Anda di halaman 1dari 12

AFASIA

Farnida Jamhal (C014172100)


Nur Fadhilah Rahmah (C014172111)
Adeirma Suriyani Y. Pasau (C014172112)
Pembimbing : dr. Ivan Santoso

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFERAT - Februari 2018
DEFINISI
DIAGNOSIS KLINIS

Dasar untuk menentukan afasia berdasarkan kepada


manifestasi klinis dan distribusi anatomi dari lesi yang
bertanggung jawab bagi defek.

Lumbantobing, Prof Dr dr S.M. Neurologi Klinik : Pemeriksaan Fisis dan Mental. Jakarta : Univeritas Indonesia ; 2016.
DIAGNOSIS KLINIS
ANAMNESIS PEMERIKSAAN LAINNYA

• Sejak kapan?
• •Apakah
Pemeriksaan
mendadak?berbicara spontan
/ Apakah perlahan?
• Apakah
• Pemeriksaan
ada defisit dari fungsi motorik
kelancaran maupun sensori, atau defisit
berbicara
neurobehavioral seperti alexia, agrafia, akalkulia, atau apraksia?
• •Riwayat
Pemeriksaan
kejang pemahaman (komprehensi) bahasa lisan
• Afasia sebelumnya.
• Pemeriksaan repetisi
• Demam, kejang, nyeri kepala, dan perubahan perilaku.
• •Riwayat
Pemeriksaan menamai
gangguan pada memoridan menemukan kata
• Riwayat gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
• Pemeriksaan sistem bahasa
• Perlu ditanyakan juga apakah pasien kidal atau tidak
• Pemeriksaan
• Riwayat hipertensi, penggunaan
perdarahan otaktangan
sebelumnya, penyakit jantung, penyakit
vaskular otak?
Lumbantobing, Prof Dr dr S.M. Neurologi Klinik : Pemeriksaan Fisis dan Mental. Jakarta : Univeritas Indonesia ; 2016.
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan pada pasien afasia bergantung pada penyebab dari afasia. Sebagai
contoh :

• Penanganan terhadap stroke akut seperti pemberian rtPA pada pasien stroke iskemik,
terapi intervensi intra-arterial, stenting dan endarterectomy karotid, atau kontrol dari
tekanan darah dapat meringankan defisit yang dialami.
PENATALAKSANAAN
• Pembedahan pada subdural hematoma atau tumor serebri juga memberikan hasil
yang cukup memuaskan.

• Pada afasia yang disebabkan oleh infeksi seperti herpes simpleks dapat diberikan
terapi antivirus.
PENATALAKSANAAN
• Terapi berbicara dan berbahasa merupakan terapi utama dalam afasia. Beberapa hal
yang harus diperhatikan saat melakukan terapi pada pasien afasia

• Banyak pasien afasia menderita depresi, oleh karena itu pasien afasia memerlukan
dukungan psikologis dan dukungan emosional sehingga dapat sangat berguna bagi
pasien.
PENATALAKSANAAN
• Terapi farmakologi pada afasia masih bersifat eksperimental. Penggunaan

dopaminergik, kolinergik, dan obat-obatan stimulan belum memberikan hasil yang

jelas namun penggunaan terapi farmakologi sebagai pendamping dari terapi berbicara

telah menunjukkan hasil yang baik.


PENATALAKSANAAN
• Teknologi baru yang dinamakan stimulasi magnetik transkranial (TMS) sedang diuji

coba pada pasien afasia dan sejauh ini menunjukkan hasil yang baik. TMS bekerja

dengan memberikan stimulus gelombang elektromagnetis pada sel saraf otak agar

dapat bekerja lebih baik. Frekuensi stimulus yang diberikan dapat berupa frekuensi

yang rendah untuk menginhibisi (menghambat) ataupun frekuensi tinggi untuk eksitasi

(merangsang/mengaktivasi) sel-sel saraf yang kurang aktif.


PROGNOSIS
• Pada pasien afasia yang disebabkan oleh infeksi herpes simpleks misalnya, perbaikan

dapat segera terjadi dengan memberikan terapi antiviral yang sesuai.

• Afasia Broca secara fungsional memiliki prognosis yang lebih baik daripada afasia

wernicke. Afasia yang diakibatkan oleh penyakit dasar yang berat misalnya tumor

otak, memiliki tingkat prognosis yang buruk.


PROGNOSIS
• Prognosis pada pasien afasia sangat bergantung pada penyebabnya, ukuran lesi, lokasi

lesi dan umur serta keadaan umum pasien. Secara umum, pasien dengan tanda

klinis yang lebih ringan memiliki prognosis yang lebih baik.

• Glioblastoma hemisfer kiri memiliki harapan hidup yang sangat singkat, sedangkan

stroke ringan dapat memiliki prognosis yang baik.


KESIMPULAN
Afasia merupakan penyakit penyerta dari berbagai penyakit neurologis lain seperti stroke,
cedera kepala, tumor otak, dan penyakit neurodegeneratif. Afasia dapat menghambat
dalam penegakan diagnosis maupun terapi dari berbagai penyakit lain karena kurangnya
komunikasi yang dapat dilakukan oleh pasien. Kecepatan dan ketepatan dalam
mendiagnosis dari afasia sangat penting untuk memulai terapi afasia bagi pasien agar
defisit yang dialami tidak makin berat.

Anda mungkin juga menyukai