Anda di halaman 1dari 14

MUSCULOSKELETAL

By. MK Widodo
Diagnosis Cedera pada Sistem Muskuloskeletal

Diagnosis merupakan salah satu langkah yang ditempuh untuk mendapatkan


hasil yang pasti dalam menentukan jenis suatu penyakit.

Penegakan diagnosis cedera pada sistem muskuloskeletal sebaiknya disebut


kan jenis tulang atau bagian tulang (proksimal, tengah, distal, lateral, medial),
komplit atau tidak, bentuk garis patah, jumlah garis patah, bergeser ,tidak
bergeser, terbuka atau tertutup dan komplikasi bila ada.

Demikian pula dengan cedera otot, ligament, ataupun sendi.


Tahapan diagnosis
1. Anamesis

Bila tidak ada riwayat ( pernah mengalami patah tulang ), berarti


trauma patologis.
Trauma harus terperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenis
nya, berat-ringan trauma, arah trauma, dan posisi pasien atau
ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).

Trauma perlu diteliti kembali di tempat lain secara sistematik dari k


epala, muka, leher, dada, dan perut.
2. Pemeriksaan umum

Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti


syok pada cedera (fraktur, fraktur pelvis, fraktur terbuka),
pemeriksaan ABC, pemeriksaan tanda vital(nadi,blood pre
ssur, suhu, frekuensi pernapasan, skala nyeri dll), dan
pemeriksaan tanda-tanda sepsis pada cedera terbuka
kemungkinan besar mengalami infeksi
3. Pemeriksaan status lokalis
a. Look,
Cari apakah terdapat:
1. Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi,
dan pemendekan
2. Functio laesa (hilangnya rasa).
3. Membandingkan ukuran panjang tulang (kesimetrian)

b. Feel,
Apakah terdapat nyeri tekan.
Pemeriksaan sumbu tidak dilakukan lagi karena akan menambah
trauma.
c. Move,
Untuk mencari
1. Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan.
2. Nyeri bila digerakkan,baik pada gerakan yang aktif maupun pasif
.
Ciri-ciri patah tulang antara lain:
 Situasi sekitar menimbulkan dugaan bahwa telah terjadi cedera (tulang mencuat
keluar kulit)
 Terasa nyeri yang menusuk pada area cedera
 Terjadi pembengkakan, ini disebabkan oleh darah dan cairan tubuh lain yang me
ngumpul di sekitar area cedera
 Kelainan bentuk, kadang-kadang kepatahan tulang menyebabkan bentuk yang
tidak biasa atau pembengkokan dari bagian tubuh.
 Hilangnya kemampuan gerak, penderita mungkin bisa sedikit mengerakkan
bagian yang cedera, tetapi tidak bisa mengerakkan secara penuh.
Laboratorium
 Darah Lengkap
 Kimia Klinik
 Urinnalisa

Radiologi
 Foto X-Ry (Antero Posterior (AP) dan Lateral)
 CT Scan (Computerised Tomography Scan)
 MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)


 EMG (Elektromiografi)
Dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot
yang mengalami cedera )
Beberapa tes yang dapat dilakukan untuk
cedera sistem muskuloskeletal dan saraf
1. Flick's sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-jar
inya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa
CTS ( Carpal Tunnel Syndrom). Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai
pada penyakit Raynaud .

2. Thenar wasting.
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar :
Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipe
rtemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari
-jari tersebut.
Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan yg
rumit seperti menulis atau menyulam
3. Wrist extension test.
Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong di
agnosa CTS.

4. Phalen's test.
Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.
Tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosis CTS.
5. Torniquet test
Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensi
meter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.

6. Tinel's sign
Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
7. Pressure test
 Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari.
Bila dalam waktu kurang dari 2 menit detik timbul gejala seperti CTS, tes ini
dinyatakan positif

 Luthy's sign (bottle's sign).


Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau
gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan
rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosis.
Kelompok
1. Manual Muscle Testing (MMT)
2. Bone Mineral Density (BMD)
3. Range Of Motion (ROM)
4. Body Mecanic
5. Body Alignment
6. Anatomi Skeletal
7. Anatomi Muscle

Anda mungkin juga menyukai