1. A
• Comprehensive care meliputi tiga pengertian yaitu pelayanan
mencakup semua usia; pelayanan melingkupi promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif dan paliatif. Pelayanan meliputi bio-psiko-
sosial.
• Continuing care ditujukan terutama untuk kasus-kasus kronik yang
perlu monitoring rutin dan pelayanan komplikasi yang mungkin
muncul.
• Personal care : the patient may consult his family doctor not only
when he is unwell but may seek his councel as a friend and
mentor.
• Holistic approach : mempertimbangkan segala aspek yang ada
pada pasien, keluarga dan komunitasnya, bukan hanya fokus pada
penyakit yang diderita saja. Memperhatikan aspek bio-psiko-sosial.
• Patient centered dimana pelayanan berpusat pada pasien sebagai
individu dalam keluarga dan perhatian khusus kepada hubungan
dokter pasien.
2. D
PENCEGAHAN SEKUNDER
• Pasien sudah terkena penyakit (kecelakaan) pencegahan
KEYWORD
SEKUNDER!!
• PROMPT TREATMENT operasi
RUJUKAN VERTIKAL
• DOKTER UMUM KE SPESIALIS
• KARENA BUTUH PENANGANAN KHUSUS
Jenis Rujukan
Antar Dokter
• Interval referral: pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab pasien sepenuhnya kepada 1
dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu, dan selama jangka waktu tersebut,
dokter tersebut tidak ikut menanganinya
• Split referral: pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab pasien sepenuhnya kepada
beberapa dokter konsultan untuk jangka
Antar Instansi waktu tertentu, dan selama jangka waktu
tersebut, dokter tersebut tidak ikut
• Horizontal: setingkat, menanganinya
• Collateral referral: menyerahkan wewenang
misalnya dari dokter A ke dan tanggung jawab penanganangan
dokter B tetapi masih dalama penderita hanya untuk satu masalah
1 strata penanganan spesialistik saja
• Cross referral: menyerahkan wewenang dan
• Vertikal: naik atau turun tanggung jawab pasien kepada dokter lain
untuk selamanya
tingkat, misalnya dari
puskesmas ke rumah sakit.
4. D
Klasifikasi posyandu:
• Posyandu pratama (warna merah)
– Masih belum mantap
– Kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan
– Kader aktifnya terbatas
• Posyandu madya (warna kuning)
– Kegiatan lebih dari 8 kali per tahun
– Jumlah kader tugas 5 orang atau lebih
– Cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi) masih kurang dari 50%
• Posyandu purnama (warna hijau)
– frekuensinya lebih dari 8 kali pertahun
– rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih
– cakupan 5 program utamanya lebih dari 50%
– sudah ada program tambahan seperti dana sehat
tetapi masih sederhana
• Posyandu mandiri (warna biru)
– Ada program tambahan dan dana sehat telah
menjangkau lebih dari 50% KK
5. D MANAGER
1. Care Provider. 3. Communicator.
• Memperlakukan pasien secara holistik • Mampu mempromosikan Gaya Hidup Sehat.
• memandang Individu sebagai bagian integral dari • Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang
keluarga dan komunitas. efektif.
• Memberikan pelayanan yang bermutu, • Mampu memberdayakan individu dan kelompok
menyeluruh, berkelanjutan dan manusiawi. untuk dapat tetap sehat.
• Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling
percaya. 4. Community Leader.
• Dapat menempatkan dirinya sehingga
2. Decision Maker. mendapatkan kepercayaan masyarakat.
• Kemampuan memilih teknologi • Mampu menemukan kebutuhan kesehatan
• Penerapan teknologi penunjang secara etik. bersama individu serta masyarakat.
• Cost Effectiveness • Mampu melaksanakan program sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
5. Manajer.
• Mampu bekerja sama secara harmonis dengan
individu dan organisasi di luar dan di dalam
lingkup pelayanan kesehatan, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan pasien dan komunitas.
• Mampu memanfaatkan data-data kesehatan
secara tepat dan berhasil guna.
9. E
• Adalah gambaran tentang frekuensi • Incidence rate (IR)
penderita baru suatu penyakit yang Jumlah penderita baru
ditemukan pada suatu waktu IR = Jumlah population at risk x 100%
tertentu di satu kelompok pada pertengahan tahun
masyarakat.
• Untuk dapat menghitung angka • Attack rate (AR)
insidensi suatu penyakit, sebelumnya Jumlah penderita baru
harus diketahui terlebih dahulu AR = dalam suatu saat
x 100%
tentang : Jumlah population at risk
– Data tentang jumlah penderita baru. pada saat yang sama
– Jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit baru( Population at • Secondary attack rate (SAR)
Risk). Jumlah penderita baru
• Secara umum angka insiden ini dapat pada serangan kedua
dibedakan menjadi 3 macam SAR = Jumlah penduduk −jumlah x 100%
– Incidence rate penduduk sakit pada
– Attack rate serangan pertama
– Secondary attack rate
Prevalensi
• Adalah gambaran tentang frekuensi • Period Prevalen Rate (PerPR)
penderita lama dan baru yang ditemukan
pada suatu jangka waktu tertentu di Jumlah penderita
sekelompok masyarakat tertentu. lama + baru
PerPR = Jumlah penduduk x 100%
• Pada perhitungan angka prevalensi, pertengahan
digunakan jumlah seluruh penduduk
tanpa memperhitungkan orang/penduduk
yang kebal atau penduduk dengan resiko • Point Prevalen Rate (PoPR)
(Population at Risk). Sehingga dapat
dikatakan bahwa angka prevalensi Jumlah penderita
sebenarnya BUKAN-lah suatu RATE yang lama+baru
PoPR = Jumlah penduduk x 100%
murni, karena penduduk yang tidak
saat itu
mungkin terkena penyakit juga
dimasukkan dalam perhitungan.
• Secara umum nilai prevalen dibedakan
menjadi 2, yaitu :
– Period prevalen rate
– Point prevalen rate
Continuing common source outbreaks
When all (or most) cases in an outbreak have been infected by the same source,
however over a prolonged period of time, then this type of outbreak is called
'continuing common source outbreak'. For example a recreational lake can be the
source of leptospirosis to those who swim there.
Propagated outbreaks
When an infectious disease is communicable (i.e. can be transmitted from person to
person), then we can no longer consider that a single, common source is responsible
for the outbreak. The causative agent is propagated within the population through
human contact patterns. The shape of the epidemic curve in propagated outbreaks can
vary and depends on the contact pattern and the proportion of
susceptible individuals.
Common source outbreaks
When all (or most) cases in an outbreak are infected by the same source, then we call
such an outbreak a common source outbreak.
Point Source Outbreaks
Common source outbreaks where the source has infected cases at one particular
geographical location, during a short period of time, are called 'point source
outbreaks'. In such situations the source is said to be located 'at a single point in time
and place'.
20. B
GOLD STANDARD
POSITIF NEGATIF
A
UJI BARU
ALAT
SENSITIVITY SPECIFICITY
A D
A+C B+D
KAIDAH DASAR MORAL
(Beauchamp and Childress)
1. OTONOMI
2. BENEFICENCE (Asas manfaat))
3. NON MALEFICENCE (Asas tidak merugikan)
4. JUSTICE (asas keadilan)
→ RULES DERIVATNYA:
• Diagnosis: skabies
ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal
– Pruritus nokturna
– Penyakit menyerang manusia secara berkelompok
– Ditemukan terowongan (kunikulus)
– Ditemukan tungau
•Mild acne:
– <20 comedones
– <15 inflammatory lesions
– Or, total lesion count <30
•Moderate acne:
– 20-100 comedones
– 15-50 inflammatory lesions
– or, total lesion count 30-125
•Severe acne:
– >5 cysts
– Total comedo count >100
– Total inflammatory count >50
– Or total lesion count >125
Akne Vulgaris – Patogenesis
Akne Vulgaris – Tatalaksana
Impetigo bulosa
• Pioderma yang disebabkan
oleh Staphylococcus aureus
• Ruam pada impetigo bulosa
berupa eritema, bula
superfisial, dan bula
hipopion
• lebih sering disertai gejala
sistemik seperti demam
atau malaise
• Tatalaksana: antibiotic
topical atau cairan
antiseptic. Bila banyak
diberi AB sistemik
Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada
24 jam pertama setelah timbul lesi.
Pitiriasis Versikolor
• Diagnosis: pitiriasis versikolor
– infeksi pada superfisial kulit dan berlangsung kronis
yangdisebabkan oleh jamur Malassezia furfur
Pemeriksaan penunjang
Pitiriasis Versikolor
• Pemeriksaan lampu Wood
– pendaran (fluoresensi) kuning keemasan pada
lesi yang bersisik.
• Pemeriksaan mikroskopis sediaan kerokan
skuama lesi dengan KOH
– campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang
dapat berkelompok (spaghetti and meatball
appearance)
Tatalaksana Pitiriasis versikolor
1. Pengobatan topikal
• - Suspensi selenium sulfida 1,8%
• Derivat azol topikal (mikonazol dan klotrimazol.)
2. Pengobatan sistemik (luas atau jika topikal tidak berhasil)
• Ketokonazol per oral dengan dosis 1 x 200 mg sehari
• Itrakonazol per oral dengan dosis 1 x 200 mg sehari selama 5-
7 hari (pada kasus kambuhan atau tidak responsive dengan
terapi lainnya).