Anda di halaman 1dari 25

Paradigma Baru Dalam Pemeriksaan

Laboratorium Pra-anestesia
Pendahuluan
 Semua pasien yang akan menjalani
prosedur anestesia baik untuk
pembedahan maupun untuk tindakan
diagnostik harus dilakukan evaluasi pra-
anestesia oleh dokter SpAn agar dapat
memberi prosedur anesthesia yang aman
bagi semua pasien.
 Dilaporkan > 50% pasien tidak mendapat
kunjungan pra-anestesia sehari sebelum
operasi
Pendahuluan

Survai the Australian Incident Monitoring


Study (2005) kejadian tdk diharapkan (KTD) :
 3,1% berhubungan dgn evaluasi preoperatif
kurang lengkap
 11% evaluasi kurang memadai, dimana lebih
dari setengahnya sebenarnya dapat dihindari.
 Dgn penyaringan preoperatif serta bertemu
dgn pasien, dpt menurunkan sec bermakna
kejadian komplikasi, penundaan operasi &
rawat inap postoperatif yg tdk direncanakan
Pendahuluan

 Utk “memudahkan “ SpAn maka operator


biasanya sdh lengkap periksa laboratorium/
penunjang
 Ada pendapat : makin banyak pemeriksaan ,
makin meningkatkan keamanan pasien dan
makin menurunkan kemungkinan komplikasi.
 juga bahwa pemeriksaan yang lengkap akan
memudahkan SpAn untuk menentukan sikap
terhadap pasien pra-anestesia
Pendahuluan

 Di Amerika thn 60-an & 70-an, dg asumsi


efisiensi sistem kesehatannya maka
ditetapkan perlu dilakukan pemeriksaan –
pemeriksaan & tes sbg skrining thdp
berbagai penyakit.
 Asumsinya dng tes ini akan mendeteksi
penyakit dlm fase dini shg akan bisa
dilakukan intervensi yg dini, lebih efektif &
lebih murah
 Tes yg makin lengkap dianggap akan
memberi pelayanan kesehatan yg lebih
efektif & lebih teliti.
Pendahuluan

Tren waktu itu

 “Less Touch, More Tech”

 Lebih mengandalkan teknologi dpd


klinis pasien

 Sekarang hal ini dipertanyakan


Pendahuluan

 Banyak penelitian telah membuktikan


manfaat anamnesis riwayat penyakit &
pemeriksaan fisik pasien utk menentukan
diagnosa:
 Dng hanya anamnesis riwayat penyakit
pasien, 56% diagnosis yg tepat dpt
ditegakkan
 Akan meningkat hingga 73% bila anamnesis
riwayat penyakit disertai pemeriksaan fisik
Sweitzer BJ. Preoperative medical testing and preparation for ophthalmic surgery. Ophthalmology clinics
of North America, 19:2;June 2006
Pemeriksaan (tes) pra-anestesia

Pemeriksaan pra-anestesia yg bermanfaat


didasarkan atas bbrp pertimbangan :
1. Relevansi
2. Prevalensi
3. Sensitivitas dan spesifitas
4. Biaya

Pasternak RL. Preoperative laboratory testing : general issues and considerations.


Anesthesiology Clinics of North America 22:1;M aret 2004
Pemeriksaan (tes) pra-anestesia

1. Relevansi :
Ada bbrp kead abnormal yg perlu mdpt
perhatian tapi sebagian lagi tdk atau sedikit
mempengaruhi jalannya anestesia maupun
outcome, shg tdk memerlukan evaluasi
lanjutan mendalam.
Pemeriksaan (tes) pra-anestesia

2. Prevalensi :

Asimptomatis pasien mempunyai prevalensi


yang rendah sehingga skrining pada pasien
ini mempunyai manfaat yang sedikit
Pemeriksaan (tes) pra-anestesia

3. Sensitivitas dan spesifitas :


Tes dgn sensitivitas yg rendah dpt memberi
hasil false negative shg pasien dgn risiko
tinggi akan menjalani anestesia dgn
persiapan yg kurang, sedangkan tes dgn
spesifitas rendah dpt memberi hasil false
positive shg pasien akan menjalankan
pemeriksaan tambahan lainnya yg tentu akan
berdampak pd biaya, ketidaknyamanan &
potensial morbiditas
Pemeriksaan (tes) pra-anestesia

4. Biaya
Perlu dipertimbangkan tanpa mengurang
kualitas dari hasil pemeriksaan.

Pertimbangan lain adalah apabila tes pra-


anestesia ini akan:
1. mempengaruhi keputusan untuk
melanjutkan rencana tindakan
2. mempengaruhi teknik anesthesia yang
akan diterapkan
3. mengubah tatalaksana pasien
Penelitian evaluasi preoperatif

Pollard JB, Olson L. Early outpatient preoperative


anesthesia assessment : does it help to reduce
operating room cancellations? Anesth Analg
89 : 502, 1999
Tdk ada perbedaan kejadian
pembatalan operasi ant pasien yg
dievaluasi dlm 24 jam pra-bedah.
dgn yg dievaluasi 2 – 30 hari pra-
bedah.
(520 pas: 166<24jam, 363 :2-30hr)
Meneghini L, Zadra N, Zanette G, Baiocchi M, Giusti F.
The usefulness of routine preoperative laboratory tests for one-

day surgery in healthy children. Ped Anest,8:1;Jan1998

 10.656 pasien pediatrik yg menjalani op rawat jln


:1884 pasien menjalani pemeriksaan lab rutin &
8772 pasien menjalani pemeriksaan lab bila sec
anamnesis atau klinis ada indikasi, menunjukan bhw
tdk ada perbed mengenai kejadian komplikasi, lama
rawat, jumlah & alasan pembatalan op serta ant
perkiraan lama perawatan dgn kenyataan.

 Peneliti berpendapat bhw asesmen preop yg teliti


lbh penting dpd pemeriksaan lab rutin.
Pemeriksaan lab seharusnya dilakukan bila
secara klinis ada indikasi
O’Connor ME, Drasner K. Preoperative laboratory
testing of children undergoing elective surgery.
Anesthesia & Analgesia, 70;1990: 170-80

 Kajian retrospektif thdp 486 op elektif pd pasien pediatrik utk


menentukan peranan hasil tes lab preop yg abnormal thdp
pengelolaan perioperatif.
 Evaluasi preop yg rutin dilakukan: riw peny, PF, pemeriksaan
darah lengkap & urinalisis.
 Didpt 17% pasien anemia atau micrositosis & 15% urinalisis
abnormal
 Dari urinalisis yg abnormal, 80% diantaranya sdh diket dari riw
peny sebelumnya atau sec klinis tdk bermakna atau ada hasil
positif-palsu.
 5 pembatalan op: 2 krn anemia, 2 urinalisis abnormal, & 1 PTT
memanjang.
 Dari 2 urinalisis abnormal, 1 krn urinnya tercemar & 1 dgn
kemungkinan menderita bakteriuria asimptomatis.
 Data dari penelitian ini menunjukkan bhw tes urinalisis rutin
hanya sedikit menambah informasi utk evaluasi preop &
shrsnya tdk diperlukan
Schein OD, Katz J, Bass EB et al The value of routine
preoperative medical testing before cataract sugery.
The New England J of Med. Jan 20, 2000

 studi thd 19.557 pasien yg menjalani op


katarak, dgn 9.408 pasien tanpa pemeriksaan
rutin & 9.411 dgn pemeriksaan rutin (EKG,
darah lengkap, elektrolit, urea nitrogen,
kreatinin dan gula darah.
 Kedua kelompok mempunyai insidens
komplikasi yg sama (terutama hipertensi dan
aritmia ).
 Disimpulkan bhw pemeriksaan rutin sblm op
katarak tdk meningkatkan keamanan
operasi.
Dzankic S, Pastor D, Gonzales C, Leung JM. The
prevalence and predictive value of abnormal
preoperative laboratory tests in elderly surgical
patients. Anesth & Analg, 93: 2001

 studi kohort prospektif : 544 pasien usia ≥70 th, op


non-jant dievaluasi nilai prevalensi & prediktif tes lab
preop yg abn.
 Hasil preop elektrolit & trombost abnormal mempunyai
prevalensi rendah yaitu 0,5% - 5%, kreatinin (> 1,5
mg/dl) 12%, Hb (<10g/dl) 10% , dan glukosa 7%.
 Tes rutin preop Hb,kreatinin, glukosa & elektrolit atas
dasar umur saja tampaknya bukan indikasi pd pasien
geriatri, tapi tes lab selektif atas dasar riw peny & PF
akan menentukan komorbid pasien & risiko op
 klasifikasi ASA & risiko op bermakna sbg . prediktor
independent thd komplikasi postop
Olson RP, Stone A, Lubarsky D. The prevalence and
significance of low preoperative hemoglobin in ASA 1
or 2 outpatient surgery candidates.
Anesth Analg, 101: 2005

 Studi retrospektif thd 9584 pasien ASA 1-2 operasi


elektif berisiko rendah & yg diperiksa Hb preop utk
mendeteksi ada tidaknya anemia, mendapatkan
0,8% pasien memp Hb < 9 g/dl.
 Dari kelompok ini tdk ada yg perlu transfusi ataupun
terapi utk anemianya selama periop sedangkan 4
pasien lain dgn Hb > 9 g/dl dpt transfusi darah.
 Pd semua pasien, keputusan klinis dilakukan atas
dasar faktor klinis & bukan atas dasar nilai Hb preop.
 Maka pd pasien sehat yg menjalani op elektif
berisiko rendah, tdk diindikasikan pemeriksaan Hb
rutin.
Health Technology assessment DepKes 2003

Pemeriksaan Anak (0-18 tahun)

Rekomendasi Penjelasan

Darah tepi YA Pemeriksaan darah tepi lengkap rutin (Hb, Ht, leukosit, hitung jenis,
trombosit) dilakukan pada anak usia <5tahun, sedangkan untuk anak
usia ≥5tahun dilakukan atas indikasi, yaitu pada pasien yang diduga
menderita anemia, pasien dengan penyakit jantung, ginjal, saluran
nafas atau infeksi, serta tergantung tipe dan derajat intensif prosedur
operasi.
Kimia darah TIDAK Pemeriksaan kimia darah dilakukan bila terdapat risiko kelainan ginjal,
hati, endokrin, terapi perioperatif, dan pemakaian obat alternative
Hemostasis YA Pemeriksaan hemostasis dilakukan pada pasien dengan riwayat atau
kondisi klinis mengarah pada kelainan koagulasi, akan menjalani
operasi yang dapat menimbulkan gangguan koagulasi (seperti
cardiopulmonary by-pass), ketika dibutuhkan hemostasis yang adekuat
(seperti tonsilektomi), dan kemungkinan perdarahan pascabedah
(seperti operasi saraf)
Urinalisis TIDAK Pemeriksaan urin rutin dilakukan pada operasi yang melibatkan
manipulasi saluran kemih dan pasien dengan gejala infeksi saluran
kemih
Foto toraks TIDAK Pemeriksaan foto toraks rutin pra-anestesia tidak perlu dilakukan

EKG TIDAK Hanya dilakukan atas indikasi

Fungsi paru TIDAK Hanya dilakukan atas indikasi


Pemeriksaan Dewasa (>18 tahun)
Rekomendasi Penjelasan

Darah tepi TIDAK Pemeriksaan darah tepi lengkap dilakukan pada pasien dengan penyakit
hati, diduga menderita anemia karena sebab apapun (perdarahan,
defisiensi, dll) dan kelainan darah lainnya, serta tergantung tipe dan
derajat intensif prosedur operasi.
Kimia darah TIDAK Pemeriksaan kimia darah hanya dilakukan pada pasien usia lanjut, adanya
kelainan endokrin, kelainan fungsi hati dan ginjal, pemakaian obat tertentu
atau pengobatan alternative
Hemostasis TIDAK Pemeriksaan hemostasis dilakukan pada pasien yang memiliki riwayat
kelainan koagulasi, atau riwayat terbaru yang mengarah pada kelainan
koagulasi, atau sedang memakai obat antikoagulan, pasien yang
memerlukan antikoagulan pascabedah, pasien yang memiliki kelainan hati
dan ginjal.
Urinalisis TIDAK Pemeriksaan urin rutin dilakukan pada operasi yang melibatkan manipulasi
saluran kemih dan pasien dengan gejala infeksi saluran kemih
Foto toraks TIDAK Pemeriksaan foto toraks dilakukan pada pasien usia >60 tahun, pasien
dengan tanda dan gejala penyakit kardiopulmonal, infeksi saluran nafas
akut, riwayat merokok
EKG TIDAK Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien dengan diabetes mellitus,
hipertensi, riwayat nyeri dada, gagal jantung kongestif, riwayat merokok,
penyakit vaskular perifer, dan obesitas, yang tidak memiliki hasil EKG dalam
1 tahun terakhir tanpa memperhatikan usia. Selain itu EKG juga dilakukan
pada pasien dengan kardiovaskular periodik atau tanda dan gejala penyakit
jantung tidak stabil (unstable), dan semua pasien dengan usia >40 tahun
Fungsi paru TIDAK Pemeriksaan spirometri dilakukan pada pasien dengan riwayat merokok
atau dispnea yang akan menjalani operasi pintasan (by-pass) koroner atau
abdomen bagian atas; pasien dengan dispnea tanpa sebab atau gejala
paru yang akan menjalani operasi leher dan kepala, ortopedi, atau
abdomen bawah; semua pasien yang akan menjalani reseksi paru dan
semua pasien usia lanjut.
Jenis pemeriksaan (ASA Practice Advisory ) Indikasi
Elektrokardiogram Pennyakit kardiosirkulatori
Penyakit respirasi
Jenis dan luasnya (invasiveness) operasi
Evaluasi jantung lainnya (stress test, echocardiogram, Adanya factor risiko kardiovaskular
kateterisasi, radionucleotide imaging) Jenis operasi
Foto toraks Merokok
Infeksi jalan napas atas
Penyakit Paru Obstruktif Menahun
Penyakit jantung

Evaluasi paru lainnya (pulmonary function test, spirometry, Jenis dan luasnya (invasiveness) operasi
pulse oximetry, analisis gas darah Asma simtomatis atau dalam terapi
Penyakit Paru Obstruktif Menahun simtomatis
Skoliosis dengan restriktif

Hemoglobin / hematokrit Jenis dan luasnya (invasiveness) operasi


Penyakit hati
Umur ekstrim
Riwayat anemia
Perdarahan
Penyakit hematologist

Tes koagulasi Gangguan perdarahan


Disfungsi renal
Disfungsi hati
Jenis dan luasnya (invasiveness) operasi

Kimia darah Gangguan endokrin


Risikonya terjadinya disfungsi renal dan hati

Urinalisis Prosedur urologis


Gejala gangguan saluran kemih
Tes kehamilan Wanita usia subur
Riwayat kehamilan atau dugaan hamil
Pasternak RL. Anesthesiology Clinics of N America 22;1:Maret 2004

Jenis pemeriksaan Indikasi


Umur < 50 tahun, sehat Tidak ada tes kecuali yang berhubungan dengan
prosedur operasi
Elektrokardiogram Umur ≥ 50 tahun
Hipertensi
Riwayat atau menderita penyakit kardiovaskular
Prosedur kardiotorasik

Foto toraks Penyakit paru dengan perubahan simptom atau serangan


akut dalam 6 bulan terakhir
Prosedur kardiotorasik

Kimia darah Penyakit ginjal


Gangguan adrenal, tiroid atau gangguan metabolic
lainnya
Terapi diuretika
Kemoterapi

Urinalisis Prosedur genitor-urologi


Darah lengkap Gangguan hematology
Prosedur vascular
Kemoterapi

Tes koagulasi Terapi antikogulasi


Prosedur vascular
Tes kehamilan Pasien yang bila hamil akan menyulitkan prosedur
operasi
Masa berlakunya tes laboratorium

Bila tidak ada perubahan pd klinis / status :


 EKG & foto toraks : 6 bln
 Kimia darah, HB/Ht : 1 bln
 Koagulasi : 1 bln
Penutup
 Beberapa kajian mengenai tes lab preop
menunjukkan bhw tes lab yg abn mempunyai
prevalensi yg rendah & prediktor yg rendah pula thd
kejadian komplikasi postop
 Status ASA & risiko op bermakna sbg predictor
independen bermakna.
 Tes preop juga tdk meningkatkan keamanan op.
 Tes lab preop hanya dilakukan atas indikasi riw peny
& PF.
 Untuk itu evaluasi pra-anestesia (preop visit) oleh
dokter spesialis anestesiologi merupakan suatu
keharusan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai