Anda di halaman 1dari 16

TB PARU

KELOMPOK 3

INDRIANI PONONGOA
LUTVIAH F. ALAMRI
NURSIA T. MOKOAGOW
BUDIMAN NIODE
FATURRAHMA K. IDJI
KRISNA P. PUTRA
a. Definisi

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat
bervariasi.

Tuberculosis Paru adalah penyakit radang parenkim paru


karena infeksi kuman mycrobacterium tuberculosis
b. Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis,


sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-
4/μm dan tebal 0,3-0,6/μm. Spesies lain dari kuman ini yang
dapat menyebabkan infeksi pada manusia adalah
mycobacterium bovis, mycobacterium kansasii,
mycobacterium intracellulare.
c. Patofisiologi

Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan,


saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui
inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya
melalui susu yang terkontaminasi.
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis pada TB Paru:
1. Demam 40-41 ͦC
2. Batuk
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul perandangan
menjadi produktif ( menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah
(hemapnoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
3. Sesak
4. Nyeri dada
5. Mailase, keringat malam
Pada anak:
1. Berkurangnya BB 2 bulan berturut turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh
2. Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu
3. Batuk kronik lebih dari 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze
4. Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa
e. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium
1. Darah (LED normal atau meningkat, limfositosis)
2. Sputum
3. Test Tuberculin
f. Jenis obat dan dosis obat anti
tuberkulosis (OAT)
1. Isoniasid (H)
- Bersifat bakteriasid dapat membunuh 90% populasi kuman dalam
beberapa hari pertama pengobatan.
- Dosis hariannya dianjurkan 5mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan
intermitten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10mg/kgBB.
2. Rifamphisin (R)
- Bersifat bakteriasid dapat membunuh kuman semi-dormant (persister)
yang tidak dapat dibunuh oleh INH.
- Dosis 10mg/kgNN diberikan sama untuk pengobatan harian maupun
intermitten seminggu 3 kali
3. Pirasinamid (Z)
- Bersifat bakteriasid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam.
- Dosis harian dianjurkan 25 mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan
intermitten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35mg/kgBB
4. Streptomicin (S)
- Bersifat baketriasid
- dosis hariannya dianjurkan 15 mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan
intermitten 3 kali sehari menggunakan dosis yang sama
5. Ethambutol (E)
- Bersifat sebagai bakteriostatik
- Dosis hariannya dianjurkan 15 mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan
intermitten 3 kali seminggu dosis 30mg/kgBB.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TB PARU

1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab
3. Aktifitas / istrahat
4. Integritas ego
5. Makanan / cairan
6. Nyeri / kenyamanan
7. Pernapasan
8. Keamanan
9. Interaksi sosial
10. Penyuluhan / pembelajaran
2. Diagnosa keperawatan

 Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d Pertahanan primer


tak adekuat , penurunan kerja silia ,Kerusakan jaringan ,Penurunan
ketahanan, Malnutrisi ,Terpapar lngkungan ,Kurang pengetahuan untuk
menghindari pemaparan patogen.
 Bersihan jalan nafas tak efektif B.d adanya secret Kelemahan , upaya
batuk ,burukEdema tracheal.
 Gangguan pertukaran gas B.d Penurunan permukaan efektif paru ,
atelektasis ,Kerusakan membran alveolar – kapiler ,Sekret kental , tebal,
Edema bronchial.
 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
3. Intervensi keperawatan
a.Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d Pertahanan primer
tak adekuat , penurunan kerja silia ,Kerusakan jaringan ,Penurunan
ketahanan, Malnutrisi ,Terpapar lngkungan ,Kurang pengetahuan untuk
menghindari pemaparan patogen.
- Kriteria hasil :
 Pasien menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu
 Mengidentifkasi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
 Menunjukkan teknik , perubahan pola hidup untuk peningkatan
lingkungan yang aman
- INTERVENSI:
 Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
 Identifikasi orang lain yang beresiko
 Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan
menghindari meludah
 Kaji tindakan kontrol infeksi sementara
 Awasi suhu sesuai indikasi
 Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
 Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
 Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap
sputum
 Dorong memilih makanan seimbang
 Kolaborasi pemberian antibiotic
 Laporkan ke departemen kesehatan lokal
b. Gangguan pertukaran gas B.d Penurunan permukaan efektif paru ,
atelektasis ,Kerusakan membran alveolar – kapiler ,Sekret kental , tebal,
Edema bronchial.
- Kriteria Evaluasi :
 Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.
- INTERVENSI:
 Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan upaya
pernafasan , terbatasnya ekspansi dinding dada , dan kelemahan
 Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau perubahan
pada warna kulit
 Anjurkan bernafas bibr selama ekshalasi
 Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas
perawatan diri sesuai kebutuhan
 Kolaborasi oksigen
c.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d Kelemahan ,Sering batuk /
produksi sputum ,Anorexia ,Ketidakcukupan sumber keuangan
- Kriteria hasil:
 Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku / pola
hidup untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat.
- INTERVENSI:
 Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, BB,
Integrtas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual / muntah atau
diare
 Pastikan pola diet biasa pasien
 Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodic
 Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hhubungan
dengan obat
 Berikan perwatan mulut sebelum dan sesudah makan
 Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohodrat
 Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet
 Kolaborasi antipiretik

Anda mungkin juga menyukai