Anda di halaman 1dari 19

BERMAIN

1. Annisa Luthfiyatul H P3.73.20.3.15.007


2. Ekawanta Daulay P3.73.20.3.15.017
3. Lufti Hidayanti P3.73.20.3.15.027
4. Pingkan Septiani P3.73.20.3.15.038
5. Widya Rahmasari P3.73.20.3.15.048
PENGERTIAN BERMAIN
• Bermain, menurut Smith and Pellegrini (2008)
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-
cara menyenangkan, tidak diorientasikan pada
hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif.

• Menurut Diana (2010) bermain adalah kegiatan


yang sangat penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan anak. Bermain harus dilakukan
atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu
sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa
senang, sehingga semua kegiatan bermain yang
menyenangkan akan menghasilkan proses
belajar pada anak.

• Menurut Mutiah, (2010. Hal:91) anak-anak


belajar melalui permainan. Pengalaman bermain
yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak
lain, dan dukungan orang dewasa membantu
anak-anak berkembang secara optimal
Pengertian bermain

Bermain merupakan seluruh


aktivitas anak termasuk bekerja,
kesenangannya, dan merupakan
metode bagaimana mereka mengeanl
dunia.
Bermain adalah unsur yang
penting untuk perkembangan anak baik
fisik, emosi, mental, intelektual,
kreativitas dan sosial. Anak yang
mendapat kesempatan cukup untuk
bermain akan menjadi orang dewasa
JENIS PERMAINAN
Menurut Sudarna (2014: 163-164) ada dua macam permainan anak ,yakni permainan
aktif dan pasif.

1. Pertama, permainan aktif.


Bermain bebas dan spontan atau ekplorasi
 Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak
ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Perhatian pertama anak pada alat
bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat
permainan, mencium, dan kadang – kadang berusaha membongkar.
 Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut
menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut
sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan ekperimen
atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.
Drama
 Dalam drama, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang
dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam media massa.

journal.stainkudus.ac.id/index.php/thufula/article/download/1421/pdf
www.e-jurnal.com/2017/05/bermain-sebagai-metode-pembelajaran.html
LANJUTAN...
Bermain Musik
 Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku
sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam
memproduksi musik, bernyanyi, berdansa, atau memainkan alat musik.

Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu


 Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi
lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-
benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong
untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

Permainan olah raga


 Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga
sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong
sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran
pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.
LANJUTAN...
2) Kedua, permainan pasif
Membaca
 Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan
memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anak pun
akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.
Mendengarkan radio
 Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif
maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah
pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila
anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan,
kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.
Menonton televisi
 Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh
positif maupun negatifnya.
Alat Permainan
Alat permainan pada anak merupakan alat
permainan yang edukatif yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak dan juga
di sesuaikan dengan usia dan tingkat
perkembangannya serta berguna untuk
perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif dan
aspek sosial.
Contoh alat permainan balita dan perkembangan yang distimuli
1. Pertumbuhan fisik / motorik kasar
Sepeda roda tiga / dua, bola, mainan yang di tarik –tarik dan
didorong, tali dan lain lain.
2. Motorik halus
pensil, bola, balok, lilin dan lain-lain
3. Kecerdasan / Kognitif
Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka, pensil
warna, radio dan lain – lain.
4. Bahasa
Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV dan lain
– lain
5. Menolong Diri sendiri
Gelas / piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki dan lain
– lain
6. Tingkah Laku Sosial
Alat permainan yang dapat dipakai bersama, misalnya
congklak, kotak pasir, bola, tali dan lain - lain
Karakteristik Bermain Sesuai Tahap
Perkembangan
1. Bayi ( 1 bulan )
- Secara visual permainan dapat dilihat dalam
jarak dekat. Contoh : Memberi dalam warna
terang atau mencolok
- Berbicara, menyanyi atau bercanda adalah
permainan yang dapat merangsang
pendengaran.
- Secara Taktil : Memeluk dan menggendong
(memberi kehangatan)
- Seacara Kinetik : Mengajak bayi berjalan
dengan kereta bayi.
2. Bayi ( 2 – 3 bulan )
- Secara visual permainan dapat dilakukan dengan
membuat ruangan terang atau memasang gambar di
dinding
- Untuk merangsang pendengaran permainan dapat
dilakukan dengan berbicara dengan bayi, mainan dengan
bunyi – bunyian.
- Secara Taktil : Permainan dapat dilakukan dengan
membelai bayi saat memandikan, mengganti pakaian atau
menyisir rambu
- Secara Kinetik : Mengajak bayi berjalan – jalan dengan
kereta bayi atau gerakan berenang pada saat mandi
3. Bayi ( 6 – 9 bulan )
- Visual : Bermain dengan warna yang bergerak atau bunyi
yang lebih khas atau berbicara sendiri di depan kaca atau
merobek robek kertas
- Untuk pendengaran : Lakukan memanggil nama,
menyebutkan bagian tubuh, belajar bertepuk tangan atau
memberi perintah yang sederhana
- Secara Taktil : Permainan yang dilakukan dengan cara
meraba bermacam – macam tekstur dan ukuran bermain
dengan air yang mengalir atau berenang
- Secara Kinetik : Bermain dengan kereta bayi, berjalan,
meletakkan mainan agak jauh lalu anak di anjurkan untuk
mengambilnya
4. Bayi ( 9 – 12 bulan )
- Visual : Memperlihatkan gambar – gambar
dalam buku atau mengajak jalan di rummput,
menunjukkan bangunan yang agak jauh
- Pendengaran : Menunjukkan bagian tubuh dan
menyebutkannya dan mempekenalkan suara
binatang
- Taktil : Memberi makanan yang dapat di
pegang, mengenalkan benda dingin atau panas.
- Kinetik : Beri mainan yang dapat di tarik atau di
dorong
5. Toodler ( 2 – 3 tahun )
- Anak sudah dapat : berjalan, memanjat, berlari
dan dapat memainkan sesuatu dengan
tangannya, senang melempat, mendorong atau
mengambil sesuatu.
- Anak mulai mengerti arti memiliki
- Karakteristik bermain : Paralel play, anak
toodler sering bertengkar memperebutkan
mainan.
- Anak mulai menyenangi musik atau irama
6. Pre School ( 3 – 5 tahun )
- Perkembangan anak pada motorik kasar dan
motorik halus, anak dapat melompat. Berlari
atau memainkan sepeda
- Anak sangat energik dan juga imaginatif,
anak sudah dapat bermain dengan kelompok.
- Karateristik bermain : Asosiatif play,
dramatic play dan skill play
7. Usia Sekolah ( 6 – 12 tahun )
- Anak bermain kelompok dengan jenis
kelamin sama dan dapat belajar independen,
cooperative, bersaing atau menerima orang
lain dan tingkah laku yang diterima
- Karakteristik bermain : Cooperative Play
- Untuk anak laki – laki sifat permainannya
mekanikal sedangkan anak perempuan
mother role
8. Adolescent ( 13 – 18 tahun )
- Anak dapat bermain dalam kelompok
- Jenis permainan sepak bola, basket,
badminton, mendengar musiK, menonton TV
serta membaca buku.
Tahapan Perkembangan Bermain
Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah
sebagai berikut:
1) Permainan Sensori Motorik (± 3/4 bulan – ½ tahun).
Bermain diambil pada periode perkembangan
kognitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang belum
dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Jadi
pengulangan dari hal-hal sebelumnya dan disebut
reproductive assimilation.

2) Permainan Simbolik (± 2-7 tahun)


Merupakan ciri periode pra operasional yang
ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan bermain
khayal dan bermain pura-pura.
3) Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8-11 tahun)
• Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam
kegiatan games with rules dimana kegiatan anak lebih
banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.

4) Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11


tahun keatas)
• Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah
olahraga. Kegiatan bermain ini menyenangkan dan
dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih
ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan
dengan permainan yang tergolong games seperti kartu
atau kasti.
Mengapa Anak Harus Bermain?
Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan
anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan
sosial.
Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta
kelemahannya sendiri, minatnya, dan cara menyelesaikan
tugas-tugas dalam bermain serta meningkatkan daya
kreativitas.
Melalui bermain anak tidak hanya menstimulasi
pertumbuhan otot-ototnya, anak tidak hanya sekedar
melompat, melempar, atau berlari tetapi mereka bermain
dengan menggunakan seluruh emosinya, perasaannya
dan pikirannya.

Anda mungkin juga menyukai