Anda di halaman 1dari 32

Kelompok II:

Asri Nurbayani
Nurul Islami
Kepemimpinan diterjemahkan dari bahasa
Inggris yaitu “ladership”. Dalam Insklopedi Umum
(1993) kepemimpinan diartikan sebagai
“hubungan yang erat antara seorang dan
kelompok manusia, karena ada kepentingan
yang sama”. Hubungan tersebut ditandai oleh
tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari
pemimpin dan yang dipimpin.
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu proses
mempengaruhi, mengkoordinasi, dan
menggerakan perilaku orang lain serta
melakukan suatu perubahan kearah yang lebih
positif dalam mengupayakan keberhasilan
pendidikan.
1. Pemerintah
Eksistensi pemerintah dalam perspektif kepemimpinan
pendidikan telah tertera pada pasal 10 UU No. 2 Tahun 2003,
pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan,
membimbing, membantu dan mengawasi penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Kepala Sekolah
penelitian Hallinger dan Lithwood menyimpulkan bahwa sekolah
yang efektif dipimpin oleh kepala sekolah yang efektif pula.
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif memiliki kriteria-
kriteria sebagai berikut:
• Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancer dan produktif.
• Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.
• Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
• Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.
• Bekerjasama dengan tim menejemen dan berhasil mewujudkan
tujuan sekolah dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Pendidik (Guru)
Guru merupakan tenaga pengajar yang nantinya akan
membimbing, mengarahkan anak didiknya.
Baginya memimpin adalah menggerakkan dan kemaksa
anggots kelompoknya. Seorang pemimpin yang memiliki tipe
semacam ini akan cenderung bersikap selalu ingin berkuasa dan
tidak memberi kebebasan kepada para bawahan, dia
beranggapan bahwa dirinya merupakan pusat segalanya yang
dapat menentukan, mengarahkan, mengambil keputusan dan
bawahan tidak memiliki kemampuan seperti apa yang dimilikinya.
Pemimpin sebagai satu-satunya penentu kebijakan yang ada di
kantor dan harus dilaksanakan oleh para bawahan.
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya
pemimpin tidak memberikan pimpinan. Didalam tipe
kepemimpinan biasanya struktur organisasinya tidak
jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa
rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari
pimpinan.
Ciri-ciri kepemimpinan tipe Laizzez – Faire adalah:
• Keputusan lebih banyak tergantung pada bawahan
• Dalam melaksanakan suatu kegiatan terkadang tidak memiliki
agenda yang pasti dan dapat dilaksanakan tanpa
sepengetahuan pimpinan
• Jika Dalam kegiatan rapat terjadi pertentangan, pimpinan
tidak berusaha untuk mempertemukan pendapat dari para
bawahan, dengan anggapan bahwa hal ini akan mengurangi
rasa kebebasan bawahan tersebut.
• Berusaha untuk tidak mengatur bawahan dan karyawan secara
ketat, bahkan terkadang adanya peraturan hanya sekedar
sebagai pelengkap organisasi yang tidak perlu dijalankan
Dalam melaksanakan tugasnya ia mau menerima
dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran
dari kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu
berusaha menstimulasi anggotanya agar bekerja secara
kooperatif untuk mencapai tujuan bersama.
Keahlian dan pengetahuan yang dimaksud disini adalah
latar belakang pendidikan atau ijazah yang dimilikinya, sesuai
atau tidaknya latar belakang pendidikan itu dengan tugas-tugas
kepemimpinan yang menjadi tanggung jawabnya; pengalaman
kerja sebagai pemimpin, apakah pengalaman yang telah
dilakukannya itu mendorong dia uuntuk berusaha memperbaiki
dan mengembangkan kecakapan dan keterampilannya dalam
memimpin. Disamping itu, juga usaha menambah pengetahuan
tentang kepemimpinan yang dilakukannya selama dia menjabat
sebagai pemimpin.
Tiap organisasi atau lembaga yang tidak sejenis
memiliki tujuan yang berbeda, dan menuntut cara-cara
pencapaian tujuan yang tidak sama. Oleh karena itu, tiap
jenis lembaga memerlukan perilaku dan sikap kepemimpinan
yang berbeda pula.
Dengan adanya perbedaan-perbedaan watak dan
kepribadian yang similiki masing-masing pemimpin,
meskipunbeberapa orang pemimpin memiliki latar belakang
pendidikan sama dan diserahi tugas memimpin lembaga yang
sejenis, maka hasil yang diperolehnya akan berbeda pula.
Dengan demikian watak dan sifat-sifat kepribadian
seorang pemimpin turut menentukan bagaimana sikap dan
perilakunya dalam menjalankan kepemimpinannya.
1. Sebagai pelaksana (executive)
Seorang pemimpin tidak boleh hanya memaksakan kehendak
sendiri terhadap kelompoknya. Ia harus berusaha
menjalankan/memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya,
juga program atau rencana yang telah ditetapkan bersama.

2. Sebagai perencana (planner)


Seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan
menyusun perencanaan, sehingga segala sesuatu yang
diperbuatnya bukan secara ngawur saja, tetapi segala
tindakannya diperhitungkan dan bertujuan.
3. Sebagai seorang ahli (expert)
Ia haruslah mempunyai keahlian, terutama keahlian yang
berhubungan dengan tugas jabatan kepemimpinan yang
dipegangnya.

4. Mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external


group representatif)
Ia harus menyadari bahwa baik buruknya tindakan diluar
kelompoknya mencerminkan baik dan buruk kelompok yang
dipimpinnya.
5. Mengawasi hubungan anggota kelompok (controller of
internal relationship)
Seorang pemimpin harus bisa menjaga jangan sampai terjadi
perselisihan, dan berusaha membangun hubungan yang harmonis
dan menimbulkan semangat bekerja kelompok.

6. Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman


(purveyor of reward and punishment)
Ia harus dapat membesarkan hati anggota-anggotanya yang
giat bekerja dan banyak sumbangannya terhadap kelompoknya,
dan berani pula menghukum anggotanya yang berbuat
merugikan kelompok.
7. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and
mediator)
Dalam menyelesaikan perselisihan atau menerima
pengaduan-pengaduan diantara anggota-anggotanya, ia
harus tegas, tidak pilih kasih ataupun mementingkan salah
satu golongan.

8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)


Pemimpin bukanlah seorang yang bediri di luar atau di atas
kelompoknya. Ia merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari kelompoknya. Dengan demikian, segala tindakan dan
usahanya hendaklah dilakukan demi tujuan kelompoknya.
9. Merupakan lambang kelompok (symbol of the group)
Sebagai lambang kelompok, ia hendaknya menyadari
bahwa baik buruknya kelompok yang dipimpinnya tercermin
pada dirinya.

10. Pemegang tanggung jawab para anggota


kelompoknya (surrogate for individual responsibility)
Ia harus bertanggung jawab terhadap perbuatan-
perbuatan anggotanya yang dilakukan atas nama
kelompok.
11. Sebagai pencipta / memiliki cita-cita (ideologis)
Seorang pemimpin hendaknya mempunyai suatu konsepsi
yang baik dan realistis sehingga dalam menjalankan
kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas menuju arah
yang telah dicita-citakan.

12. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)


Tindakan pemimpin terhadap anak buah/kelompoknya
hendaklah mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap
anak-anak/anggota keluarga.
13. Sebagai kambing hitam (scape goat)

Seorang pemimpin haruslah menyadari bahwa dirinya


merupakan tempat pelemparan kesalahan/keburukan yang
terjadi di dalam kelompoknya. Oleh karena itu dia harus
pula mau dan berani turut bertanggung jawab tentang
kesalahan orang lain/anggota kelompoknya.
Biaya pendidikan diartikan sebagai sejumlah uang yang
dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan
penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru,
peningkatan kemampuan profesional guru, pengadaan sarana
ruang belajar, perbaikan ruang belajar, pengadaan
parabot/mebeler, pengadaan alat-alat pelajaran, pengadaan
buku-buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstakulikuler,
kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervisi pembinaan
pendidikan serta ketataushaan sekolah.
• Dana (uang) memainkan peran dalam pendidikan
dalam tiga area; pertama, ekonomi pendidikan dalam
kaitannya dengan pengeluaran masyarakat secara
keseluruhan; kedua, keuangan sekolah kaitannya
dengan kebijakan sekolah untuk menerjemahkan uang
terhadap layanan kepada peserta didik; dan ketiga,
pajak administrasi bisnis sekolah yang harus diorganisir
secara langsung berkaitan dengan tujuan kebijakan
• Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk
memberikan gambaran karakteristik keuangan sekolah.
Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan
sumber-sumber keuangan sekolah dan hasil (out put)
sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisis
biaya satuan (unit cost) per siswa. Biaya satuan per siswa
adalah biaya rata-rata persiswa yang dihitung dari total
pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di
sekolah (Enrollment) dalam kurun waktu tertentu. Dengan
mengetahui besarnya biaya satuan per siswa menurut
jenjang dan jenis pendidikan berguna untuk menilai
berbagai alternatif kebijakan dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan
• Menurut Nanang Fattah Biaya dalam pendidikan meliputi
biaya langsung dan biaya tak langsung. Biaya langsung
terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa
berupa pembelian alat-alat belajar, biaya transportasi,
gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang
tua maupun siswa itu sendiri. Sedangkan biaya tidak
langsung adalah berupa keuntungan yang hilang (earning
forgane) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang
(opportunity cost) yang dikorbankan siswa selama belajar
• Pendanaan pendidikan sebagaimana tertuang dalam PP No 48
tahun 2008 tentang Penganggaran Pendidikan dinyatakan
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
• Biaya pendidikan dibagi menjadi :
1. Biaya Satuan Pendidikan, adalah biaya penyelenggaraan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan yang meliputi biaya
investasi, biaya operasional, bantuan biaya pendidikan dan
beasiswa.
2. Biaya Penyelenggaraan dan/ atau Pengelolaan Pendidikan,
adalah biaya penyelenggaraan dan/ atau pengelolaan
pendidikan oleh pemerintah, pemprov, pemko/ pemkab, atau
penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakat/
Yayasan.
3. Biaya Pribadi Peserta Didik, adalah biaya operasional yang
meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta
didik untuk bias mengikuti proses pembelajaran secara teratur
dan berkelanjutan.
1. Pemerintah dan masyarakat
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan nomor 20 tahun 2003
pasal 46 ayat 1 dijelaskan bahwa pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Dalam pasal 49 ayat 3
juga dijelaskan bahwa dana dari pemerintah tersebut berbentuk
hibah untuk satuan pendidikan. Berdasarkan Undang-undang
diatas, jelaslah bahwa sumber utama bagi pendanaan
pendidikan berasal dari pemerintah yang di dukung oleh
masyarakat. Masyarakat harus pro aktif dalam mensukseskan
proses pendidikan baik dengan membantu secara finansial
maupun membantu dalam menciptakan lingkungan pendidikan
yang kondusif.
2. Wakaf
• Wakaf adalah sumbangan dalam pengertian umum
merupakan hadiah yang diberikan untuk memenuhi banyak
kebutuhan spiritual dan temporal kaum muslimin. Dana-dana
yang diperoleh dari sumbangan tersebut digunakan untuk
membangun dan merawat tempat ibadah, mendirikan sekolah
dan rumah sakit, menafkahi para ulama dan da’i,
mempersiapkan kebutuhan kaum muslimin dan memasok senjata
bagi para pejuang yang berperang di jalan Allah.
• Salah satu sumber dana bagi pendidikan islam ialah wakaf
dari orang islam. Wakaf berasal dari amal dengan cara
memanfaatkan harta, dan harta itu harus dikekalkan, atau
yang digunakan adalah hasil harta itu, tetapi asalnya tetap.
Dengan melihat definisi ini saja kita sudah menangkap bahwa
biaya pendidikan yang berasal dari wakaf pasti amat baik
karena biaya itu terus menerus dan modalnya tetap. Ini jauh
lebih baik dari pada pemberian uang atau bahan yang habis
sekali pakai.

3. Zakat
• Pendidikan termasuk ke dalam kepentingan sosial, sudah
sepantasnya zakat dapat dijadikan sumber dana pendidikan.
Dana zakat harus dikelola secara profesional dan transparan
agar sebagiannya dapat dipergunakan untuk membiayai
lembaga pendidikan islam.
4. Sumber dana lain yang tidak mengikat
• Menurut Ramayulis sumber dana bagi lembaga
pendidikan islam bisa berasal dari sumber lainnya, baik
sumber intern maupun sumber ekstern. Sumber dana yang
bersifat intern ini bisa diperoleh dari pembentukan badan
usaha atau wirausaha, membentuk lembaga Badan Amil
Zakat (BAZ) maupun dengan melakukan promosi dan
kerjasama dengan berbagai pihak yang bisa menunjang
dana kegiatan. Sedangkan sumber dana yang bersifat
internal bisa diperoleh dari donatur tetap ataupun
bantuan.

Anda mungkin juga menyukai