Anda di halaman 1dari 33

Disusun Oleh :

Miana Margaretta Sagala


0761050047

Pembimbing :
dr. Eben Ezer Siahaan, Sp.U
 Organ genitalia pria
 Terletak di skrotum
 Ukuran 4 x 3 x 2,5 cm
 Volume 15-25 ml
 Berbentuk ovoid
 Dilapisi :
 Tunika albuginea
 Tunika vaginalis :
lapisan viseralis &
lapisan parietalis.
 Otot kremaster
 ± 250 lobuli  1 lobules :
tubuli seminiferi
 Di dalam tubulus
seminiferus : sel-sel
spermatogonia & sel
Sertoli
 Di antara tubuli
seminiferi : sel-sel
Leydig
 Arteri :
 Arteri spermatika
interna  dari aorta
 Arteri deferensialis 
dari arteri vesikalis
inferior
 Arteri kremasterika 
dari arteri epigastrika
 Vena :
 Pleksus pampiniformis
 Keadaan dimana
funikulus spermatika
terpeluntir  oklusi &
strangulasi dari
vaskularisasi vena atau
arteri ke testis dan
epididimis.
 Merupakan
kegawatdaruratan
vaskuler.
 1 diantara 4000 pria
 < 25 tahun (paling banyak 12 – 20 tahun)
 Testis kiri lebih sering
FAKTOR
ETIOLOGI PENCETUS
 Belum diketahui secara  Trauma
pasti  Kelainan kongenital
 Gangguan seksual /
aktifitas seksual
 Tumor testis
Tunika vaginalis
Mencegah insersi
Kelainan sistem mengelilingi
epididimis ke
penyangga testis seluruh
dinding skrotum
permukaan testis

Menyebabkan testis &


Dikenal dengan Testis mengalami epididimis dengan
mudahnya bergerak di
anomali bell torsio testis kantung tunika vaginalis
clapper invaginalis & menggantung pada
funikulus spermatikus
Lapisan parietal yang Testis, epididimis
Keadaan menempel pada dan tunika
muskulus dartos
undesensus testis masih belum banyak vaginalis mudah
jaringan penyangga sekali bergerak

Memungkinkan
Testis mengalami untuk terpluntir pada
torsio testis sumbu funikulus
ekstravaginalis spermatikus & rotasi
bebas dalam skrotum
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Penunjang
 Gejala akut skrotum :  Kadang-kadang :
 Nyeri hebat daerah  Demam ringan
skrotum (mendadak,  Jarang :
dapat menjalar ke  Rasa panas &
daerah inguinal atau terbakar saat
perut bawah) berkemih
 Skrotum bengkak
 Gejala lain :
 Skrotum merah
 Darah pada semen
 Mual dan Muntah
 Srotum bengkak & hiperemis  dapat
meluas hingga skrotum sisi kontralateral
 Nyeri saat palpasi
 Testis terletak transversal atau horizontal
 Testis tampak lebih tinggi
 Nyeri tetap ada saat elevasi testis (Prehn
sign +)
 Refleks kremaster (-)
 Dilakukan apabila diagnosis masih
meragukan  tidak menunjukkan bukti
klinis yang nyata
 Pemeriksaan lab : urinalisis, darah lengkap
  tanda inflamasi
 USG Doppler & Radionuclide Scanning 
aliran darah ke testis (-)
 Epididimis akut
 Hernia skrotalis inkarserata
 Hidrokel terinfeksi
 Tumor testis
 Edema skrotum
1. 2.
Detorsi Operasi
manual

Orkidopeksi
elektif Orkidopeksi Orkidektomi
 Tidak menggantikan eksplorasi
pembedahan.
 Detorsi manual berhasil  orkidopeksi
elektif alam waktu 48 jam.
 Angka keberhasilan : 30-70%.
 Keberhasilan bila dilakukan 4 jam setelah
onset : 97%.
 > 24 jam : 10% kemungkinan.
• Anastesi lokal (5ml lidocain / xylocaine
2%)

• Detorsi ke arah lateral  tidak berubah 


detorsi ke arah medial

• Dilakukan > 1 kali rotasi (torsio > 360o)

• Nyeri hilang : tanda detorsi berhasil


 Detorsi manual tidak berhasil
 Untuk reposisi testis & penilaian testis
(masih viable atau sudah nekrosis)
 Dalam 6 jam : cegah iskemia testis
 Dalam 12 jam : penurunan 20%
 6 – 8 jam : atrofi testis  > 10 jam : nekrosis
Insisi skrotal medial untuk melihat testis secara
langsung dan guna menghindari trauma yang
mungkin ditimbulkan bila dilakukan insisi inguinal.

Tunika vaginalis dibuka hingga


tampak testis yang mengalami torsio.

Testis direposisi dan dievaluasi


viabilitasnya.

Jika testis masih viabel dilakukan


fiksasi orkidopeksi.

Jika testis tidak viabel maka


dilakukan orkidektomi.
Fiksasi testis

Dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap


pada 3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpluntir
kembali.

Dilakukan pada tunika albuginea, muskulus dartos kemudian


disusul pada testis kontralateral (kecuali bila terdapat infeksi
sekunder karena iskemia nekrosis).
Pengangkatan testis

Mencegah timbul komplikasi infeksi serta


potensial autoimmune injury pada testis
kontralateral
 Salah satu kegawatdaruratan dalam bidang urologi
 > 6-8 jam keterlambatan : menurunkan angka
pertolongan terhadap testis 55-85%.
 Komplikasi : atrofi  hipoksia  edema 
iskemia  nekrosis.
 Komplikasi lain : infark testis, hilangnya testis,
infeksi deformitas, deformitas kosmetik.
 Kualitas semen   testis iskemia menstimulasi
produksi antitestis dan antibodi antisperma.
 Keberhasilan dalam penanganan torsio 
penyelamatan testis yang segera serta
insiden terjadinya atrofi testis  durasi dan
derajat dari torsio testis.
 Keterlambatan intervensi pembedahan akan
memperburuk prognosis serta
meningkatkan angka kejadian atrofi testis.

Anda mungkin juga menyukai