FMEA) membantu manajer
mengidentifikasi bahaya yang berkaitan dengan potensi terhadap mode
kegagalan.
(Abdelgawad & Faye, 2012)
Meskipun metode pengenalan bahaya formal biasa digunakan dalam
industri lain, mereka umumnya tidak cocok untuk konstruksi karena
kurangnya standarisasi tugas dan sifat dinamis yang melekat dari proyek-
proyek konstruksi.
(MacCollum, 2006)
Pada industri konstruksi, proses manajemen bahaya rigorous biasanya
melibatkan penelaahan dokumen lingkup proyek, schedule dan
dokumentasi lainnya yang relevan untuk menentukan tugas-tugas
pembangunan. Kemudian, potensi bahaya yang berkaitan dengan tugas
individu dan perilaku terkait diidentifikasi dan penilaian risiko
dilakukan.
Albert dan Hallowell (2013)
Mengevaluasi bahaya yang terkait dengan pembangunan kabel listrik dan
mengusulkan model kewajiban kontinjensi berbasis risiko untuk
mengidentifikasi metode pencegahan cedera yang prospektif.

Mitropoulos dan Guilama (2010)


Mengidentifikasi tugas berisiko tinggi di framing perumahan dan
memberikan langkah-langkah keamanan untuk mengurangi tuntutan
tugas.
Carter dan Smith (2006)
Sebagian besar bahaya tidak dapat diidentifikasi.
(Fleming, 2008)
Dalam studi metode laporan tugas pekerjaan yang relatif standar seperti
pekerjaan beton, pekerjaan baja, pekerjaan tanah dan bata, hanya 66,5%
sampai 89,9% dari bahaya yang dapat diidentifikasi. Bahaya yang tidak
dapat diidentifikasi akan menyebabkan peremehan terhadap risiko yang
terkait dengan proyek. Akibatnya, ukuran kontrol untuk mencegah
paparan bahaya tertentu yang diperlukan untuk mencegah cedera
mungkin tidak didapatkan pada tempatnya. Selain itu, pekerja mungkin
mengetahui tingkat keamanan yang salah, walaupun pada kenyataannya
di sana tidak ada kontrol yang memadai untuk mencegah cedera
(Fleming, 2008).

Dengan demikian, pemahaman umum tentang penyebab kecelakaan


ditambah dengan kemampuan untuk mengidentifikasi bahaya, dan
perilaku yang aman penting untuk keselamatan konstruksi.
Penyebab Kecelakaan & Persepsi
Resiko
(Shaw & Sichel, 1971, hlm. 14)
Model pertama penyebab kecelakaan difokuskan terutama pada perilaku
pemodelan dan karakteristik pribadi pekerja sebagai penyebab utama
cedera. Misalnya, teori rawan kecelakaan menunjukkan bahwa individu-
individu tertentu lebih mungkin untuk terlibat dalam kecelakaan sebagai
akibat dari kecenderungan bawaan mereka untuk kecelakaan
Kerr (1950, 1957)
Menguatkannya dengan mengklaim bahwa kecelakaan adalah disebabkan
oleh pekerja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan kerja yang dinamis
(Heinrich, 1950; Manuele, 2003)
Kecelakaan kerja terjadi ketika kondisi tidak aman yang
dikombinasikan dengan tindakan tidak aman yang berasal dari
kesalahan individu.
Pendekatan multi-kausalitas alasan (1990)
Proses pengembangan kecelakaan diawali dengan kegagalan laten di
tingkat manajerial untuk peristiwa pemicu lokal di tempat kerja.

Hinze (1996)
Teori gangguan, yang menunjukkan bahwa tuntutan produktivitas dan
kesulitan mengurangi fokus pekerja tentang bahaya, meningkatkan
kemungkinan kecelakaan.

Menurut Abdelhamid dan Everett (2000),


Kecelakaan kerja terjadi karena satu atau lebih penyebab berikut ini:
1) Gagal untuk mengidentifikasi kondisi yang tidak aman yang
ada sebelum kegiatan dimulai atau yang berkembang setelah suatu
kegiatan dimulai.
2) Memutuskan untuk melanjutkan aktivitas kerja setelah pekerja
mengidentifikasi ada kondisi yang tidak aman.
3) Memutuskan untuk bertindak tidak aman terlepas dari kondisi
awal dari lingkungan kerja.
Wilson (1989)
Pekerja biasanya terkena risiko entah karena kurangnya pengetahuan
tentang bahaya di tempat kerja akibat pengalaman dan pengetahuan
yang terbatas atau karena kegagalan untuk berperilaku aman, yang
mungkin berhubungan dengan sikap pekerja terhadap keselamatan atau
meremehkan risiko yang dirasakan.

(Denning, 2006)
Pekerja berpengalaman yang melakukan tugas serupa berulang kali yang
bekerja dalam kondisi tidak aman karena ketergantungan mereka
pada kesuksesan sebelumnya.

Elemen penting untuk meningkatkan performa bagian keselamatan adalah


untuk memiliki tenaga kerja yang kompeten yang dapat mengenali faktor
bahaya kausal dalam lingkungan kerja bersama dengan pemahaman yang
baik tentang hubungan antara pekerjaan-tugas, alat dan kondisi tempat
kerja.
Industri konstruksi perlu mengambil langkah-langkah aktif untuk
meningkatkan keterampilan pekerja dalam menyadari bahaya.
Titik Tolak
1. Mengidentifikasi elemen program pengenalan bahaya saat ini dan
efektif yang diterapkan di berbagai industri seperti pertambangan
konstruksi, manufaktur, kimia penerbangan dan militer.
2. Mengidentifikasi elemen program inovatif tambahan berdasarkan
masukan dan sesi brainstorming dari sebuah panel ahli dari asosiasi
yang mewakili Construction Industry Institute (CII) member
organizations.
3. Mengutamakan strategi yang diidentifikasi berdasarkan kriteria yang
ditetapkan yang diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan dalam
pengaturan pembangunan.
4. Mengisolasi beberapa strategi transformatif yang akan dikembangkan
dan disempurnakan oleh tim ahli dalam tahap akhir penelitian.

Hasil penelitian ini memberikan praktisi konstruksi dengan informasi


yang berguna untuk mengidentifikasi secara stategis elemen
program pengenalan bahaya potensial untuk melengkapi metode
yang ada.
Metode Penelitian

Tahap 1 Tahap 2

mengidentifikasi potensi program mengidentifikasi dan memperbaiki


pengenalan bahaya tinggi tiga strategi yang dipercaya para ahli
berdasarkan literatur dan data memiliki potensi terbesar untuk
yang disediakan oleh organisasi meningkatkan pengenalan bahaya
konstruksi di AS yang telah yang berkaitan langsung dengan
mencapai kinerja keselamatan peningkatan kinerja keselamatan
yang baik

Dilaksanakan oleh 14 ahli konstruksi keselamatan (sebagai


panelis)
Para ahli ini adalah anggota CII (Construction Industry
Institute)
Metode Penelitian
Kualifikasi panelis
1. Masing-masing panelis memiliki lebih dari 10 tahun pengalaman manajemen
keselamatan.
2. Lima anggota panel yang bergelar master dan enam memiliki gelar sarjana di bidang
studi yang berhubungan dengan keselamatan.
3. Tujuh ahli yang bersertifikat keselamatan CSPs (Certified Safety Professionals)
4. lima orang yang bersertifikat Pengelola bahan berbahaya CHMM satu atau lebih anggota
yang telah memperoleh sebutan sebagai berikut:
• Insinyur Profesional (P.E. : professional engineer),
• Teknologi kesehatan dan keselamatan kerja (OSHT : Occupational Health And
Safety Technologist),
• kepatuhan keselamatan dan petugas kesehatan (CSHO : Compliance Safety And
Health Officer)
• bersertifikat kebersihan industri (CIH : Certified Industrial Hygienist)
5. Anggota yang aktif dalam berbagai kelompok keselamatan dan kesehatan seperti ASSE
(American Society of Safety Engineers), Dewan Keamanan Nasional, Asosiasi
Pencegahan Kecelakaan dan dewan keamanan lokal.
Metode Penelitian
Tahap 1: Studi Eksplorasi Untuk Identifikasi Elemen Dari Program
Pengenalan Bahaya
• Pencarian literatur secara mendalam dalam upaya untuk
mengidentifikasi elemen-elemen program pengenalan bahaya yang
digunakan dalam industri seperti; konstruksi, pertambangan,
manufaktur, penerbangan, bahan kimia dan militer.
• panel ahli dengan orientasi singkat untuk studi penelitian dan deskripsi
dari hasil tinjauan literatur dan tim peneliti mengadakan pertemuan
sehari tatap muka yang dimulai.
• para ahli diminta untuk memberikan tambahan strategi identifikasi
bahaya, selain dari yang diidentifikasi dalam literatur.
Secara total, lebih dari 50 strategi identifikasi bahaya diidentifikasi
dari literatur dan data yang disediakan oleh panel ahli.
Di antara strategi diidentifikasi yang ada, beberapa dibuang (misalnya, analisis
pohon kejadian, analisis HAZOP, FMEA) berdasarkan evaluasi panel kesesuaian
masing-masing strategi untuk implementasi berbasis situs dalam industri
konstruksi.
Metode Penelitian
Fase ini menghasilkan 21 program identifikasi elemen bahaya:
Elemen Program Pendeteksi Bahaya Keterangan
Pertemuan pembahasan tolok ukur
sarana untuk mengevaluasi kemampuan identifikasi bahaya oleh kru dan
kualitas keselamatan sebelum
komunikasi untuk menciptakan kesadaran bahaya.
pekerjaan
Peran serta pemimpin senior dalam Sebuah ukuran kuantitatif keterlibatan manajemen dalam proses JSA melalui
proses JSA (Job Safety Analysis) alokasi dan komitmen sumber daya.
Pelaksanaan pelatihan lingkungan alat simulasi berbasis komputer yang melatih petugas untuk mengidentifikasi
secara virtual dan interaktif bahaya menggunakan lingkungan virtual.
Pelatihan kesadaran situasi Program berfokus pada pekerja untuk secara detail mengetahui potensi
keselamatan bahaya sebelum kru memulai pekerjaan
Evaluasi JSA setelah tugas selesai untuk mendapatkan umpan balik tentang
Audit pasca implementasi JSA
bahaya tak dikenal.
Sebuah papan tahan air dipasang di tempat kerja untuk menginformasikan
Papan identifikasi bahaya
potensi bahaya saat pekerjaan berlangsung
Menggunakan alat bantu visual seperti kaset, sinyal, tanda-tanda dan LED
Isyarat visual pencegahan bahaya
untuk menginformasikan bahaya bagi tenaga kerja secara proaktif.
Latihan aktif oleh kru yang menyimulasikan aktivitas yang harus dilakukan
Simulasi fisik wilayah bahaya
sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya yang terkait
Mandor dan pekerja berhadapan satu Mandor dan pekerja berjalan melalui fasilitas kerja, di mana mandor yang
per satu lebih berpengalaman menunjukkan bahaya di lingkungan.
Elemen Program Pendeteksi
Keterangan
Bahaya
Video / Foto memonitor dan Proses umpan balik terus menerus diterima melalui peninjauan pekerjaan
umpan balik sebelumnya diambil sebagai video atau foto.
Keselamatan kerja / analisis Sebuah teknik formal yang berfokus pada tugas-tugas pekerjaan tertentu sebagai
bahaya cara mengidentifikasi bahaya sebelum pekerjaan dimulai.
Metode evaluatif dimana kesulitan tugas dinilai dan praktik kerja yang lebih baik
Penilaian permintaan tugas
dan efisien diusulkan.
Penggunaan bentuk yang sistematis, tapi secara longgar terstruktur sesi diskusi
What-if analyses
pendapat berpedoman pada pertanyaan what-if.
Sebuah mekanisme umpan balik menyangkut kritikan rencana dibentuk untuk
Action plan critique
meningkatkan rencana kerja pelaksanaan.
Recordkeeping and accident Penciptaan Data Base yang mencatat pelajaran dari kecelakaan masa lalu dan
analyses pengalamannya untuk menghindari terulangnya kecelakaan.
Survei area kerja atau proses konstruksi untuk memastikan kesesuaian dengan
Safety checklists
kriteria yang telah ditetapkan.
Method statement review/Work Audit dari rencana kerja tertulis mengelaborasi pada tugas dan kondisi kerja
permitting sebelum mengeluarkan izin tertulis untuk bekerja.
Walk-through safety and health Sebuah metode pengamatan untuk mengidentifikasi kondisi berbahaya aktif,
audit perilaku yang tidak aman melalui sesi peninjauan langsung.
Worker-to-worker observation Sebuah program observasi keselamatan peer-to-peer untuk memberikan umpan
program balik tentang kinerja pekerja sehubungan dengan keselamatan.
Penggabungan teknologi deteksi ke peralatan yang membunyikan alarm, atau
Proactive safety alert systems
dinonaktifkannya perlatan ketika bahaya terdeteksi.
Sebuah studi formal dilakukan sebelum modifikasi proses, atau penggunaan
Pre-use analysis and planning
peralatan baru atau bahan kimia di tempat kerja.
Metode Penelitian
Tahap 2: Short Listing Elemen Program Identifikasi Bahaya Yang
Potensial Untuk Industri Konstruksi
• Mengevaluasi 21 strategi dan mengidentifikasi potensi terbesar untuk
perbaikan transformatif dalam pengenalan bahaya konstruksi.
• Proses penilaian ini dilakukan secara efisien menggunakan NGT, yang
difasilitasi oleh Grouputer, sistem perangkat lunak pendukung
keputusan kelompok.
• NGT memungkinkan para peneliti untuk mendapatkan informasi
pertama selama sesi tatap muka dari para ahli industri dan mendorong
partisipasi dari semua anggota kelompok.
• Grouputer memungkinkan setiap ahli untuk mandiri dan anonim
menilai strategi di layar pribadi pada layar / komputernya sendiri.
• Metode ini memungkinkan sistem rating simultan dan paralel.
• secara efektif mengurangi bias yang dominasi dan ketidaksadaran
kolektif atau efek ikut-ikutan.
Skala yang digunakan untuk menilai strategi berdasarkan kriteria
pada Tabel 2 (1 = sangat tidak setuju; 3 = netral; 5 = sangat setuju)
Metode Penelitian
Tabel 2. kriteria keputusan untuk proses seleksi pilihan
No. Kriteria Keterangan

Strategi ini harus berpusat pada peserta dan


mendorong tenaga kerja untuk terlibat secara aktif
1 Active dalam deteksi bahaya. Strategi ini harus fokus pada
menggunakan indra pekerja dan menggunakan teknik
seperti isyarat visual atau audio.
Strategi ini harus praktis diuji dalam kedua lingkungan
2 Testable
virtual dan nyata.
Strategi ini harus mudah diintegrasikan dengan praktik
Minimize kerja yang ada, harus user friendly dan harus
3
disruptions membutuhkan sumber daya yang wajar untuk
implementasi.
Tingkat implementasi atau kualitas pelaksanaan sistem
4 Measurable
perlu jelas dapat diukur.
Teknik yang akan dilaksanakan harus dengan mudah
5 Feasibility diimplementasikan dengan tingkat teknologi saat ini
tersedia untuk industri konstruksi.
S No. Kriteria Keterangan
Strategi ini harus memungkinkan mudah disposisi
Knowledge pengetahuan untuk tenaga kerja dan harus fokus pada
6
acquisition perbaikan jangka panjang dan retensi pengetahuan
oleh tenaga kerja.
Strategi yang paling mudah beradaptasi dengan kondisi
Scalable
kerja yang berbeda, jenis pekerjaan dan lokasi. Teknik
7 and
ini juga harus mudah diterapkan kepada sekelompok
adaptable
besar pekerja.
Strategi ini harus memiliki potensi untuk membantu
Scenario
8 para pekerja dalam membangun skenario dan harus
building
meningkatkan tingkat saat pengenalan bahaya.
Strategi ini harus berpusat-pekerja dan harus fokus
Worker
untuk mendapatkan pekerja aktif terlibat dalam tujuan
9 participatio
meningkatkan pengenalan bahaya untuk meningkatkan
n
kinerja keselamatan.
profesional keamanan harus melihat janji dalam
10 Potential strategi dalam meningkatkan tingkat pengenalan
bahaya.
Hasil dan Diskusi

• Dari proses penelitian menghasilkan 100 penilaian


yang berkualitas tinggi dari setiap peserta ahli, dari
total 1.400 penilaian. Untuk membandingkan setiap
strategi secara obyektif, ranking rata-rata dihitung
untuk masing-masing kriteria. Artinya, jika strategi
yang diberikan (misalnya, papan identifikasi
bahaya) menerima penilaian tertinggi berdasarkan
kriteria tertentu (misalnya, aktif) oleh sebagian
besar ahli dalam panel, strategi ditandai oleh
penilaian tertinggi untuk kriteria tertentu.
• Hasil analisis untuk 10 strategi terpilih disediakan
pada Tabel 3 dan diurutkan dengan skor efektif
relatif. Karena setiap strategi diatur antara 1 sampai
Hasil dan Diskusi
Tabel 3. Hasil proses rating
Hasil dan Diskusi

Alat Pengukuran Kualitas Pre-job


Safety Meeting.
• Sarana untuk mengevaluasi kemampuan identifikasi bahaya oleh
kru dan komunikasi untuk menciptakan kesadaran bahaya.

Pengembangan & Interactive


Virtualty Training Environment
• Alat simulasi berbasis komputer yang melatih petugas untuk
mengidentifikasi bahaya menggunakan lingkungan virtual.
Hasil dan Diskusi
Alat Pengukuran Kualitas Pre-job Safety Meeting

Alat ini mengakumulasi prakt


terbaik yang penting unt
pengakuan bahaya sukses d
komunikasi.. Setelah sele
dikembangkan, alat ini ak
memungkinkan kru unt
menilai kualitas pertemu
mereka dengan benchmarki
kinerja mereka terhad
praktik terbaik industri.

fase penilaian dan penyesuaian akan memberikan


prosedur yang harus diikuti ketika perubahan
pekerjaan terjadi dan sebuah kesempatan untuk
mengevaluasi pertemuan kualitas dan area dimana
perbaikan selanjutnya diperlukan.
Continous improvement maturity levels
•Pertemuan saftety pra-pekerjaan memenuhi semua
Mature
kriteria standar dan merupakan contoh dari apa yang
ingin terlihat baik.
•Semua komponen pertemuan keselamatan pra-
pekerjaan terpenuhi
•Risiko telah diidentifikasi dan cukup berkuurang.

•Pertemuan keselamatan pra-pekerjaan memenu


sebagian besar kriteria standar dan dengan sedik
Less Mature penyesuaian dapat dilengkapi.
•Sebagian besar risiko telah diidentifikasi dan cukup
berkurang.

•Pertemuan keselamatan pra-pekerjaan memenu


Least sebagian dari standar kriteria.
•Risiko dari insiden besar telah diidentifikasi d
Mature dikurangi namun beberapa resiko masih tetap ada.
Hasil dan Diskusi
Pelaksanaan pelatihan lingkungan secara virtual dan interaktif

•Training virtual ini akan memberikan para


pekerja bebas risiko, dengan ketepatan suara
yang sama dengan lingkungan pekerjaan
sebenarnya dengan mereplikasi kondisi
proyek yang sebenarnya sebagai sebuah
platform untuk meningkatkan kemampuan
pengenalan bahaya
•Lingkungan 3D akan dibuat oleh integrasi
Building Information Modeling (BIM) dan
sebuah database dari foto-foto yang mewak
kondisi proyek menggunakan mesin
permainan yang terpercaya
Hasil dan Diskusi

• Sebuah asumsi yang dibuat dalam analisis adalah bahwa ada kesesuaian atau
kesepakatan antara para panelis dalam proses penilaian. Koefisien Kendall
digunakan untuk mengukur kesepakatan antara penilaian panel ahli.
• Statistik ini menguji apakah ada konsistensi dalam penilaian antara para ahli.
Jika koefisien pada daftar adalah secara statistik signifikan pada sebuah level
penting yang sudah dikenal (misalnya, 0,05), maka H nol bahwa penilaian –
penilaian penting tidak disetujui dapat ditolak dan hipotesis alternatif dapat
diterima.
• Koefisien Kendall pada daftar untuk setiap kriteria ditunjukkan pada Tabel 3.
Semua yang penting untuk a = 0,05. Tingkat kesepakatan juga sebanding
dengan studi penelitian lainnya yang berfokus pada konsensus pemesanan.
• Karena sejumlah kriteria dinilai lebih besar dari tujuh, nilai chi-square
dihitung seperti yang disarankan oleh Siegel dan Castellan (1998) dan Chan,
et al. (2010). Berdasarkan distribusi chi-kuadrat dengan sembilan derajat
kebebasan dan tingkat signifikansi 0,05, nilai kritis adalah 16,92. Nilai chi-
square untuk setiap ukuran kriteria ditunjukkan pada Tabel 3. Karena semua
lebih besar dari nilai kritis dapat disimpulkan bahwa ada keselarasan antara
penilaian-penilaian terbaik.
Kesimpulan
• Peran penting manajemen risiko keselamatan adalah untuk
mengidentifikasi bahaya dan mengurangi risiko terkait dengan
program keselamatan kerja.
• Tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa industri konstruksi
sangat buruk dalam menejemen resiko keselamatan.
• Meskipun penelitian telah mengungkapkan berkurangnya bahaya
dalam industri (Carter & Smith, 2006), telah dilakukan penelitian
mengidentifikasi cara yang efisien untuk membuat perbaikan.
• Strategi paling yang diprioritaskan menggunakan penilaian yang
diberikan oleh panel ahli.
• Berdasarkan analisis keselamatan sebelum bekerja (pre-job) alat
ukur kualitas pertemuan muncul sebagai strategi yang paling efektif
untuk meningkatkan pengenalan bahaya.
• Penelitian lain juga menekankan pentingnya alat ukur kualitas
pertemuan keselamatan untuk meningkatkan komunikasi bahaya
dan kesadaran (Hallowell & Gambatese, 2009)
Kesimpulan
• Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh praktisi keselamatan
konstruksi dan manajer konstruksi untuk mengidentifikasi program
pengenalan potensi bahaya dengan metode yang sudah ada.
• Keterbatasan utama dari penelitian ini adalah panel ahli hanya
diwakili profesional dari organisasi anggota CII.

Anda mungkin juga menyukai