Anda di halaman 1dari 48

T R A N S FB A O R

GIAN 4
M A T O R

KELOMPOK 1:

Nurfadhilah Maris (21060115060001)


Yopi Marissa Sihite (21060115060007)
Mikail Zarkasi (21060115060014)
Fathin Nur Akmal Habib (21060115060018)
Andika Sinaga (21060115060022)
1.16 Penyederhanaan Diagram
Diagram vektor Gambar 1-82
kemungkinan besar disederhana
kan jika arus tanpa beban 𝐼0
diabaikan. Saat 𝐼0 adalah 1
sampai 3 persen beban penuh 𝐼1
arus primer, mungkin dapat
diabaikan tanpa kesalahan yang
serius. Gambar 1-83 menunjukan
diagram dari Gambar 1-82
dengan 𝐼0 dihilangkan brsamaan.
Pada gambar 1-82 𝑉2 , 𝑉1 , ∅2 telah diketahui, oleh
karena itu 𝐸2 dapat dicari dengan menambahkan
vektorial 𝐼2 𝑅2 dan 𝐼2 𝑋2 ke 𝑉2 . Demikian pula, 𝑉1
diberikan oleh penjumlahan dari 𝐼1 𝑅1 dan 𝐼1 𝑋1 ke
𝐸1 . Semua tegangan pada sisi primer dapat
ditransfer ke sisi sekunder seperti yang ditunjukan
pada gambar, sisi atas dari diagram dirotasi penuh
1800 . Namun, perlu dicatat bahwa setiap tegangan
atau rugi tegangan harus dikalikan dengan
perbandingan transformasi K.
Bagian bawah pada diagram telah dipisahkan di gambar 1-
83 diletakkan secara horizontal dimana vektor 𝑉2
disejajarkan dengan sumbu X.

Ini merupakan hal sederhana untuk menemukan peraturan


transformator seperti ditunjukkan pada Gambar 1.83 atau
gambar 1.84.
Dan dapat dituliskan sebagai :
𝑉2 = 𝐾𝑉1 - 𝐼2 (𝑅02 +𝑗𝑋02 ) = 𝐾𝑉1 − 𝐼2 𝑍02
Dimana : 𝑉1 = (𝑉2 +𝐼2 𝑍2 )/𝐾
1.17 Perkiraan Rugi Tegangan Transformator
Saat transformator dalam keadaan tidak
berbeban, maka 𝑉1 kurang lebih sama
dengan 𝐸1 . Oleh karena itu, 𝐸2 = 𝐾𝐸1 =
𝐾𝑉1 . Begitu juga, 𝐸2 = 0 𝑉2 dimana 0 𝑉2
merupakan tegangan terminal sekunder
tanpa beban, dengan demikian pada saat
tidak berbeban tegangan terminal
sekundernya adalah 𝐾𝑉1 . Tegangan
sekunder dalam kondisi berbeban adalah
𝑉2 . Maka perbedaan diantara keduaya
adalah 𝐼2 𝑍02 seperti pada Gambar 1-78.
Perkiraan rugi tegangan dari transformator
merujuk sekunder sebagai patokan ,maka:
Dengan O sebagai pusat dan jari jari OC menarik busur
memotong OA yang berada pada M. Jumlah rugi tegangan
𝐼2 𝑍02 = AC = AM yang kurang lebih sama dengan AN.
Berawal dari B, kemudian BD tegak lurus pada OA. Garis
CN tegak lurus terhadap OM dan garis BL sejajar terhadap
OM.
Perkiraan rugi tegangan = AN = AD +DN = 𝐼2 𝑅02 cosϕ
+𝐼2 𝑋02 sinϕ dimana 𝜙1 = 𝜙2 =ϕ

(a) Gambar 1.86 (b)


Ini merupakan hasil perkiraan drop tegangan untuk
factor daya lagging. Perbedaan angka-angka untuk satu
kesatuan dan factor daya leading masing-masing ditunjukkan
pada Gambar 1-86 (a) dan (b).

Perkiraan drop tegangan untuk factor daya yang


leadingmenjadi
(𝐼2 𝑅02 cosϕ - 𝐼2 𝑋02 sin𝜙)
Pada umumnya, perkiraan drop tegangan adalah:
(𝐼2 𝑅02 cosϕ ±𝐼2 𝑋02 sinϕ)
Kemudian dapat ditulis bahwa perkiraan drop tegangan
primer sebagai patokan adalah
(𝐼2 𝑅02 cosϕ ±𝐼2 𝑋02 sinϕ)
% rugi tegangan di sekunder adalah
(𝐼2 𝑅02 cos𝜑 ±𝐼2 𝑋02 sin𝜑)
= x 100
0 𝑉2
100x𝐼2 𝑅02 100x𝐼2 𝑋02
= cos𝜑 ± sin𝜑
0 𝑉2 0 𝑉2

= 𝑉𝑟 cos 𝜑 ± 𝑉𝑥 sin 𝜑
Dimana:
100𝐼2 𝑅02 100𝐼1 𝑅01
𝑉𝑟 = = persentase rugi resistive =
0 𝑉2 𝑉1
100𝐼2 𝑋02 100𝐼1 𝑋01
𝑉𝑥 = = persentase rugi reactive =
0 𝑉2 𝑉1
1.18 Rugi Sesungguhnya Tegangan Transformator
Dengan mengacu pada Gambar 1-85, perlu dicatat
bahwa rugi tegangan yang tepat adalah AM dan bukan AN.
Jika kita menambahkan kuantitas NM ke AN, kita
mendapatkan nilai yang tepat dari rugi tegangan.
Berdasarkan segitiga siku-siku OCN, kita mendapatkan

𝑁𝐶 2 = 𝑂𝐶 2 − 𝑂𝑁 2 = 𝑂𝐶 + 𝑂𝑁 𝑂𝐶 − 𝑂𝑁 =
𝑂𝐶 + 𝑂𝑁 𝑂𝑀 − 𝑂𝑁 = 2 𝑂𝐶 × 𝑁𝑀

𝑁𝑀 = 𝑁𝐶 2 𝐼2. 𝑂𝐶 Sekarang, 𝑁𝐶 = 𝐿𝐶 − 𝐿𝑁 = 𝐿𝐶 − 𝐵𝐷

𝑁𝐶 = 𝐼2 𝑋02 cos 𝜙 − 𝐼2 𝑅02 sin 𝜙


𝐼2 𝑋02 cos 𝜑 − 𝐼2 𝑅02 sin 𝜑 2
∴ 𝑁𝑀 =
20 𝑉2
• Faktor daya lagging, drop tegangan yang tepat adalah :
= 𝐴𝑁 + 𝑁𝑀 = (𝐼2 𝑅02 cos 𝜙 + 𝐼2 𝑋02 sin 𝜙) +
𝐼2 𝑋02 cos 𝜑 − 𝐼2 𝑅02 sin 𝜑 2
20 𝑉2

• Faktor daya leading, dapat dinyatakan sebagai berikut :


𝐼2 𝑋02 cos 𝜑 − 𝐼2 𝑅02 sin 𝜑 2
= (𝐼2 𝑅02 cos 𝜙 − 𝐼2 𝑋02 sin 𝜙) +
20 𝑉2
• Pada umumnya, drop tegangan adalah
𝐼2 𝑋02 cos 𝜑 ± 𝐼2 𝑅02 sin 𝜑 2
= (𝐼2 𝑅02 cos 𝜙 ± 𝐼2 𝑋02 sin 𝜙) +
20 𝑉2
• Persentasenya
𝐼2 𝑅02 cos 𝜑 ± 𝐼2 𝑋02 sin 𝜑 2 ×100 𝐼2 𝑋02 cos 𝜑 ± 𝐼2 𝑅02 sin 𝜑 2 ×100
= +
0 𝑉2 2 0 𝑉2 2
1
= (𝑣𝑟 cos 𝜙 ± 𝑣𝑥 sin 𝜙) + ( )(𝑣𝑥 cos 𝜙 ± 𝑣𝑟 sin 𝜙)2
200

Jika hasil lebih besar dari satu adalah pf lagging,


dan apabila hasil kurang dari satu pf leading.
Contoh soal 1-13
Suatu trafo 230/460 V memiliki hambatan primer 0,2 Ω dan
reaktansi 0,5 Ω dan nilai yang sama untuk sisi
sekundernya masing-masing 0,75 Ω dan 1,8 Ω. Hitung
tegangan terminal sekunder ketika dialiri arus 10 A untuk pf
0,8 lagging.
Penyelesaian:
K = 460/230 = 2
𝑅02 = 𝑅2 + 𝐾 2 𝑅1 = 0,75 + 22 𝑥0,2 = 1,55Ω
𝑋02 = 𝑋2 + 𝐾 2 𝑋1 = 1,8 + 22 𝑥0,5 = 3,8Ω
Drop tegangan 𝐼2 (𝑅02 𝑐𝑜𝑠∅ + 𝑋02 𝑠𝑖𝑛∅)
= 10 1,55𝑥0,8 + 3,8𝑥0,6 = 35,2𝑉
Tegangan terminal sekunder =
460-35,2 = 424,8 V
Contoh soal 1-14
Hitung regulasi trafo jika presentase drop resistensinya 1,0%
dan presentase drop reaktansinya 5,0% saat factor dayanya
(a) 0,8 lagging (b) sefase (c) 0,8 leading.
Penyelesaian:

A. p.f. = cos∅ = 0,8 lag


𝜇= cos∅ + 𝑠𝑖𝑛∅ = 1 𝑥 0,8 + 5 𝑥 0,6 = 3,8%

B. p.f. = cos∅ = 1
𝜇 = 𝑐𝑜𝑠∅ + 𝑠𝑖𝑛∅ = 1 𝑥 1 + 1 𝑥 0 = 1%

C. p.f. = cos∅ = 0,8 lead


𝜇 = 𝑐𝑜𝑠∅ + 𝑠𝑖𝑛∅ = 1 𝑥 0,8 − 1 𝑥 0,6 = −2,2%
Contoh soal 1-15

Sebuah trafo memiliki drop reaktansi sebesar 5% dan drop


resistensi sebesar 2,5%. Hitung factor daya lagging saat
regulasi tegangan maksimum.
Penyelesaian:

Persentase regulasi tegangan adalah 𝜇 = 𝑐𝑜𝑠∅ + 𝑠𝑖𝑛∅


dimana𝑉𝑟 merupakan persentase drop resistensi dan 𝑣𝑥
merupakan persentase drop reaktansinya.
𝑑𝜇
Dengan menurunkan fungsi di atas, = −𝑣𝑟 𝑠𝑖𝑛𝜑 + 𝑣𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜑
𝑑∅
𝑑𝜇
Untuk regulasi maksimum, = 0 Jadi:
𝑑∅
−𝑣𝑟 𝑠𝑖𝑛𝜑 + 𝑣𝑥 𝑐𝑜𝑠∅ = 0
𝑣𝑥 5
tan∅ = = = 2 → 𝑚𝑎𝑘𝑎∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 2 =
𝑣𝑟 2,5
63,50 → 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑐𝑜𝑠∅ = 0,45 dan
𝑠𝑖𝑛∅ = 0.892
Maka persentase regulasi maksimum = (2,5 x
0,45) + (5 x 0,892) = 5,585
Maka persentase regulasi maksimumnya 5,585
dan berlangsung saat factor dayanya 0,45(lag)
1.19 Rangkaian Eqivalen
Diagram sebuah trafo dalam gambat 1-87(a)
dapat diselesaikan menjadi rangkaian eqivalen
dimana resistansi dan kebocoran reaktansi
transformatornya untuk mengubah tegangannya.

(a) Gambar 1.87 Rangkaian Eqivalen (b)


Arus 𝐼0 tanpa beban disimulasikan oleh induktansi
murni 𝑋0 yang mengambil magnetisasi dan
resistansi non induktif 𝑅0 yang bekerja dengan
komponen 𝐼𝑤 terhubung secara parallel di sirkuit
primernya. Hasil 𝐸1 diperoleh dengan
mengurangkan vektorial 𝐼1 𝑍1 dari 𝑉1 . Hasil dari
𝑋0 = 𝐸1 /𝐼0 dan 𝑅0 = 𝐸1 /𝐼𝑤 . Ini sangat jelas bahwa
E1 dan E2 saling berhubungan satu dengan yang
lain, dan dinyatakan sebagai berikut:

𝐸2 𝑁2
= =𝐾
𝐸1 𝑁1
Untuk menjadikan perhitungan trafo lebih sederhana,
yakni untuk menyalurkan tegangan, arus, dan
impedansi baik dari primer ke sekunder maupun
sebaliknya. Dalam hal ini, kita akan bekerja pada
satu lilitan saja yang lebih tepat.
Tegangan ekuivalen primer dari induksi sekunder
adalah E2’ = E2/K = E1
Sama halnyam tegangan output ekuivalen primer
dari sisi sekundernya V2’ = V2/K
Arus ekuivalen primer dari sekundernya adalah 𝐼2 ′ =
𝐾𝐼2
Untuk menyalurkan impedansi sekunder ke
primer, 𝐾 2 digunakan.
R2’ = R2/𝐾 2 , X2’ = X2/𝐾 2 , Z2’ = Z2/𝐾 2
Hubungan yang sama digunakan untuk memindahkan
impedansi beban eksternal untuk primer.
Rangkaian sekunder ditunjukan pada gambar 1-88(a)

Jika ada suatu masalah tentang rangkaian transformator yang


sulit dipecahkan. Penyelesaian yang mudah dapat dilakukan
dengan cara menyalurkan sisa-sisa energy melintasi terminal
seperti yang tertera di gambar 1-89 atau 1-90. Harus selalu
𝑉1
diingat bahwa pada kasus ini Xo = . Nilai dari Ro dan Xo
𝐼𝜇
dapat ditemukan pada pengujian rangkaian ter-
buka yang di deskripsi kan di sub bagian1. 21.
Gambar 1.89

Gambar 1.90
Penyelesaian lebih lanjut dapat didapat dengan
menghilangkan Io secara bersamaan seperti pada gambar 1.
92. Dari gambar 1.89, ditemukan impedansi antar terminal
inputnya adalah
𝑍 (𝑍 ′ + 𝑍𝐿 ′
Z = Z1+Zm | | (Z2’ + ZL’) = 𝑍1 + 𝑚 3
𝑍𝑚 +(𝑍2 ′+ 𝑍𝐿 ′)
Z2’ = R2’+ jX2’ and Zm = nilai impedansi yang tersisa di
rangkaian
Gambar 1.92

Gambar 1.91
Hal ini dapat terjadi karena kedua rangkaian di
hubungkan secara parallel, salah satunya
mempunyai impedansi Zm dan yang lainnya
mempunyai Za’ dan Z1’ yang di pasang secara seri.

V1 = I1 𝑍1 + 𝑍𝑚 (𝑍3 ′ + 𝑍𝐿 ′
𝑍𝑚 +(𝑍2′ + 𝑍𝐿 ′)
1.20 Pengujian Fisik Transformator
Pengujian transformator dilaksanakan menurut SPLN’50-
1928 dengan melalui tiga macam pengujian, sebagaimana
diuraikan juga dalan IEC 76 (1976), yaitu:
a) Pengujian rutin
Pengujian rutin adalah pengujian yang dilakukan
terhadap setiap transformator, meliputi:
• Pengujian tahanan isolasi
• Pengujian tahanan kumparan
• Pengujian perbandingan belitan
• Pengujian vector group
• Pengujian rugi besi dan arus beban kosong
• Pengujian rugi tembaga dan impedansi
• Pengujian tegangan terapan (Withstand Test)
• Pengujian tegangan induksi (Induce Test)
b) Pengujian jenis
Pengujian jenis adalah pengujian yang
dilaksanakan terhadap sebuah trafo yang mewakili
trafo lainnya yang sejenis, guna menunjukkan
bahwa semua trafo jenis ini memenuhi persyaratan
yang belum diliput oleh pengujian rutin. Pengujian
jenis meliputi:
• Pengujian kenaikan suhu
• Pengujian impedansi
c) Pengujian Khusus
Pengujian khusus adalah pengujian yang lain dari uji rutin dan
jenis, dilaksanakan atas persetujuan pabrik dengan pembeli
dan hanya dilaksanakan terhadap satu atau lebih trafo dari
sejumlah trafo yang dipesan dalam suatu kontrak. Pengujian
khusus meliputi:
• Pengujian dielektrik
• Pengujian impedansi dan nol pada trafo tiga phasa
• Pengujian hubung singkat
• Pengujian harmonik pada arus beban kosong
• Pengujian tingkat bunyi akuistik
• Pengukuran daya yang diambil oleh motor-
motor kipas dan pompa minyak
• Pengujian rutin
d) Pengukuran Tahanan Isolasi
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal
pengujian dimaksudkan untuk mengetahui secara dini
kondisi isolasi trafo, untuk menghindari kegagalan yang
fatal dan pengujian selanjutnya, pengukuran dilakukan
antara:
• Sisi HV – LV
• Sisi HV – Ground
• Sisi LV – Ground
• X1/X2-X3/X4 (trafo 1 fasa)
• X1-X2 dan X3-X4 (trafo 1 fasa yang dilengkapi dengan
circuit breaker)
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
megger, lebih baik yang menggunakan baterai
karena dapat membangkitkan tegangan tinggi
yang lebih stabil. Harga tahanan isolasi ini
digunakan untuk kriteria kering tidaknya trafo, juga
untuk mengetahui apakah ada bagian-bagian yang
terhubung singkat.
e) Pengukuran Tahanan Kumparan
Pengukuran tahanan kumparan adalah untuk
mengetahui berapa nilai tahanan listrik pada kumparan
yang akan menimbulkan panas bila kumparan tersebut
dialiri arus. Nilai tahanan belitan dipakai untuk
perhitungan rugi-rugi tembaga trafo
Pada saat melakukan pengukuran yang perlu
diperhatikan adalah suhu belitan pada saat pengukuran
yang diusahakan sama dengan suhu udara sekitar, oleh
karenanya diusahakan arus pengukuran kecil
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran tahanan
diatas adalah 1 ohm adalah Wheatstone Bridge,
sedangkan untuk tahanan yang lebih kecil dari
1 ohm digunakan Precitition Double Bridge
Pengukuran dilakukan pada setiap phasa trafo, yaitu
antara terminal:
Untuk terminal tegangan tinggi:
Transformator 3 phasa:
• Phasa A-Phasa B
• Phasa B-Phasa C
• Phasa C-Phasa A
Trafo 1 fasa

• Terminal H1-H2 untuk trafo double bushing


• Terminal H1-Ground untuk trafo single bushing
ii) Untuk sisi tegangan rendah
Trafo 3 fasa
• Fasa a – fasa b
• Fasa b – fasa c
• Fasa c – fasa a
Trafo 1 fasa
• Terminal X1-X4 dengan X2-X3 dihubung singkat
Pengukuran tahanan dengan jembatan
Wheatstone bridge digunakan untuk tahanan
diatas 1 ohm

Rx adalah harga tahanan belitan yang diukur =


factor pengali. Pengukuran dengan Precitition
Double bridge digunakan untuk tahanan yang
lebih kecil dari 1 ohm. Tahanan yang diukur Rx
dapat dihitung.
f) Pengukuran perbandingan belitan
Pengukuran perbandingan belitan adalah untuk
mengetahui perbandingan jumlah kumparan sisi
tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah pada
setiap tapping, sehingga tegangan output yang
dihasilkan oleh trafo sesuai dengan yang
dikehendakki. Toleransi yang diijinkan adalah:
a) 0,5 % dari rasio tengan , atau
b) 1/10 dari persentase impedansi pada tapping
nominal.
Pengukuran perbandingan belitan dilakukan pada
saat semi assembling yaitu setelah coil trafo di
assembling dengan inti besi dan setelah tap
charger terpasang, pengujian kedua ini bertujuan
untuk mengetahui apakah posisi tap trafo telah
terpasang secara benar dan juga untuk
pemeriksaan vector group trafo.
Pengukuran dapat dilakukan dengan
menggunakan transformer turn ratio test (TTR),
misalnya merk Jemes G. Biddle Co Cat. No.55005
atau Cat. No. 550100-47.
g) Pemeriksaan arah belitan
Pemeriksaan vector group bertujuan untuk mengetahui
apakah polaritas terminal- terminal trafopositif aatau
negatif. Standar dari notasi yang dipakai adalah additive
dan subtractive.

Jika Vx lebih besar dari Vp, belitan adalah additive,


dan Jika Vx lebih kecil dari Vp, belitan adalah
subtractive.
h) Pengukuran rugi dan arus beban kosong
Pengukuran ini untuk mengetahui berapa daya
yang hilang yang disebabkan oleh rugi histerisis
dan eddy current dari inti besi (core) dan
besarnya arus yang ditimbulkan oleh kerugian
tersebut,. Pengukuran dilakukan dengan
memberikan tegangan nominal pada salah satu
sisi dan sisi lainnya dibiarkan terabuka.
i) Pengukuran rugi tembaga dan impedansi
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui besarnya daya
yang hilang pada saat trafo beroperasi akibat dari tembaga
(Wcu) dan strey loss (Ws) trafo yang digunakan.
Pengukuran dilakukan dengan memberi arus nominal pada
salah satu sisi dan pada sisi yang lain dihubung-singkat,
dengan demikian akan terbangkit juga arus nominal pada sisi
tersebut, sehingga trafo seolah-olah dibebani penuh.
Perhitungan rugi beban penuh (Wcu0 dan impedansi (Iz),
dimana pada waktu pegukuran tahanan belitan (R), Wcu dan
Iz dilakukan pada suhu rendah (udara sekitar (t)), maka Wcu
dan Iz perlu dikoreksi terhadap suhu acuan 75°C, dimana
factor koreksi (a) adalah:
j) Pengujian tegangan terapann (withstand test)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji
kekuatan isolasi antara kumparan dan body tangki.
Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan
uji sesuai dengan standar uji dan dilakukan pada:
i. Sisi tengangan tinggi terhadap sisi tengangan
rendah dan body yang di ke tanahkan
ii. Sisi tengangan rendah terhadap sisi tegangan
tinggi dan body yang di ke tanahkan.
iii. Waktu pengujian 60 detik
k) Penguji tegangan induksi
Pengujian tegangan induksi bertujuan untuk
mengetahui kekuatan isolasi antara layer dari
tiap-tiap belitan dan kekuatan isolasi antara
belitan trafo. Pengujian dilakukan dengan
memberi tegangan supply dua kali tegangan
nominal pada salah satu sisi dan sisi lainnya
dibiarkan terbuka. Untuk mengatasi kejenuhan
pada inti besi (core) maka frekuensi yang
digunakan harus dinaikan sesuai dengan
kebutuhan. Lama pengujian tergantung pada
besarnya frekuensi pengujian, waktu
pengujian maksimum adalah 60 detik.
l) Pengujian kebocoran tangki
Penguji kebocoran tangki dilakukan setelah
semua komponen trafo terpasang. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan
kondisi paking dan las trafo. Pengujian dilakukan
denganmemberikan tekanan nitroge (N2)
sebesar kurang lebih 5 psi dan dilakukan
pengamatan pada bagian-bagian las dan paking
dengan memberikan cairan sabun pada bagian
tersebut. Pengujian dilakukan sekitar 3 jam
apakah terjadi penurunan tekanan.
m) pengujian kenaikan suhu
Pengujian kenaikan suhu dimaksudkan untuk mengetahhui
berapa kenaikan suhu oli dan kumparan trafo yang
disebabkan oleh rugi-rugi trafo apabila trafo dibebani.
Pengujian ini juga bertujuan untuk melihat apakah
penyebab panas trafo sudah cukup efisien atau belum.
Pada trafo dengan tapping tegangan di atas 5% pengujian
kenaikan suhu dilakukan pada taping tengangan terendah
(arus tertinggi), pada trafo dengan tapping maksimum 5%
pengujian dilakukan pada tapping nominal
Pengujian kenaikan suhu sama dengan pengujian beabn
penuh, pengujian dilakukan dengan memebrikan arus trafo
sedeamikian hingga membangkitkan rugi-rugi trafo, yaitu
rugi beban penuh dan rugi beabn kosong.
o) Pengujian tegangan impulse
Pengujian impluse ini dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan dielektrik dari sistem isolasi trafo terhadap
tegangan surya petir.
Pengjian impluse adalah pengujian dengan memberi
tegangan lebih sesaaat dengan bentuk gelombag
tertentu. Bila trafo mengalami tegangan lebih, maka
tegangan tersebut hampir didistribusikan melalui efek
kapasitansi yang terdapat pada:
• Antar lilitan trafo
• Antar layer trafo
• Antar cooil dengan ground
p) Pengujian tegangan tembus minyak transformator
Pengujian tegangan tembus minyak transformator
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
dielektrik minyak ttrafo. Hal ini dilakukan karena
selain berfungsi sebagai pendingin dari trafo,
minyak juga berfungsi sebagai isolasi.
Persyaratan yang ditentukan adalah sesuai dengan
strandart SPLN 49-1 : 1982, IEC 158 dan IEC 296
yaitu:
≥ 30 KV/2,5 mm sebelum purifying
≥50 KV/2,5 mm setelah purifying
Peralatan yang dapat digunakan misalnya merk
hipotronics type EP600CD. Cara pengujian:
• Bersihkan tempat sampel minyak dari kotoran
dengan mencucinya sampai bersih
• Ambil contoh oli yang akan di uji, usahakan pada
saat pengambilan sample oli todak tersentuh
vtangan atau terlalu lama terkena udara luar
karena minyak ini sangat sensitive
• Tempatkan sample oli pada alat tetes
• Nyalakan power alat tetes
• Tekan tombol start dan counter akan mencacat
otomatis sejauh mana kemampuan dielektrik oli
tersebut setelah counter berhenti dan tombol
reset menyala, tekan tombol reseat untuk
mengembalikkan ke posisi semula.
• Hasil pengujian tegangan tembus diambil rata-
ratanya setelah dilakukan 5 (lima) kali denngan
selang waktu 2 menit
-

TERIMA KASIH
Pertanyaan dan jawaban
Pertanyaan:
Penanya:
Penjawab:

Pertanyaan:
Penanya:
Penjawab:

Pertanyaan:
Penanya:
Penjawab:

Pertanyaan:
Penanya:
Penjawab:
Pertanyaan dan jawaban
Pertanyaan:
Penanya:
Penjawab:

Pertanyaan:
Penanya:
Penjawab:

Pertanyaan:
Penanya:
Penjawab:

Pertanyaan:
Penanya:
Penjawab:

Anda mungkin juga menyukai