Anda di halaman 1dari 75

Infeksi

Gastrointestinal
A1
Disusun Oleh :

Saarah Yurva 260110160001 Nisrina 260110160013


Ingkatisya Garnisa 260110160002 Anis Chumaedah 260110160014
Soleh 260110160003 Anisa Marieta 260110160015
Fuji Fadhila S 2601101600005 Erlin Elisabeth 260110160016
Wahyu Eka Saputri 260110160006 Nadya Galuh 260110160017
Syifa Hanifah 260110160007 Yolanda Pertiwi 260110160018
Renata Vania 260110160008 Hafida Aulia 260110160019
Nita Listiani 260110160009 Luthfiah Yusuf 260110160020
Nadia Fauziah 260110160011 Afrida Cahya 260110160021
Nisa Ayu Amalia 260110160012
KASUS
Seorang pasien perempuan usia 51 tahun dibawa ke rumah sakit
dengan keluhan pusing dan mual muntah sudah selama 1 minggu. Pasien
mengeluhkan BAB yang bercampur darah. Rasa perih dan nyeri saat BAB
disangkal, demam disangkal, nyeri perut terkadang dirasakan tetapi tidak
konstan.
Setelah dilakukan pemeriksaan, nilai SGOT = 35 u/L, SGPT = 30
u/L, Hb = 10, dan hasil kultur dari endoskopi menunjukkan Helicobacter
pylori ++. Diagnosa setelah pemeriksaan adalah peptic ulcer disertai anemia.
Apakah terapi yang disarankan untuk mengobati pasien tersebut dan
informasi apa yang harus disampaikan ?
1 ANATOMI FISIOLOGI
Peptic Ulcer Disease (PUD) adalah salah satu penyakit yang
paling umum yang mempengaruhi saluran gastrointestinal (GI). Hal ini
menyebabkan cedera inflamasi di mukosa lambung atau duodenum,
dengan ekstensi luar submukosa ke dalam mukosa muskularis. Etiologi
kondisi ini adalah multifaktorial dan jarang berhubungan hanya untuk
sekresi asam berlebihan. Meskipun tukak gaster adalah penyakit yang
umum, diagnosis bisa sulit karena memiliki spektrum yang luas dari
presentasi klinis, mulai dari asimptomatik ke nyeri epigastrium samar-
samar, mual, dan anemia kekurangan zat besi yang dapat mengakibatkan
perdarahan akut yang mengancam jiwa (Shrestha, 2009).
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar,
dan terletak di antara bagian akhir dari esofagus dan awal
dari usus halus (Gray, 2008).
Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama,
yaitu kardiak, fundus, badan (body), antrum, dan pilori. ◇Badan (body) adalah suatu rongga
Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan longitudinal yang berdampingan dengan
gastroesofageal (gastroesophageal junction) dan terletak fundus dan merupakan bagian terbesar dari
lambung.
sebagai pintu masuk ke lambung
◇Antrum adalah bagian lambung yang
Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol menghubungkan badan (body) ke pilorik dan
ke bagian kiri di atas kardia. terdiri dari otot yang kuat.

(Schmitz & Martin, 2008). ◇Pilorik adalah suatu struktur tubular yang
menghubungkan lambung dengan duodenum
dan mengandung spinkter pilorik
◇Dinding lambung tersusun • Lapisan muskularis propia terdiri
dari empat lapisan dasar utama, dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner
yaitu oblique, (2) middle circular, (3) outer
◇Lapisan mukosa terdiri atas longitudinal.
epitel permukaan, lamina propia, • Lapisan serosa adalah lapisan yang
dan muskularis mukosa. tersusun atas epitel selapis skuamos
◇Lapisan sub mukosa (mesotelium) dan jaringan ikat


mengandung jaringan ikat, areolar
pembuluh darah, sistem limfatik,
limfosit, dan sel plasma.

(Tortora & Derrickson, 2009)


Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin,
hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal. Anemia
terjadi sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan
yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut
Perdarahan pada tukak lambung mungkin tidak terlihat dengan jelas karena
jumlah darahnya sedikit dan tidak tampak sebagai darah yang merah di dalam
tinja, jenis perdarahan ini disebut perdarahan tersembunyi. Oleh karena
terjadi perlukaan, maka akan terdapat darah di lambung, yang bila bercampur
dengan hematin akan menjadi gelap warnanya dan memberikan warna gelap
atau kehitaman pada feses (kotoran) seseorang saat buang air
besar. (Arisman, 2007).
2 PATOFISIOLOGI
Peptic Ulcer Disease
(PUD)
Peptic Ulcer Disease (PUD) adalah salah satu
penyakit yang paling umum yang mempengaruhi
saluran gastrointestinal (GI). Hal ini menyebabkan
cedera inflamasi di mukosa lambung atau
duodenum, dengan ekstensi luar submukosa ke
dalam mukosa muskularis (Dipiro, 2015).
Penyebab Ulkus

(Liu dan Crawford, 2005).


Penyebab Peptic ulcer

Dengan ditemukannya
Penyebab Dari NSAID
kuman Helicobacter
pylori pada kelainan 1. Telah diduga bahwa obat-obatan tertentu seperti
saluran cerna, saat ini aspirin, alkohol, indomestasin, fenilbutazon dan
dianggap Helicobacter kotikostreroid mempunyai efek langsung terhadap
mukosa lambung dan menimbulkan tukak.
pylori merupakan
2. Obat-obatan lain seperti kafein, akan meningkatkan
penyebab utama tukak pembentukan asam.
peptik, disamping 3. Stress emosi dapat juga memegang peranan dalam
NSAID, alkohol, dan patogenesis tukak peptik, agaknya dengan
sindrom Zollinger Ellison meningkatkan pembentukan asam sebagai akibat
(Tarigan, 2006) perangsangan vagus (Lindseth, 2006).
Helicobacter pylori
Organisme ini melekat pada epitel lambung dan merusak
lapisan mukosa perlindungan dan meninggalkan daerah-daerah epitel
yang rusak. Infeksi Helicobacter pylori yang predominan di antrum
akan meningkatkan sekresi asam lambung dengan konsekuensi
terjadinya tukak duodenum. Inflamasi pada antrum akan menstimulasi
sekresi gastrin, yang selanjutnya akan merangsang sel pariental untuk
meningkatkan sekresi asam lambung (Rani, 2006).
Adanya infeksi H. pylori dapat menghancurkan sawar mukosa
gastroduodenale sehingga terjadi difusi balik asam-pepsin lewat
mukosa yang terluka dan berkembang menjadi ulkus (Rani, 2006).
Sindrom Zollinger-Ellison
◇Sindrom Zollinger-Ellison adalah kelainan langka yang
terjadi saat satu atau lebih tumor terbentuk di pankreas dan
duodenum.
◇Tumor, disebut gastrinoma, melepaskan sejumlah besar
gastrin yang menyebabkan perut memproduksi sejumlah
besar asam.
◇Biasanya, tubuh melepaskan sejumlah gastrin setelahnya
Makan, yang memicu perut untuk dibuat asam lambung yang
membantu memecah makanan dan cair di perut Penyebab
asam ekstra tukak peptik terbentuk di duodenum dan di
tempat lain di usus bagian atas.
◇Tumor terlihat dengan Zollinger-Ellison Sindrom
kadangkala bersifat kanker dan mungkin menyebar ke daerah
lain dari tubuh (Paul, et al., 2013).
Anemia
◇Pada sebagian besar kehilangan darah
disebabkan oleh proses perdarahan akibat
penyakit atau akibat pengobatan suatu penyakit,
anemia yang dialami pada pasien bisa terjadi
karena BAB yang bercampur darah, akibat
darah yang sering keluar saat BAB juga
membuat mengalami anemia (Arisman, 2006).
Gejala
◇Gejala bergantung pada lokasi tukak dan ◇Timbulnya rasa nyeri atau perih
usia penderita, khususnya penderita usia bila lambung dalam keadaan
lanjut sering mempunyai sedikit atau bahkan kosong, timbul keluhan perut rasa
tanpa gejala. penuh dan bertambah berat setelah
◇Nyeri paling umum, nyeri epigastrium dan makan.
berkurang dengan adanya makanan atau ◇Serangan nyeri hebat mungkin
pemberian antasida. timbul dengan periode peristaltik
◇Rasa sakit, rasa terbakar, atau kadang- lambung. Bilamana penderita tidak
kadang sensasi rasa lapar. Ini kronik dan segera minta tolong, maka lambung
berulang. makin membesar, lama kelamaan
◇Setengah dari penderita datang dengan nyeripun berkurang, tetapi rasa
gejala khas. Gejala tukak lambung sering penuh di perut tetap ada yang
tidak mengikuti pola yang konsisten. Hal ini disertai dengan rasa mual, dan
terutama berlaku untuk ulkus di saluran muntah-muntah pun berkurang.
pilorus, yang sering dikaitkan dengan gejala ◇Berat badan penderita menurun,
obstruksi misalnya, kembung, mual, muntah- demikian pula bertambah lemah,
muntah yang disebabkan oleh edema dan yang juga timbul konstipasi (Kumar,
parut (Cohen, 2007). et al. 2004).
Pada tukak lambung, rasa sakit timbul 30-90 menit sesudah makan, dan pada tukak
duodenum, 2-3 jam sesudah makan. Makanan kecil yang tidak mengiritasi dan yang terus
menerus dimakan dalam selang waktu yang pendek dapat mengurangi nyeri. Dengan
pengobatan biasanya rasa sakit menghilang dalam 10 hari, tetapi proses
penyembuhan berlangsung 1-2 bulan (Wilson dan Lindseth, 2005).

Pasien tukak gaster mengeluh dispepsia. Dispepsia adalah kumpulan keluhan beberapa
penyakit saluran cerna seperti, mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa atau
terapan, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati, dan cepat merasa kenyang (Tarigan, 2001).

Penderita ulkus peptikum sering mengeluh mual, muntah dan regurgitasi. Timbulnya
muntah terutama pada ulkus yang masih aktif, sering dijumpai pada penderita ulkus
peptikum daripada ulkus duodenum, terutama yang letaknya di antrum atau pilorus. Rasa
mual disertai di pilorus atau duodenum. Keluhan lain yaitu nafsu makan menurun, perut
kembung, perut merasa selalu penuh atau lekas kenyang, timbulnya konstipasi sebagai
akibat instabilitas neromuskuler dari kolon (Akil, 2006).

Penderita ulkus peptikum terutama pada ulkus duodenum mungkin dalam mulutnya
merasa dengan cepat terisi oleh cairan terutama cairan saliva tanpa ada rasa. Keluhan ini
diketahui sebagai water brash. Sedang pada lain pihak kemungkinan juga terjadi
regurgitasi pada cairan lambung dengan rasa yang pahit (Akil, 2006).
Akibat
Karakteristik mikrobiologis unik dari organisme ini (bakteri gram-
negatif Helicobacter pylori), seperti produksi urease, memungkinkannya untuk
alkalinisasi lingkungan mikronya dan bertahan selama bertahun-tahun di
lingkungan asam yang bermusuhan dari perut, di mana ia menyebabkan
peradangan mukosa dan, pada beberapa individu, memperburuk tingkat
keparahan penyakit tukak peptik. Pada pasien yang terinfeksi, paparan
duodenum terhadap asam meningkat. Faktor virulensi yang dihasilkan oleh H
pylori, termasuk urease, katalase, sitotoksin vakuolat, dan lipopolisakarida.
Karena pasien juga mengidap penyakit anemia maka dapat juga
terjadi hal hal seperti berikut sebagai akibat dari adanya penyakit anemia
1. viskositas darah menurun
2. penurunan transport O2 ke jaringan
3. kerja jantung meningkat
(Medscape, 2017).
3 DIAGNOSIS
A. Pemeriksaan Anemia

1. Pemeriksaan Hemoglobin
Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L

Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat


transportasi oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hemoglobin yang
mengangkut oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah terang sedangkan
hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua. Satu
gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas angkut ini
berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah. Penetapan
anemia didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda secara individual karena
berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian, penyakit paru-paru, olahraga).
Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari 12 gm/dL menunjukkan anemia
(Kemenkes, 2011)
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Hb pasien yaitu 10, hal ini
menunjukkan bahwa pasien mengalami anemia.
B. Pemeriksaan Klinis (1/2)
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan
Secara umum pasien ulkus peptikum biasanya mengeluh dispepsia
(mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, dan cepat
merasa kenyang). Nyeri ini spesifik pada ulkus duodenum 75% dimana nyeri
ini timbul waktu pasien merasa lapar lalu rasa nyeri hilang setelah makan dan
minum obat antasida, dirasakan di perut bagian sebelah kanan. Nyeri pada
ulkus gaster di rasakan di sebelah kiri. Nyeri ini menjalar ke daerah punggung
(Taringan,2006). Nyeri ini dapat membangunkan orang tengah malam,
seringkali nyeri timbul sekali atau lebih dalam sehari selama beberapa minggu
dan hilang tanpa diobati (Keshav, 2004).
2. Pemeriksaan Jasmani
Rasa nyeri pada ulu hati pada daerah kiri atau kanan bagian perut.
Penurunan berat badan, dan muntah-muntah setelah 4-5 jam setelah makan,
ini merupakan tanda adanya retensi cairan lambung karena komplikasi ulkus
(Taringan,2006).
3. SGOT dan SPGT
Adanya kerusakan sel-sel hati (hepar) dapat ditandai
dengan kadar enzim SGOT (Serum Glutamat Oxaloasetate
Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamat Piruvate
Transaminase) yang meningkat.
Nilai normal SGOT pada manusia berkisar dari 3 - 45
unit per liter (u/l), sedangkan SGPT yang dianggap normal
adalah 0 – 35 unit perliter (u/l) (Fajariyah etal, 2010).
Pada kasus ini pasien memiliki nilai SGOT = 35 u/L
dan SGPT = 30 u/L, hal ini menunjukkan bahwa menunjukn
nilai SGOT/SGPT masih dalam ambang batas normal.
C. Pemeriksaan Penunjang (1/3)

1. Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan
radiografi pada saluran
gastrointestinal bagian atas.
Salah satu kekurangannya
adalah paparan radiasi.
Diagnosis ulkus peptikum
Gambar Radiologi Barium pada Ulkus
biasanya dipastikan dengan Peptikum (Harrison'sPrinciples of Internal Medicine
pemeriksaan barium 17 th.Braunwald. McGraw-Hill. 2008)
radiogram. (Wilson dan
Lindseth,2005).
2. Urea Breath Test 3. Ultrasonografi Abdomen
◇Dilakukan dengan cara pasien akan diminta ◇Digunakan untuk memeriksa organ
untuk meminum cairan bening dan bernafas didalam abdomen yang pada kasus ini
kedalam kantong, lalu kantong disegel. adalah bagian saluran gastro intestinal
Kemudian akan dianalisis tingkat karbon ◇USG abdomen digunakan untuk mencari
dioksida udara dalam kantong tersebut. Jika adanya kerusakan organ, pembengkakan
terdapat bakteri Helicobacter pylori yang organ
merupakan bakteri penyebab ulkus peptikum ◇Pemeriksaan ini merupakan pilihan
maka tingkat karbon dioksidanya akan lebih sebelum dilakukannya endoskopi
tinggi dari normal (Murakami,.et.al, 2006) (Murakami,.et.al, 2006)
◇Hasil pemeriksaan menyatakan pada nafas
pasien positif terdapat bakteri Helicobacter
pylori, hal ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami ulkus peptikum
3. Endoskopi 4. Biopsi

◇Dilakuakn dengan memasukkan kamera ke ◇Pemeriksaaan ini dilakukan setelah


dalam lambung. Proses ini akan memastikan pasien dinyatakan positif menderita
keberadaan luka pada dinding lambung secara ulkus peptikum
langsung ◇Dilakukan dengan pengambilan
◇Endoskopi memungkinkan visualisasi dan sampel dalam tubuh selama proses
dokumentasi fotografik sifat ulkus, ukuran, endoskopi kemudian diujikan pada
bentuk dan lokasinya dan dapat memberikan laboratorium
suatu dasar referensi untuk penilaian (Mc.Guigan, 2001)
penyembuhan ulkus (Mc.Guigan, 2001).
◇Endoskopi dilakukan apabila pasien dengan
komplikasi ulkus seperti pendarahan dan
memerlukan pemeriksaan endoskopi (Mc.
Guigan, 2001)
Faktor Risiko (1/4)
1. Faktor demografi umur dan jenis kelamin

Umur merupakan prognostik faktor sesudah pembedahan pada peptic ulcer

perforasi karena diikuti oleh penyakit penyerta seperti COPD, kelainan jantung maupun

sepsis. Pada pasien yang usia lanjut yang diikuti penyakit penyerta memberikan hasil yang

lebih buruk karena beberapa penyebab dan tingginya angka kematian. Nilai rata umur

pasien yang meninggal sesudah pembedahan lebih signifikan pada pasien yang lebih tua

dari pada pasien muda (Tarigan, 2001 ). Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa

sekitar 51,4% yang mengalaminya yakni yang berjenis kelamin laki-laki. (Saverio et al,

2014).
2. Penggunaan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)

Peningkatan resiko komplikasi ulkus (rawat inap,


operasi, kematian) terjadi pada orang tua yang mengkonsumsi
OAINS Studi cross sectional terhadap individu yang
mengkonsumsi OAINS pada dosis maksimal dalam jangka waktu
lama 35% hasil endoskopi adalah normal, 50% menunjukkan
adanya erosi atau petechiae, dan 5%-30% menunjukkan adanya
ulkus. Jenis-jenis OAINS yang sering dikonsumsi adalah
ibuprofen, naproxen, indomethacin, piroxicam, asam mefenamat,
diklofenak (Tarigan, 2001).
3. Penggunaan obat-obat antiplatelet 4. Merokok

Penggunaan aspirin dosis rendah (75 Dari hasil penelitian menunjukkan

mg per hari) dapat menyebabkan faktor merokok meningkatkan risiko

perdarahan naik menjadi dua kali lipat. Aspirin terjadinya ulkus duodenum, ulkus

dapat menyebabkan ulkus lambung, ulkus gaster maupun keduanya.

duodenum, komplikasi perdarahan dan perforasi Merokok menghambat proses

pada perut dan lambung. Obat antiplatelet seperti penyembuhan ulkus, memicu

clopidogrel berisiko tinggi apabila dikonsumsi oleh kekambuhan, dan meningkatkan

pasien dengan komplikasi saluran cerna (Tarigan, risiko komplikasi (Tarigan, 2001).

2001).
5. Alkohol 6. Riwayat Gastritis

Mengkonsumsi alkohol konsentrasi tinggi dapat Riwayat Gastritis memiliki dampak

merusak pertahanan mukosa lambung terhadap besar terhadap terjadinya ulkus.

ion hidrogen dan menyebabkan lesi akut mukosa Pada kelompok ini diprediksi risiko

gaster yang ditandai dengan perdarahan pada terjadi bukan karena sekresi asam

mukosa (Tarigan, 2001). tetapi oleh adanya gangguan dalam

mekanisme pertahanan mukosa dan

proses penyembuhan (Tarigan,

2001).
4 TERAPI FARMAKOLOGI
Terapi lini pertama untuk membasmi
infeksi Helicobacter pylori (HP) biasanya dimulai
dengan Proton Pump Inhibitor (PPI) selama 10
sampai 14 hari. Jika diperlukan perawatan kedua,
rejimen harus mengandung antibiotik yang
berbeda, atau rejimen empat obat dengan garam
bismut, metronidazol, tetrasiklin, dan PPI tetap
harus digunakan.

(DiPiro, 2015)
(DiPiro, 2015
Proton Pump Inhibitor (PPI)
Mekanisme kerja
mengontrol sekresi asam lambung
dengan cara menghambat pompa proton
yang mentranspor ion H+ keluar dari sel
parietal lambung.
Contoh
omeprazol, lansoprazol, esomeprazol,
pantoprazol, dan rabeprazol.

(Lacy dkk, 2008).


(DiPiro, 2015)
Omeperazole
Omeprazole adalah obat yang digolongkan sebagai
penghambat pompa proton/proton pump inhibitor (PPI). Omeprazole
berfungsi sebagai obat untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
kelebihan produksi asam lambung. Obat ini menekan sekresi asam
lambung dengan cara menghambat secara spesifik.
(Drugs, 2017)
INDIKASI :
Kegunaan omeprazole adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :
◇Omeprazole digunakan dalam pengobatan gastroesophageal reflux disease (GERD). GERD adalah
penyakit dimana penderita mengalami sensasi terbakar di area dada dan kerongkongan karena asam
lambung naik ke kerongkongan dan terjadi iritasi.
◇Untuk mengobati tukak lambung dan tukak usus besar. Tukak lambung biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri Helicobacter pylori. Untuk tujuan ini omeprazole biasanya diberikan dalam kombinasi
dengan amoxicillin dan clarithromycin.
◇obat ini juga berguna untuk menangani erosif esophagitis suatu kondisi dimana kerongkongan
(esophagus) mengalami peradangan karena iritasi asam lambung, infeksi virus atau jamur, dan
penggunaan alkohol serta obat-obatan tertantu.
(Drugs, 2017)
KONTRA INDIKASI :
Jangan menggunakan omeprazole untuk pasien yang memiliki riwayat
hipersensitif.
(Drugs, 2017)

EFEK SAMPING :
◇sakit kepala
DOSIS : ◇sembelit
Dosis lazim dewasa untuk infeksi Helicobacter pylori ◇diare
◇Kombinasi dengan clarithromycin : ◇sakit perut
omeprazole 40 mg 1 x sehari + clarithromycin ◇perut kembung
500 mg 3 x sehari selama 14 hari. ◇mual
◇Kombinasi dengan clarithromycin + amoxicillin : ◇Muntah
omeprazole 20 mg + clarithromycin 500 mg +
+ amoxicillin 1000 mg, 2 x sehari selama 10 (Drugs, 2017)
hari.

(Drugs, 2017)
Ranitidine
◇Ranitidine ada dalam kelompok obat yang disebut histamin-2 blocker. Ranitidine
bekerja dengan mengurangi jumlah asam yang diproduksi perut Anda.
◇Ranitidine digunakan untuk mengobati dan mencegah bisul di perut dan usus. Ini
juga mengobati kondisi di mana perut menghasilkan terlalu banyak asam, seperti
sindrom Zollinger-Ellison. Ranitidin juga mengobati penyakit refluks
gastroesophageal (GERD) dan kondisi lain di mana asam punggung dari perut ke
kerongkongan, menyebabkan mulas.
(Drug.com,2017)
KONTRA INDIKASI:
◇Bagi wanita hamil dan menyusui, sesuaikan dosis dengan anjuran dokter.
◇Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal.
◇Harap waspada bagi yang memiliki riwayat perdarahan, sulit menelan, muntah,
dan penurunan berat badan tanpa alasan jelas.
◇Penderita yang memiliki riwayat porfiria akut tidak boleh menggunakan
ranitidin.
◇Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter. (Drugs, 2017)
Mekanisme
◇Ranitidine adalah antagonis reseptor H2 histamin yang serupa dengan simetidin dan
famotidin. Antagonis H2-reseptor, yang sering disingkat menjadi antagonis H2, adalah obat
yang digunakan untuk menghalangi tindakan histamin pada sel parietal di perut,
mengurangi produksi asam oleh sel-sel ini. Obat ini digunakan dalam pengobatan dispepsia,
namun penggunaannya telah berkurang sejak munculnya inhibitor pompa proton yang lebih
efektif. Seperti H1-antihistamin, antagonis H2 adalah agonis terbalik daripada antagonis
reseptor sejati.
◇Antagonis H2 adalah penghambat kompetitif histamin pada reseptor H2 sel parietal.
Mereka menekan sekresi normal asam oleh sel parietal dan sekresi asam yang merangsang
makanan. Mereka menyelesaikan hal ini dengan dua mekanisme: histamin yang dilepaskan
oleh sel ECL di perut diblokir dari pengikatan reseptor H2 parietal yang merangsang
sekresi asam, dan zat lain yang mendorong sekresi asam (seperti gastrin dan asetilkolin)
memiliki efek berkurang pada sel parietal. ketika reseptor H2 diblokir.
(Drugsbank, 2017)
EFEK SAMPING :
Nyeri dada, demam, sesak nafas,
DOSIS : batuk lendir hijau atau kuning
ORAL : Mudah memar atau berdarah,
◇Dosis: 150 mg per oral 2 kali sehari ATAU 300 mg per oral sekali kelemahan yang tidak biasa
sehari setelah makan malam atau menjelang tidur. denyut jantung cepat atau lambat
◇Perawatan dosis: 150 mg per oral sekali sehari pada waktu tidur Demam, sakit tenggorokan, dan
◇Durasi terapi: 8 minggu (pengobatan); sampai 1 tahun sakit kepala disertai ruam kulit
(maintenance) yang kencang, mengelupas, dan
merah, atau
PARENTERAL : mual, sakit perut, demam rendah,
◇IM atau IV (bolus atau intermiten infus) Injeksi : kehilangan nafsu makan, urin
◇Dosis biasa: 50 mg IM atau IV setiap 6 sampai 8 jam berwarna gelap, kotoran berwarna
◇Dosis maksimal: 400 mg / hari tanah liat, sakit kuning
◇Infus IV terus menerus : Usual rate: 6,25 mg / jam (menguningnya kulit atau mata).
Anak2 :
◇Dosis untuk anak-anak ialah 2-4 mg/kg berat badan dua kali
sehari. Dosis maksimal untuk anak-anak ialah 300 mg sehari. (Drugs.com,2017)
Sucralfate
Indikasi Dosis
Digunakan untuk mengobati 1 g dalam keadaan
tukak lambung, Sebagai perut kosong 4 kali
profilaksis atau pencegahan sehari, atau minum
tukak usus duabelas jari 2g dalam keadaan
(duodenum). perut kosong 2 kali
sehari selama 4 -8
Mekanisme minggu.
Melibatkan ikatan selektif pada jaringan ulkus yang
nekrotik, dimana obat ini bekerja sebagai sawar terhadap
asam, pepsin, dan empedu. Obat ini mempunyai efek
perlindungan terhadap mukosa termasuk stimulasi
prostaglandin mukosa

(Drugs.com , 2017)
Efek samping Kontraindikasi
Mual, muntah, kesal - Jangan menggunakan obat ini
perut, sakit perut untuk pasien yang diketahui
sembelit, diare, ringan memiliki riwayat hipersensitif
gatal atau ruam kulit, pada Sukralfat (sucralfate).
masalah tidur (insomnia), - Hindari menggunakan obat
pusing, kantuk, berputar ini pada pasien dengan gagal
sensasi, sakit kepala; atau ginjal kronis karena obat ini
sakit punggung. bisa menyebabkan nefropati
yang diinduksi oleh
aluminium.
Regimen Obat untuk Membasmi
Helicobacter pylori menurut DiPiro

(DiPiro, 2015).
Eradikasi H. Pylori yang berhasil sekitar 80 - 90 % terjadi
dengan kombinasi beberapa obat antimikroba. Pilihan utama yang
berdasarkan efektivitas (tingkat eradikasi 90%) yaitu tripel bismut,
metronidazol dan tetrasiklin. Pengobatan pilihan kedua yaitu
metronidazol, amoksisilin, dan klaritromisin. Pengobatan tunggal obat
antimikroba kurang efektif karena tingat eradikasi hanya sekitar 20 –
40%.

(Mycek, 2001).
Bismuth Subsalicylate
Bismuth Subsalicylate biasa digunakan untuk penderita dispepsia,
diare, dan infeksi Helicobacter pylori. Dosis Dewasa Biasa untuk Infeksi
Helicobacter pylori: 525 mg per oral 4 kali sehari. (DiPiro, 2015).
Pada beberapa pasien bismut subsalicylate dapat menyebabkan lidah hitam
dan / atau kotoran berwarna keabu-abuan. Ini hanya sementara dan akan
hilang saat Anda Berhenti minum bismut subsalicylate. (Drugs.com, 2017).

Efek samping: Kegelisahan, kehilangan pendengaran, kebingungan,


sembelit (parah), diare, kesulitan dalam berbicara atau bicara tidak jelas,
pusing, mengantuk, bernafas cepat atau dalam, sakit kepala, meningkatnya
keringat, haus meningkat, depresi mental, kejang otot (terutama wajah, leher,
dan punggung), mual atau muntah, dering atau dengungan di telinga, sakit
perut (parah, gemetaran, masalah penglihatan. (Drugs.com, 2017).
MEKANISME :
Mekanisme kerja melalui sitoprotektif membentuk lapisan bersama
protein pada dasar tukak dan melindungi terhadap rangsangan pepsin dan
asam. Dosis obat 2 x 2 tablet sehari. Efek samping, berwarna kehitaman
sehingga timbul keraguan dengan pendarahan (Tarigan, 2001).
Bismut aktif melawan H.pylori dengan konsentrasi hambat minimal yaitu 16 mg
/ ml.
Bismut dikontraindikasikan untuk pasien yang hipersensitif terhadap bismut.
(Kimble, 2005).

DOSIS: EFEK SAMPING :


Tetracyline: 500 mg per oral Umum: Sakit perut, kotoran berdarah atau hitam,
setiap 6 jam selama 14 hari diare, mual
diberikan bersamaan dengan Kurang umum: Rasa terbakar, menusuk, atau
bismut, metronidazol, dan kesemutan, pusing, muntah
penghambat H2. Jarang: Muntah berdarah, kejang, pingsan,
Metronidazol: 250-500 mg per serangan jantung, iritasi pada mulut atau lidah,
oral 4 kali sehari selama 10-14 nyeri sendi dan bengkak, kepekaan kulit terhadap
hari. sinar matahari, ruam kulit, masalah dalam
menelan.
(Drugs.com, 2017)
Kombinasi Obat melawan H. pylori
yang disetujui FDA (1/3)
BMT-H2. Kombinasi ini terdiri dari bismut, metronidazole, dan
terasiklin, ditambah dengan antagonis reseptor H2. Terapi ini agak rumit
karena menggunakan empat macam obat yang diberikan empat kali
sehari selama dua minggu dan masih dilanjutkan terapi dengan obat
antagonis reseptor H2 selama 16 hari. Bismut yang diberikan biasanya
adalah bismuth salisilat 262 mg, dua tablet empat kali sehari dengan cara
dikunyah selama 14 hari diminum bersama makanan dan sebelum tidur.
Metronidazole 250 mg diminum empat kali sehari selama dua minggu
diminum bersama makanan dan sebelum tidur. Tetrasiklin 500 mg
diberikan empat kali sehari selama 14 hari diminum bersama makanan
dan sebelum tidur. Antagonis reseptor H2 diberikan selama 30 hari untuk
meningkatkan kesembuhan. PPI yang diminum dua kali sehari dapat
digunakan untuk mengganti antagonis reseptor H2.
(Kimble, 2005).
PPIMC. Kombinasi ini terdiri dari PPI, metronidazole, dan
clarithromycin. Metronidazole 500 mg dapat digunakan
sebagai pengganti amoksisilin karena memiliki daya eradikasi
yang sama. Efektivitas kombinasi ini yaitu antara 88-95%
untuk memeberantas bakteri H.pylori.

PPIAC. Kombinasi ini terdiri dari PPI, amoksisilin, dan clarithromycin yang
mempunyai keefektifan 90-95% dalam eradikasi H.pylori. Ketika
menggunakan terapi ini, PPI diminum dua kali sehari sebelum makan
selama 14 hari; amoksisilin 1000 mg dua kali sehari bersama dengan
makanan selama 14 hari; dan clarithromycin 500 mg dua kali sehari
diminum bersama dengan makanan selama 14 hari. FDA sudah
membuktikan bahwa terapi selama 10 hari juga sudah efektif. Terapi 7
hari tidak disarankan oleh FDA karena kurang efektif dibandingkan terapi
selama 10-14 hari. Antagonis reseptor H2 sebaiknya tidak ditambahkan
pada kombinasi yang menggunakan PPI.

(Kimble, 2005).
RBC-C. Kombinasi ini terdiri dari ranitidine, bismut citrat,
dan clarithromycin. Ranitidine 150 mg ditambah bismut sitrat 240 mg
diminum dua kali sehari selama empat minggu dikombinasikan
dengan clarithromycin 500 mg diminum tiga kali sehari untuk dua
minggu pertama. Kombinasi ini kurang efektif dibanding kombinasi
lainnya di atas. Selain itu, waktu pemberiannya juga agak merepotkan,
durasinya lama (empat minggu), ditambah lagi hanya satu antibiotik
yang digunakan. RBC merupakan pilihan untuk pasien yang alergi
terhadap penisilin.

(Kimble, 2005).
Analog Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh mukosa lambung dapat
menghambat sekresi HCL dan merangsang sekresi mukus dan bikarbonat.
Contoh obat yang dapat mencegah ulkus lambung adalah misoprostol.
(Fornai, et. al. 2011).
MISOPROSTOL :
◇Misoprostol adalah analog prostaglandin E1 (PGE1) yang digunakan untuk pengobatan
dan pencegahan sakit maag. Misoprostol merangsang peningkatan sekresi lendir pelindung
yang melapisi saluran pencernaan dan meningkatkan aliran darah mukosa, sehingga
meningkatkan integritas mukosa. Terkadang diresepkan dengan obat anti-inflamasi non-
steroid (NSAID) untuk mencegah terjadinya ulserasi gastrik, efek samping yang umum dari
NSAID.
◇Mekanisme kerja : Misoprostol menghambat sekresi asam lambung dengan tindakan
langsung pada sel parietal melalui pengikatan pada reseptor prostaglandin. Aktivitas
reseptor ini dimediasi oleh protein G yang biasanya mengaktifkan adenilat siklase.
Penghambatan tidak langsung adenilat siklase oleh MisoprostoL bergantung pada
guanosin-5'-triphosphate (GTP). (DrugBank,2017).
INDIKASI :
◇Ulserasi (duodenum, lambung dan NSAID yang diinduksi) dan
profilaksis untuk ulserasi yang diinduksi NSAID.
◇Untuk pencegahan atau pengobatan perdarahan postpartum
yang serius.

(DrugBank,2017).

KONTRAINDIKASI :
Kehamilan atau merencanakan hamil karena dapat Efek samping :
menyebabkan cacat lahir, kelahiran prematur, ruptur uteri, Diare , sakit perut, mual,
keguguran, atau keguguran yang tidak lengkap dan menyebabkan sakit perut, pendarahan
aborsi akibat terjadinya peningkatan kontaktilitas uterus. vagina atau bercak,
aliran menstruasi yang
(Parischa dan Hoogerwefh, 2008). berat; atau kram
menstruasi.
DOSIS :
Dosis dewasa untuk Ulkus Lambung :
200 mcg , 4 kali sehari sehabis makan dan menjelang tidur
Pengobatan harus dilakukan selama terapi obat anti-inflamasi non
(Drugs, 2017)
steroid (NSAID).
Antasida ◇Dosis:

◇1-2 tablet dikunyah 4 kali sehari dan


◇Indikasi
sebelum tidur atau bila diperlukan.
Untuk mengurangi gejala-gejala yang
◇Suspensi: 5 mL, 3-4 kali sehari
berhubungan dengan kelebihan asam
lambung, gastritis, tukak lambung,
tukak pada duodenum dengan gejala-
gejala seperti mual, nyeri lambung,
nyeri ulu hati, kembung dan perasaan
penuh pada lambung
◇Mekanisme kerja
Kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magnesium hidroksida merupakan antasid yang bekerja
menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati akibat
iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Di samping itu efek laksatif dari Magnesium
hidroksida akan mengurangi efek konstipasi dari Aluminium Hidroksida.
Efek samping
Sembelit, diare, mual, muntah dan gejala-gejala tersebut akan hilang bila
pemakaian obat dihentikan (Drugs.com , 2017)
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat
TERAPI
5 NON-FARMAKOLOGI
◇Pasien harus mengendalikan stress dan fikiran
◇Mengurangi konsumsi obat golongan NSAID (mengandung aspirin).
◇Mengurangi kebiasaan merokok
◇Mengurangi makanan pedas dan minuman yang akan berpotensi
menimbulkan gejala dyspepsia dan exacerbate ulcer seperti kafein, alkohol,
bersoda.
◇Jika pasien mengalami pepticulcer kronis, dapat dilakukan operasi.
◇Istirahat
◇Konsultasi dengan dokter lebih lanjut
(Dipiro, J.T., et al., 2015).
Mengapa harus menjauhi
rokok dan obat NSAID?
◇NSAID termasuk aspirin dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung melalui dua
mekanisme yaitu secara langsung atau mengiritasi topikal sel epitelium lambung dan
secara sistemik dengan menghambat sistesis prostaglandin.
(Dipiro, J.T., et al., 2005).
◇Selain faktor-faktor penyebab diatas, peptic ulcer disease juga dapat disebabkan oleh
kebiasaan merokok lebih dari 10 batang sehari. Mekanisme merokok dapat
menyebabkan peptic ulcer disease masih belum jelas. Mekanisme yang mungkin yaitu
adanya penundaan pengosongan lambung, menghambat sekresi bikarbonat, dan
mengurangi produksi prostaglandin pada lapisan mukosal yang akan mengakibatkan
berkurangnya perlindungan terhadap mukosa lambung. Selain itu merokok dapat
menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung, walaupun ini tidak terjadi pada
setiap individu.
(Dipiro, J.T., et al., 2015)
Terapi non farmakologi
untuk anemia

Pasien anemia hendaknya melakukan terpai non-farmakologi untuk membentu


penyembuhan diantaranya
◇Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran,
daging,ikan. Karena Zat besi yang tinggi akan merangsang pembentukan
hemoglobin yang tinggi pula.
◇Dapat digunakan suplemenen multi-vitamin yang mengandung vitamin B12 dan
asam folat sebagai terapi profilaksis mampun memperbaiki defisiensi vitamin B12
ataupun asam folat
◇Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfuse sel darah merah
(Dipiro, J.T., et al., 2005).
MONITORING dan
6 KONSELING
Antagonis reseptor H2
◇Antagonis reseptor-H2 sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan gangguan ginjal
◇Antagonis reseptor-H2 sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien yang
sedang dalam masa kehamilan dan menyusui
◇Antagonis reseptor-H2 dapat menutupi gejala kanker lambung; perhatian khusus
perlu diberikan pada pasien yang mengalami perubahan gejala dan pada pasien
setengah baya atau yang lebih tua.
◇Efek samping antagonis reseptor-H2 adalah diare dan gangguan saluran cerna
lainnya, pengaruh terhadap pemeriksaan fungsi hati (jarang, kerusakan hati), sakit
kepala, pusing, ruam dan rasa letih. Efek samping yang jarang adalah pankreatitis
akut, bradikardi, AV block, rasa bingung, depresi dan halusinasi, terutama pada
orang tua atau orang yang sakit parah, reaksi hipersensitifitas (termasuk demam,
artralgia, mialgia, anafilaksis), gangguan darah (termasuk agranulositosis,
leukopenia, pansitopenia, trombositopenia) dan reaksi kulit (termasuk eritema
ultiform, dan nekrolisis epidermal yang toksik). Dilaporkan juga kasus ginekomastia
dan impotensi, namun jarang terjadi.
(BPOM, 2015)
Ranitidin
◇Bagi wanita hamil dan menyusui, sesuaikan dosis dengan
anjuran dokter.
◇Konsultasikan dosis ranitidin untuk anak-anak dengan dokter.
◇Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal.
◇Harap waspada bagi yang memiliki riwayat perdarahan, sulit
menelan, muntah, dan penurunan berat badan tanpa alasan
jelas.
◇Penderita yang memiliki riwayat porfiria akut tidak boleh
menggunakan ranitidin
◇Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter
◇Jika digunakan bersama propantheline bromide akan terjadi
perlambatan absorpsi ranitidine
(Drugs, 2017)
Konsumsi Ranitidin dilakukan lewat mulut, dengan atau
tanpa makanan, biasanya sekali atau dua kali per hari atau sesuai
instruksi dokter. Pada beberapa kondisi bisa saja diresepkan 4 kali
sehari. Jika dikonsumsi sekali sehari, biasanya harus diminum
setelah makan malam atau sebelum tidur

Dosis dan lamanya perawatan tergantung kepada kondisi


medis dan respon tubuh tiap orang. Pada anak-anak, dosis juga bisa
bergantung pada berat badan. Bisa sembari meminum obat lain
(antasid) sesuai resep dokter
Jika digunakan ranitidine tanpa resep untuk mengobati
masalah pencernaan asam atau heartburn, minumlah satu tablet
dengan segelas air secukupnya. Untuk mencegah heartburn,
minumlah satu tablet dengan segelas air, 30-60 menit sebelum
mengonsumsi makanan atau minuman yang biasanya menyebabkan
heartburn. Jangan minum lebih dari 2 tablet dalam 24 jam kecuali
dokter Anda menginstruksikannya. Jangan meminum obat ini lebih
dari 14 hari berturut-turut tanpa berkonsultasi dengan dokter.

(Drugs.com,2017)
Sukralfat
◇Diminum saat perut kosong atau sebelum makan
◇Obat dapat dilarutkan dalam 10-15 mL air.
◇Antasida tidak boleh diberikan setengah jam sebelum atau sesudah pemberian Sukralfat
(sucralfate).
◇Hentikan pemakaian obat ini jika terjadi reaksi alergi, seperti ruam, gatal, sakit
tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya, karena bisa berakibat
yang lebih fatal.
◇Obat ini bisa menyebabkan pusing. Jangan mengemudi atau menyalakan mesin selama
menggunakan obat ini.
◇Belum diketahui apakah obat ini diekskresikan melalui air susu ibu. Meskipun begitu
tetap harus hati-hati ketika diberikan untuk ibu menyusui.
◇Dilaporkan adanya pembentukan bezoar, oleh sebab itu penggunaan Sukralfat
(sucralfate) harus dilakukan secara hati-hati pada pasien dengan penyakit yang serius,
terutama jika secara bersamaan juga mendapat nutrisi enteral atau pasien mengalami
gangguan pengosongan lambung. Pemberian Sukralfat (sucralfate) dan nutrisi enteral
harus berjarak 1 jam.
◇Karena Sukralfat (sucralfate) bisa mempengaruhi penyerapan beberapa obat, obat ini
harus diberikan secara terpisah dari obat lain ketika perubahan dalam bioavailabilitas
dirasakan penting.
◇Tidak dianjurkan untuk diberikan kepada wanita hamil
(Drugs, 2017
Omeprazole (1/2)
◇Omeprazol adalah inhibitor pompa proton yang menurunkan jumlah asam
yang diproduksi perut Anda.
◇Obat ini mengandung sodium bicarbonate, suatu bentuk garam. Memasikan
pasien tidak menjalani diet rendah garam.
◇Omeprazol dapat meningkatkan risiko patah tulang pada pinggul,
pergelangan tangan, atau tulang belakang, terutama jika pasien memakai
obat ini dalam jangka panjang atau dengan dosis tinggi.
◇Memberi tahu pasien egera hubungi dokter jika memiliki gejala efek samping
yang serius: kebingungan, pusing, tremor atau kedutan otot, sakit perut parah,
diare berair atau berdarah, muntah, dan mati rasa atau kesemutan di wajah,
lengan, atau kaki.
◇Mengambil inhibitor pompa proton seperti omeprazol dapat meningkatkan
risiko patah tulang pada pinggul, pergelangan tangan, atau tulang belakang.
Efek ini telah terjadi terutama pada orang yang telah minum obat dalam
jangka panjang atau dengan dosis tinggi, dan pada mereka yang berusia 50
dan lebih tua.
(Drugs.com, 2017)
◇Minum obat ini pada waktu perut kosong, minimal 1 jam sebelum makan. Jika obat ini
diberikan kepada orang yang diberi makan melalui tabung nasogastrik (NG), makanan
harus dihentikan setidaknya 3 jam sebelum diberi obat. Jangan memulai kembali pemberian
nasogastrik minimal 1 jam setelah memberi omeprazol dan sodium bikarbonat.
◇Konsumsi kapsul omeprazol dan sodium bicarbonate dengan segelas air penuh. Jangan
gunakan jenis cairan atau makanan lain.
◇Jangan membuka kapsul atau mengosongkan serbuk obat dari situ. Menelan seluruh
kapsul.
◇Simpan pada suhu kamar hindari dari kelembaban dan panas.
◇Ambillah dosis yang terlewat begitu pasien ingat. Lewati tak terjawab jika sudah hampir
waktunya untuk dosis terjadwal berikutnya. Jangan minum obat tambahan untuk mengganti
dosis yang tidak terjawab.
◇Suspensi oral: Omeprazol 40 mg per oral, diikuti 40 mg 6 sampai 8 jam kemudian, dan 40
mg per oral sekali sehari sesudahnya. Durasi terapi: 14 hari
◇Yang harus dihindari obat-obatan antibiotik yang dapat menyebabkan diare, yang
mungkin merupakan pertanda adanya infeksi baru. Jika pasien menderita diare yang berair
atau berdarah, beritahukan untuk menghubungi dokter. Jangan gunakan obat anti-diare
kecuali jika dokter menyuruh pasien.
(Drugs.com, 2017)
Bismuth Subsalicylate(1/3)
◇Bismuth subsalicylate digunakan untuk mengobati diare, mual, sakit
maag, gangguan pencernaan, dan sakit perut.
◇Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada anak atau remaja yang demam,
apalagi jika si kecil juga terkena gejala flu atau cacar air. Salisilat dapat
menyebabkan kondisi serius dan terkadang fatal yang disebut sindrom
Reye pada anak-anak.
◇Pasien sebaiknya tidak menggunakan bismut subsalicylate jika pasien
menderita tukak lambung, riwayat pendarahan perut atau usus, atau jika
pasien alergi terhadap salisilat seperti aspirin, Kekuatan Tambahan Doan,
Salflex, Tricosal, dan lain-lain.
◇Jangan minum lebih dari 8 dosis dalam satu hari (24 jam).
◇Kocok obat cairan dengan baik tepat sebelum pasien mengukur dosis.
Ukur cairan dengan sendok pengukur dosis khusus atau cangkir obat,
bukan dengan sendok biasa. Jika pasien tidak memiliki alat pengukur
dosis, tanyakan pada apoteker.
◇Tablet kunyah harus dikunyah sebelum pasien menelannya.
(Drugs.com, 2017)
◇Simpan pada suhu kamar hindari dari kelembaban dan panas. Jangan dibekukan.
◇Karena bismut subsalicylate diambil sesuai kebutuhan, pasien mungkin tidak berada
dalam jadwal pemberian dosis. Jika pasien minum obat secara teratur, minum dosis
yang telah terlewati segera setelah pasien ingat. Lewati dosis yang telah telewati jika
sudah hampir waktunya untuk dosis terjadwal berikutnya. Jangan minum obat
tambahan untuk mengganti dosis yang terlewati. Jangan minum lebih dari 8 dosis
dalam satu hari (24 jam).
◇Tanyakan kepada dokter atau apoteker sebelum minum obat antasida atau diare lain
bersama dengan bismuth subsalicylate.
◇Dapatkan bantuan medis darurat jika pasien memiliki tanda-tanda reaksi alergi ini:
gatal-gatal; sulit bernafas; pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
◇Efek samping yang umum meliputi: sembelit; tinja berwarna gelap; atau lidah hitam
atau gelap.
◇524 mg per oral setiap 30 sampai 60 menit bila diperlukan tidak melebihi 8 dosis
dalam periode 24 jam.
◇Sebagai alternatif, 1048 mg sampai 1050 mg dapat diberikan secara oral setiap jam
tidak melebihi 4 dosis dalam periode 24 jam. Durasi terapi: sampai diare berhenti tidak
lebih dari 2 hari
(Drugs.com, 2017)
Tanyakan kepada dokter atau apakah pasien mengonsumsi obat obat
berikut ini:

◇pengencer darah seperti warfarin (Coumadin, Jantoven);


◇insulin atau obat diabetes oral;
◇probenesid (Benemid);
◇antibiotik seperti doksisiklin (Doryx, Oracea, Periostat, Vibramycin),
minocycline (Dynacin, Minocin, Solodyn), atau tetrasiklin (Ala-Tet,
Brodspec, Panmycin, Sumycin, Tetracap);
◇Obat yang digunakan untuk mencegah penggumpalan darah, seperti
alteplase (Activase), tenecteplase (TNKase), urokinase (Abbokinase);
atau
◇salisilat lainnya seperti aspirin, Nuprin Backache Caplet, Kaopectate,
KneeRelief, Formula Creme Pamprin, Pepto-Bismol, Tricosal, Trilisate,
dan lain-lain.
(Drugs.com, 2017)
Analog prostaglandin
◇Misoprostol
-Digunakan untuk mencegah ulkus lambung terkait NSAID pada pasien
dengan riwayat ulkus
-Tidak digunakan jika terdapat alergi terhadap misoprostol
-Obat ini dapat dikonsumsi dengan makanan. Jangan mengkonsumsi
antasida yang mengandung magnesium berbarengan dengan
misoprostol
-Ambillah dosis yang terlewat begitu ingat. Jika mendekati dosis
berikutnya, lewati dosis yang terlewat dan kembali ke waktu normal.
Jangan minum 2 dosis sekaligus atau dosis ekstra.
-Tanda reaksi alergi, seperti ruam; gatal-gatal; gatal; merah, bengkak,
melepuh, atau mengupas kulit dengan atau tanpa demam; mengi;
sesak di dada atau tenggorokan; kesulitan bernafas atau berbicara;
suara serak yang tidak biasa; atau pembengkakan mulut, wajah, bibir,
lidah, atau tenggorokan serta diare.
-Reaksi dengan obat lain yang utama : Cervidil (dinoprostone topical),
dinoprostone topical, Prepidil (dinoprostone topical), Prostin E2
(dinoprostone topical)

(Drugs.com, 2017)
Tablet Misoprostol tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil untuk mengurangi
risiko ulkus yang disebabkan oleh obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Tablet
Misoprostol tidak boleh dikonsumsi oleh siapa saja yang memiliki riwayat alergi
terhadap prostaglandin.
-Tablet Misoprostol harus dikonsumsi selama terapi NSAID. Tablet Misoprostol
telah terbukti mengurangi risiko tukak lambung dalam penelitian terkontrol durasi
3 bulan.
- Prostaglandin seperti Tablet Misoprostol dapat meningkatkan aktivitas agen
oksitosin, terutama bila diberikan kurang dari 4 jam sebelum memulai pengobatan
oksitosin. Penggunaan bersamaan tidak dianjurkan.
-Simpan pada suhu kamar. Simpan di tempat yang kering. Jangan simpan di
kamar mandi. Simpan semua obat di tempat yang aman. Jauhkan semua obat
dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.

(Drugs.com, 2017)
Antasida
-Antasida adalah golongan obat yang menetralkan asam di perut. Mereka
mengandung bahan-bahan seperti aluminium, kalsium, atau magnesium
yang bertindak sebagai basa (alkali) untuk melawan asam lambung dan pH
yang lebih rendah.
-Obat ini bisa menyebabkan mual, sembelit, diare, atau sakit kepala. Jika
gejala ini terjadi terus menerus atau menjadi parah, beritahu dokter.
-Magnesium bisa menyebabkan diare. Menggunakan antasid yang hanya
mengandung aluminium bisa membantu mengendalikan diare. Aluminium
dalam produk ini bisa menyebabkan sembelit. Untuk meminimalkan
sembelit, banyak minum cairan dan olah raga. Diare lebih sering terjadi
daripada sembelit. Antasida yang mengandung aluminium mengikat fosfat,
zat kimia penting tubuh, di dalam usus. Hal ini dapat menyebabkan kadar
fosfat rendah.
-Antasida dapat mengganggu penyerapan banyak obat lain. Pastikan
untuk berkonsultasi ketika ingin mengonsumsi obat lain
(Drugs.com, 2017)
Thanks!
Daftar Pustaka
Arisman, 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Akil, H. A. M. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Cohen, S. 2007. Peptic Ulcer Disease, The Merck Manuals Online Medical Library, The Merck Manual
For Healthcare Professionals. Available ar http://www.merckmanuals.com [Diakses pada
tanggal 4 Desember 2017].
Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The Mc.Graw Hill Company. USA.
Page : 1891-1939.
DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Wells, B. G., dan DiPiro, C.V. 2015. Pharmacotharapy Handbook, Ninth
Edition. ed. New York : Mcgraw Hill Education.
Drugs.com. Bismuth Subsalicylate. Tersedia online di https://www.drugs.com/mtm/bismuth-
subsalicylate.html.[Diaksestanggal 4 Desember 2017]
Drugs.com. bismuth subsalicylate / metronidazole / tetracycline. Tersedia online
di: https://www.drugs.com/sfx/bismuth-subsalicylate-metronidazole-
tetracycline-side-effects.html. [Diakses tanggal 4 Desember 2017].
Drugs.2017. Omeprazole. Tersedia Online di https://www.drugs.com/dosage/omeprazo le.html
[diakses pada tanggal 4 Desember 2017].
Drugs. 2017.Misoprostol. Tersedia Online di https://www.drugs.com/mtm/misoprostol.html
[diakses pada tanggal 4 Desember 2017].
Drugs. 2017. Antacid. Tersedia online di https://www.drugs.com/drug-class/antacids.html
[Diakses pada 4 Desember 2017]
Drugs.com. 2017. sucralfate. Tersedia online di https://www.drugs.com/mtm/sucralfate.html
[ 4 desember 2017]
Drugs.com. 2017.aluminum hydroxide and magnesium hydroxide suspension. Tersedia online
dihttps://www.drugs.com/cdi/aluminum-hydroxide-andmagnesium-hydroxide
suspension.html [ 4 desember 2017]
Drugs.com.2017.Ranitidine Tersedia online di https://www.drugs.com/ranitidine.html[Diakses
pada 4 desmber 2017].
Drugbank. 2017. Misoprostol. Tersedia Online di https://www.drugbank.ca/drugs/DB00929 [
Diakses pada tanggal 4 Desember 2017].
Drugbank. 2017. Ranitidine. Tersedia Online di https://www.drugbank.ca/drugs/DB00863 [
Diakses pada tanggal 4 Desember 2017].
Hoogerwerf, W. A. dan P.J. Pasricha. 2008. Manual of Pharmacology
and Theurapetics. USA: The McGraw-Hill Companies.
Fajariyah, S., Utami, E. T., & Arisandi, Y. 2010. The Effect of Synthetic Estrogen on Hepar Stucture
And Level of SGOT and SGPT of Balb’C Female Mice (UMus musculus). Jurnal ILMU DASAR,
11(1), 76-82.
Fornai, M., Antonioli, L., Colucci, R., Tuccori, M., et al et. al. 2011. Pathophysiology of Gastric Ulcer
Development and Healing: Molecular Mechanisms and Novel Therapeutic Options.
Department of Internal Medicine, University of Pisa.
Kemenkes. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Tersedia di
https://www.researchgate.net/profile/Fauna_Herawati/publiaton/303523819_Pedoman_I
nterpretasi_Data_Klinik/links/5746c1db08ae298602fa0bb4.pdf?origin=publication_detail
[Diakses pada 04 Desember 2017].
Keshav S. 2004. The gastrointestinal system at a glance. 1st ed. Massachusetts: Blackwell
Science.
Kimble, M.A., Young, L.E., Kradjan, W.A., Guglielmo, B.J., Alldredge, B.K., Corelli, R.L. 2005.
Applied Therapeutics : The Clinical Use of Drugs, 8th Ed. USA: Lippincot Williams &
Wilkins.
Kumar, V., Cotran, R. S. dan Robbins, S. L. 2004. Buku Ajar Patologi Edisi dan Volume 1. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lacy, dkk. 2008. Drug Infromation Handbook. 17th edition. USA: Lexi-Comp Inc
Lindseth, Glenda N.2006. Gangguan Hati, Kandung Empedu dan Pankreas dalam Patofisiologi
Prince,Sylvia A., Wilson, Larraine M. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. Vol. 1,Edisi 6. Jakarta:EGC. pp: 472-515.
Liu C, Crawford JM. 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7 th ed. Philadelphia
: Elsevier. Pg 816-9.
McGuigan, J.E. (2001). Ulkus Peptikum dan Gastritis dalam Isselbacher J.K, Braunwald
E.,Wilson J.D., Martin J.B., Harrison. Prinsip- Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Volume 4.
EdisiXIII. EGC. Halaman 1532-1534.
Murakami, K., Okimoto, T., Kodama, M., Sato, R., Miyajima, H., Ono, M., Inoue, K., Watanabe,
K., Otsu, S., dan Fujioka, T. 2006.Helicobacter.11(5): 436-440
Medscape, 2017. Peptic Ulcer Disease: Pathphysiology. Tersedia online di
https://emedicine.medscape.com/ [Diakses pada tanggal 4 Desember 2017].
Mycek, M. J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya Medika. Tarigan, P.
2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan
Fakultas Kedokteran.
Rani, A. A. & Fauzi, A. 2006. Infeksi Helicobacter pylori dan Penyakit Gastro-duodenal. In A. W.
Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K., & S. Setiati (Eds.), Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
(IV, 329–331). Jakarta: FKUI.
Paul N. Maton, M.D., F.R.C.P., F.A.C.P., F.A.C.G., Digestive Disease Specialists, Oklahoma City, OK. 2013
. Zollinger-Ellison Syndrome. Clearinghouse .
Arisman, 2006. Gizi dalam daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Schmitz, P. G., & Martin, K. J. 2008. Internal Medicine: Just The Facts. Singapore: The McGraw-Hill
Companies.
Tarigan, P. 2001. Tukak Gaster. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid I. Jakarta: Pusat
Penerbitan Fakultas Kedokteran.
Tarigan, P. 2006. Tukak Gaster. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K., & S. Setiati (Eds.), Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I (IV, 338–341). Jakarta: FKUI.
Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. Twelfth Edition. Asia:
Wiley.
Saverio, S. Di et al., 2014. A Cost-Effective Technique for Laparoscopic Appendectomy : Outcomes and
Costs of a Case -Control Prospective SingleOperator Study of 112 Unselected Consecutive
Cases of Complicated Acute Appendicitis. Journal of the American College of Surgeons,
218 (3).
Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th Ed. Canada: Yolanda Cossio.
Shrestha, S. 2009. Peptic Ulcer Disease. Division of Gastroenterology, Gastroenterology Care
Consultants. Available from: http://emedicine.medscape.com [Diakses pada 4 Desember
2017]
Wilson, L. M. dan Lindseth, G. M. 2005. Pathophysiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Volume 1 Edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai