Anda di halaman 1dari 6

• Riwayat ‘Itban bin Malik tersebut memang betul terdapat

dalam Fathul Baari sebagai berikut.


ِ َّ َ ‫سو َل‬
• ‫للَا‬ ُ ‫ع ْن ِعتْبَان بْن َما ِلك ” أ َ َّن َر‬ َ ‫لر ِبيع‬َّ َ ‫ع ْن َم ْح ُمود بْن ا‬
َ ‫ي‬ ُّ َ ‫ط ِريق ا‬
ّ ‫لز ْه ِر‬ َ ‫َما َر َواهُ أ َ ْح َمد ِم ْن‬
َ ‫صلَّ ْوا ِب‬
” ‫ص َتاتِ ِه‬ ُ ‫صلَّى فِي بَ ْيتِ ِه‬
ُّ ‫س ْب َحة اَل‬
َ َ‫ض َحى فَاَا ُموا َو َرا َههُ ف‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ َ ‫صلَّى‬
َ ُ‫للَا‬ َ
• Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya. Ibnu
Hajar mengatakan bahwa hadits ini dikeluarkan pula oleh Muslim dari
riwayat Ibnu Wahb dari Yunus dalam hadits yang cukup panjang,
tanpa menyebut “shalat Dhuha”.[2] Al Haitsami mengatakan bahwa
para perowinya adalah perowi yang shahih.[3] Syaikh Syu’aib Al
Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sebagaimana
syarat Bukhari-Muslim.[4]
• Alangkah bagusnya jika kita memahami bagaimana hukum melaksanakan shalat sunnah
secara berjama’ah.
• Mayoritas ulama ulama berpendapat bahwa shalat sunnah boleh dilakukan secara
berjama’ah ataupun sendirian (munfarid) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah melakukan dua cara ini, namun yang paling sering dilakukan adalah secara
sendirian (munfarid). Perlu diketahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
melakukan shalat bersama Hudzaifah; bersama Anas, ibunya dan seorang anak yatim;
beliau juga pernah mengimami para sahabat di rumah ‘Itban bin Malik[5]; beliau pun
pernah melaksanakan shalat bersama Ibnu ‘Abbas.[6]
• Ibnu Hajar Al Asqolani ketika menjelaskan hadits Ibnu ‘Abbas yang berada di rumah
Maimunah dan melaksanakan shalat malam bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau rahimahullah mengatakan,
• ‫َوفِي ِه َم ْش ُرو ِعيَّة ْال َج َما َعة فِي النَّافِلَة‬
• “Dalam hadits ini menunjukkan dibolehkannya melakukan shalat sunnah secara
berjama’ah.”[7]
• Namun apakah hadits ini bisa sebagai dalil untuk melaksanakan shalat
Dhuha rutin secara berjama’ah?
• An Nawawi tatkala menjelaskan hadits mengenai qiyam Ramadhan
(tarawih), beliau rahimahullahmengatakan,
• ‫سوف‬ ُ ‫ ْال ِعيد َو ْال ُك‬: ‫ي‬
َ ‫صة َو ِه‬ َ ‫صو‬ ُ ‫ َولَ ِك َّن ِاِل ْختِيَار فِي َها ِاِل ْن ِف َراد ِإ َِّل فِي ن ََوافِل َم ْخ‬، ‫َج َواز النَّافِلَة َج َما َعة‬
‫َو ِاِل ْس ِت ْساَاه َو َك َذا الت َّ َرا ِويح ِع ْند ْال ُج ْم ُهور‬

• “Boleh mengerjakan shalat sunnah secara berjama’ah. Namun pilihan yang


paling bagus adalah dilakukan sendiri-sendiri (munfarid) kecuali pada
beberapa shalat khusus seperti shalat ‘ied, shalat kusuf (ketika terjadi
gerhana), shalat istisqo’ (minta hujan), begitu pula dalam shalat tarawih
menurut mayoritas ulama.”[8]
• Ada sebuah…………………………………………………………………………………………… pertanyaan yang
pernah diajukan pada Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengenai
hukum mengerjakan shalat nafilah (shalat sunnah) dengan berjama’ah.
Syaikh rahimahullah menjawab,
• ‫ وأما صتاتها أحيانا ً في‬،‫ فهذا غير مشروع‬،‫إذا كان اإلنسان يريد أن يجعل النوافل دائما ً في جماعة كلما تطوع‬
،)2(‫جماعة فإنه ِل بأس به لورود ذلك عن النبي صلى هللا عليه وسلم كما في صتاة ابن عباس معه في صتاة الليل‬
.)3(‫وكما صلى معه أنس بن مالك رضي هللا عنه واليتيم في بيت أم سليم وما أشبه ذلك‬

• “Apabila seseorang melaksanakan shalat sunnah terus menerus secara berjama’ah, maka
ini adalah sesuatu yang tidak disyari’atkan. Adapun jika dia melaksanakan shalat sunnah
tersebut kadang-kadang secara berjama’ah, maka tidaklah mengapa karena terdapat
petunjuk dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal ini seperti shalat malam
yang beliau lakukan bersama Ibnu ‘Abbas[9]. Sebagaimana pula beliau pernah melakukan
shalat bersama Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dan anak yatim di rumah Ummu
Sulaim[10], dan masih ada contoh lain semisal itu.”[11]
• Namun kalau shalat sunnah secara berjama’ah dilakukan dalam rangka
pengajaran, maka ini diperbolehkan karena ada maslahat. Ibnu Hajar ketika
menjelaskan shalat Anas bersama anak yatim di belakang Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam secara berjama’ah, beliau mengatakan,
• ‫ بَ ْل يُ ْم ِك ُن‬، ‫صلَ َحة َكالت َّ ْع ِل ِيم‬ َ ‫ْث َِل يَ ُكون ُهن‬
ْ ‫َاك َم‬ ُ ‫ص َتاة النَّافِلَة ُم ْنفَ ِردًا َحي‬
َ ‫َوأ َ َّن َم َح ّل ْالفَضْل ْال َو ِارد فِي‬
. ‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫للَا َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫اك أ َ ْف‬
َ ‫ضل َو َِل ِسيَّ َما ِفي َحاّه‬ َ ‫أ َ ْن يُاَال ُه َو ِإ ْذ َذ‬

• “Shalat sunnah yang utama adalah dilakukan secara munfarid (sendirian)


jika memang di sana tidak ada maslahat seperti untuk mengajarkan orang
lain. Namun dapat dikatakan bahwa jika shalat sunnah secara berjama’ah
dilakukan dalam rangka pengajaran, maka ini dinilai lebih utama, lebih-
lebih lagi pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang bertugas untuk
memberi contoh pada umatnya, -pen).”

Anda mungkin juga menyukai