Anda di halaman 1dari 54

UPT PUSKESMAS CIPATUJAH

 Rubela adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh Virus
 Penularan melalu droplet bersin atau ingus
yang terinfeksi
 Nama lain Rubela = Campak jerman
 Kebanyakan orang merupakan penyakit
ringan
 Bila menyerang wanita hamil bisa
menyebabkan cacat bawaan pada bayinya
 Biasanya terjadi pada anak-anak
 Vaksinasinya baru ditemukan tahun 1980 dan
lambat laun penyakit ini dapat diberantas.
 Penyebab utamanya campak jerman adalah virus rubella. Biasanya tersebar ketika
penderita mengalami bersin dan batuk. Bisa saja melalui kontak secret langsung.
Yakni dengan ingus atau lendir penderita.
 Penularan Virus Rubella
 Melalui ibu hamil ke pada anak
Virus rubella bisa menular dengan penularan secara langsung melalui tubuh.
Biasanya terjadi pada ibu yangsedang mengandung janin. Maka otomatis secara
tidak langsung si anak akan tertular.
 Daging setengah matang
Memakan daging setengah matang membawa kemungkinan seseorang dapat tertular.
Sebab hewan yang terinfeksi dimasak belum matang. Sehingga virus yang ada pada
daging masuk ke dalam tubuh manusia
 Transplantasi organ
Adanya transplantasi organ dengan seseorang yang terkena virus rubella juga
memungkinkan seseorang terkena rubella. Sebab secara tidak langsung darah yang
penderita secara tidak langsung masuk ke dalam tubuh kita.
 Hubungan seksual
Melakukan hubungan seksual dengan seseoarang yang terkena virus campak juga
mampu beresiko tertular. Sebab kemungkinan secara tidak langsung lendir penderita
masuk ke orang lain yang belum terkena.
 Cara untuk mendiagnosis seseorang terkena virus
rubella adalah dengan menggunakan tes darah
dan kultur tenggorokan. Anda juga harus
mempelajari riwayat kesehatan medis serta
melakukan tes pemeriksaan fisik secara lengkap
dan detail.
 Dengan melakukan tes ini, akan mengetahui
jenis antibody apa yang dihasilkan. Serta mampu
mendeteksi apakah seseorang tersebut sudah
pernah melakukan vaksinasi atau belum.
 Seseorang yang terkena virus ini tidak langsung terserang
penyakit. Namun biasanya setelah 2 sampai 3 minggu masa
inkubasinya. Gejala yang muncul adalah :
 Suhu tubuh naik (demam) sekitar 37,5 – 38,5 derajat celcius
 Kepala pening
 Pilek sampai hidung mampet
 Mata memerah, bahkan sampai meradang
 Mengalami inflamasi kelenjar getah bening di bagian belakang
leher dan telinga
 Sendi nyeri (hanya beberapa orang yang mengalami)
 Setelah 3 hari kemudian, muncul ruam merah muda dibagian
wajah dan ke seluruh tubuh
 Meskipun campak hanya berlangsung selama 3 hari, namun
pembengkakan terjadi selama 1 minggu. Selain itu nyeri sendi
berlangsung lebih lama, selama 2 minggu.
 Dalam kasus yang jarang terjadi rubella
dapat mengakibatkan komplikasi serius.
 Dalam satu dari 6.000 kasus, rubella dapat
menyebabkan radang otak;
 Dalam satu dari 3.000 kasus, rubella dapat
mempengaruhi pembekuan darah.
 Masa inkubasi rubella adalah 14-21 hari,
kebanyakan orang mengalami ruam antara
14-17 hari setelah paparan.
 Pada wanita hamil , Virus ini dapat
menyebabkan sejumlah cacat lahir yang
dikenal sebagai sindrom rubella bawaan
(Congenital Rubella Syndrom/CRS).
 Cacat lahir ini termasuk cacat mental,
katarak, tuli, ketidaknormalan jantung
(penyakit jantung kongenital) dan
pertumbuhan janin lebih lambat dari janin
normal.
 Risiko bayi yang terkena CRS dan keparahan dari
cacat lahir tergantung di usia kehamilan ketika
ibu terkena rubella:
 Jika ibu terkena infeksi rubella ketika usia
kehamilan menginjak 11 minggu, risiko CRS
adalah sebesar 90%
 Jika ibu terkena infeksi rubella ketika usia
kehamilan antara minggu ke 11–16, risiko CRS
adalah sebesar 10-20%
 Jika ibu terkena infeksi rubella ketika usia
kehamilan antara minggu ke 16-20, risiko CRS
minimal yaitu tuli
 Jika ibu terkena infeksi rubella ketika usia
kehamilan di atas minggu ke-20, tidak ada
peningkatan risiko CRS
 Segera ke dokter untuk mendapatkan obat
simptomatik
 Konsumsi makanan yang bergizi , sayuran dan
buah-buahan.
 Istirahat yang cukup
 Jaga jarak dengan lingkungan untuk
mengurangi penularan dan mempercepat
proses penyembuhan.
 Cara yang paling efektif untuk mencegah rubella
harus diimunisasi dengan campak, gondok dan
rubella (MMR).
 Vaksin MR diberikan kepada anak-anak sebagai
bagian dari program vaksinasi rutin. Dosis
pertama diberikan pada sekitar 12-13 bulan dan
dosis kedua sebelum mereka mulai sekolah,
biasanya antara tiga sampai lima tahun
 Vaksin MR ini termasuk vaksin tambahan dan
harganya cukup mahal,,,,sekarang vaksin MR
akan diberikan gratis pada bulan Agustus dan
September untuk Usia 9 bulan – 15 tahun.
Definisi: penyakit infeksi virus akut,
sangat menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium inkubasi,
prodormal dan erupsi

Penyebab : virus campak Myxovirus


Viridae Measles
Cara penularan : percikan ludah dan
melalui jalan napas.

Komplikasi berat : radang paru,


https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-
radang otak, diare, radang telinga,
immunization-week/
dehidrasi, kematian
Gejala :

- Demam,
- Bercak kemerahan ,
- Batuk, pilek,
- Konjungtivitis (mata merah)
- Selanjutnya timbul ruam pada
muka dan leher, kemudian menyebar
ke tubuh dan tangan serta kaki.

BAB 2 16
 sakit berat  kematian
 tidak mau makan minum  gizi buruk
 diare berat
 infeksi paru (pneumonia)  kematian
 memperberat penyakit Tb paru
 radang otak
 Dapat menimbulkan wabah/KLB
 Meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap
campak dan rubella secara cepat
 Memutuskan transmisi virus campak dan rubella
 Menurunkan angka kesakitan campak dan rubella
 Menurunkan angka kejadian CRS
Penguatan imunisasi rutin campak dengan minimal
cakupan 95% di semua level
Imunisasi campak lanjutan usia 18 bulan
Crash program campak pada balita di 183 kab/kota risiko
tinggi bulan Agustus 2016
Kampanye imunisasi MR (catch up campaign) tahun 2017-
2018 untuk anak 9 bulan – <15 tahun
Introduksi vaksin MR ke dalam program imunisasi rutin
tahun 2017-2018
• Menurunkan angka
kesakitan Rubella/CRS
95%, dari angka
tahun 2008
2020
•Cakupan campak dosis pertama minimal 95%
secara nasional
•Cakupan campak dosis kedua minimal 95%
thn 2018
•Fully investigated semua kasus KLB campak
•Surveilans Campak Berbasis Kasus Individu
Eliminasi (Case Based Measles Surveillance) diterapkan
dengan minimal 50% pemeriksaan spesimen
Campak mulai tahun 2014.

2020
• Introduksi imunisasi rubella tahun
2017-2018
Kontrol • Penguatan suveilans rubella &
Rubela/Congine pengembangan surveilans CRS
ntal Rubella mulai thn 2014
Syndrom (CRS)
Sasaran Kampanye Imunisasi MR
Seluruh anak usia :
9 bulan - <15 tahun

Diberikan tanpa melihat


status imunisasi maupun riwayat
penyakit campak dan rubella
sebelumnya
Tempat Pelaksanaan
 Pelayanan Imunisasi dilakukan di pos-pos pelayanan
imunisasi yang telah ditentukan

 Sekolah2 : PAUD, TK, SD & sederajat


SMP & sederajat
 Posyandu, Polindes, Poskesdes
 Puskesmas, Pustu
 RS
 Fasyankes lainnya
Waktu dan Periode Pelaksanaan
Pelaksanaan Kampanye Imunisasi MR di Indonesia
dibagi 2 fase :
- Fase 1 : Agustus – September 2017: seluruh P. Jawa

- Fase 2 : Agustus – September 2018


Sumatera,Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara, Maluku, Papua

Dilaksanakan dalam kurun waktu 2 bulan termasuk sweeping


Sweeping:
menjangkau sasaran yang belum diberikan imunisasi , al:
sakit, bepergian, orang tua sibuk, tidak mengetahui
adanya kampanye MR / alasan lain
STRATEGI Pelaksanaan

TARGET

diperlukan strategi agar


mencapai target yang diharapkan
1. Skema Pelayanan di sekolah

2. Skema Pelayanan di posyandu


 KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak
diinginkan yang terjadi setelah pemberian
imunisasi, kejadian ikutan ini tidaklah harus
memiliki hubungan sebab akibat dengan
vaksin.
 Kejadian ikutan dapat berupa gejala yang
membuat tidak nyaman atau tanda klinis
penyakit tertentu, atau hasil laboratorium
yang tidak normal
Sumber: WHO. Causality Assessment of an Adverse Event Following Immunization (AEFI): user
manual for the revised WHO classification. 2013; p.2. Dapat diakses pada: http://in.vaccine-safety-
training.org/
1. Reaksi vaksin
2. Kesalahan program / teknik pelaksanaan
imunisasi
3. Reaksi suntikan
4. Faktor kebetulan (Koinsidens)
5. Tidak diketahui

Klasifikasi lapangan dipakai pada


pencatatan & pelaporan KIPI
Bahan aktif = Antigen
Sebagai tambahan, vaksin juga mengandung: antara lain :

Komponen Fungsi Contoh


Adjuvan Meningkatkan respon imun terhadap Garam aluminium
vaksin

Pengawet Mencegah kontaminasi bakteri atau jamur Thiomersal


terhadap vaksin

Aditif/ tambahan Mestabilkan vaksin dari kondisi Gelatine


merugikan seperti freeze-drying atau
panas, untuk menjaga potensi vaksin

Residual dari Agen peng-non-aktif Formaldehide


proses
Antibiotik – mencegah kontaminasi Neomycin, streptomycin,
pembuatan
bakteri selama proses pembuatan polymyxin B
Protein telur – beberapa virus vaksin Influenza, yYllow fever
tumbuh di sel embrio ayam
Vaksin HepB
Ragi protein

Immunisation Department, Centre for Infections


Komponen Aktif

Komponen aktif vaksin Antigen

Ada beberapa mekanisme untuk mendapatkan


komponen aktif
 Melemahkan virus atau bakteri
Varicella, rotavirus, MMR

 Membunuh virus atau bakteri


 Dibunuh dengan bahan kimia seperti formaldehid
 Hepatitis A, influenza
Sering sekali * > 1/10 > 10%

Sering > 1/100 - < 1/10 > 1.0 % - < 10%

Jarang > 1/1,000 - < 1/100 > 0.1 % - < 1 %

Jarang sekali > 1/10,000 - < 1/1,000 > 0.01% - < 0.1%

Sangat jarang < 1/10,000 < 0.01%


sekali *

Global Manual Surveillance AEFI. WHO 2014


Vaksin Reaksi lokal Demam >38oC Rewel, tdk
(nyeri,pembengkakan, enak badan &
kemerahan) gejala sistemik

BCG 90 – 95 % - -
Hib 5 – 15 % 2 – 10 % -
Hep B Dws: 15 % ; Anak: 5 % - 1–6 %
Measles/ ~10 % 5 – 15 % 5 % ruam
MMR
Polio - <1% < 1 %**
(OPV)
~10 %* ~10 % ~25 %
DTP Sampai 50 % Sampai 50 % Sampai 55 %
(pertusis)
* Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pd booster, bisa sampai 50-85%
** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta
dosis
BCG Lymfadenitis Supuratif 2-6 bulan 100-1000
BCG osteitis 1-12 bulan 1-700
BCG Diseminata 1-12 bulan 2
Hib Tidak diketahui -
Hep B Anafilaksis 0-1 jam 1-2
Sindrom Guillain Barré 1-6 minggu 5
Measles/ Kejang demam 5-12 hari 333
MMR Trombositopenia 15-35 hari 33
Anafilaksis 0-1 jam 1-50
Ensefalopati - <1
Polio (OPV) Vaccine-associated paralytic 4-30 hari 0.76-1.3
poliomyelitis (VAPP) (dosispertama)
Risiko meningkat pada dosis 0.17 (dosis
pertama, dewasa, dan berikutnya)
penderita imunokompromais 0.15 (kontak)
Tidak steril Infeksi
 Pemakaian ulang alat  Abses lokal di daerah
suntik / jarum suntikan
 Sterilisasi tidak sempurna  Sepsis, sindrom syok
 Vaksin / pelarut toksik
terkontaminasi
 Pemakaian sisa vaksin utk  Infeksi penyakit yang
beberapa sesi vaksinasi ditularkan lewat darah:
hepatitis, HIV
Salah pakai pelarut  Abses lokal karena kurang
vaksin kocok
 Pemakaian pelarut vaksin  Efek negatif obat, mis.
yg salah insulin
 Memakai obat sbg vaksin  Kematian
atau pelarut vaksin  Vaksin tidak efektif
Kesalahan Program Perkiraan KIPI
Penyuntikan salah tempat  Reaksi lokal / abses
 BCG subkutan
 Reaksi lokal / abses
 DPT/DT/TT kurang dalam
 Suntikan di bokong  Kerusakan Nervus
Isiadikus
Transportasi /  Reaksi lokal akibat
penyimpanan vaksin vaksin beku
tidak benar
 Vaksin tidak aktif
(tidak potent)
 Tidak terhindar dari
Mengabaikan indikasi
kontra reaksi yang berat

Kesalahan Program Perkiraan KIPI


Vaksin Indikasi Kontra
SEMUA Reaksi anafilaksis terhadap vaksin/
vaksin komponennya; demam yang berat
DTP Anafilaksis terhadap dosis sebelumnya atau
terhadap salah satu komponennya
Campak Reaksi berat pada vaksinasi sebelumnya,
gangguan imunitas bawaan atau didapat
(tetapi bukan HIV tanpa gejala), kehamilan
Mumps Defisiensi imun didapat / imunosupresi, alergi
neomycin, gelatin. Hindari kehamilan meskipun
belum ditemukan adanya gangguan pada
kehamilan.
Hepatitis B Anafilaksis pada dosis sebelumnya
Yellow fever Alergi telur, defisiensi imun, HIV simptomatik,
hipersensitifitas pada dosis sebelumnya,
 Reaksi suntikan langsung
 Rasa sakit, bengkak & kemerahan
 Reaksi suntikan tidak langsung
 Rasa takut / cemas
 Nafas tertahan
 Pernafasan sangat cepat  light headedness, dizziness
 Pusing, mual / muntah  anak-anak
 Kejang  kasus jarang
 Pingsan / Sinkope  sering, anak-anak lebih tua & dewasa
 Hysteria massal
3
1 2 4
Reaksi yang
Reaksi yang Reaksi yang Reaksi yang 5
berhubungan
berhubungan berhubungan berhubungan
dengan Koinsiden
dengan produk dengan defek dengan
kesalahan
vaksin kualitas vaksin kecemasan
prosedur

CONTOH CONTOH
Kegagalan CONTOH Demam
CONTOH
pabrik vaksin Transmisi Vasovagal setelah
CONTOH untuk syncope imunisasi
infeksi
Trombositope- menginaktivas pada (hubungan
melalui vial
nia pasca i secara seorang sementara)
multidosis
pemberian komplit suatu dewasa dan parasit
yang
vaksin campak lot vaksin IPV muda malaria
terkontami-
yang nasi setelah yang
menyebabkan imunisasi. diisolasi dari
polio paralitik darah.
 Agustus – September 2017
 Anak usia 9 bulan - < 15 tahun
 Walau imunisasi dasar dan lanjutan sudah lengkap
 Disuntikkan di lengan kiri atas
 Kontra indikasi:
 Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi
 Wanita hamil
 Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya
 Kelainan fungsi ginjal berat
 Decompensatio cordis
 Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah
 Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn)
 Tunda :
 Sedang demam
 Sedang batuk pilek
 Sedang diare
 Vaksin buatan Biofarma Bandung  AMAN dan TERJAMIN kualitasnya
 Vaksin MR sangat aman
 Reksi Lokal:
 Nyeri di lokasi suntikan
 Bengkak di lokasi suntikan
 Merah di lokasi suntikan
 Reaksi sistemik:
 Demam (hari ke 5 dan 6 pasca imunisasi) selama 5 hari  beri obat penurun
panas
 malaise
 kulit bintik-bintik merah (hari ke 7 – 10 pasca imunisasi) selama 2 – 4 hari

 KIPI serius:
 Anafilaksis
 Penangulangan :
 Demam, nyeri : beri obat demam / nyeri
 Demam , gelisah : minum sering, baju tipis
 Kulit bintik-bintik merah : mandi, beri bedak
 Pada sasaran yang lebih besar bisa terjadi reaksi
kecemasan berupa pingsan (bedakan dengan
anafilaksis)
 Reaksi kecemasan ringan ditandai oleh ekspresi
wajah yang penuh kecemasan dan pucat disertai
gejala-gejala hiperventilasi, sakit kepala ringan,
pusing, kesemutan di tangan dan sekitar mulut
 Pada pingsan tanda vital masih normal, bisa
diatasi dengan membaringkan penderita secara
terlentang
 KIPI yang koinsiden harus diwaspadai -->
penapisan status kesehatan anak penting

Anda mungkin juga menyukai