Anda di halaman 1dari 31

KERANGKA PAPARAN

1 PENDAHULUAN

2 FAKTA KETIDAKSINERGIAN

3 KEBUTUHAN SINERGI PERENCANAAN & PENGANGGARAN

4 SINERGI PUSAT – DAERAH

5 PERMINTAAN MASUKAN DARI STAKEHOLDER DI DAERAH

6 RINGKASAN DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM)


1
1 PENDAHULUAN
PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS

Eksternal a.l: Internal a.l : Lingkungan a.l:


• Globalisasi • Demokratisasi (Pemilu dan • Perubahan iklim
Pilkada)
• Regionalisasi, AFTA, • Daya dukung dan daya
• Peraturan perundangan
ASEAN, APEC • Otonomi Daerah tampung

Tujuan Bernegara: Sumberdaya:


• Pembukaan UUD • Kondisi geografis
1945 • Keterbatasan SDA

Diperlukan Perencanaan Pembangunan Nasional yang Terintegrasi


Menentukan arah pembangunan – Penetapan prioritas program – Optimalisasi sumberdaya
(UU No. 25 Tahun 2004; Pasal 1; Angka 1)

*) Kementerian PPN/Bappenas melakukan kajian Sinergitas Perencanaan dan Anggaran


dengan pendekatan Soft System Methodology (SSM) 3
MENJAGA KESINAMBUNGAN
TUJUAN BERNEGARA

Pembukaan UUD 45
VISI
Negara Indonesia Yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur
MISI
• Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
• Memajukan kesejahteraan umum
• Mencerdaskan kehidupan bangsa
• Ikut melaksanakan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan

R P J P N (Visi Misi Pembangunan, 2005-2025)


RPJMN RPJMN RPJMN RPJMN
2004-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2024

RKP RKP RKP RKP


RKP RKP RKP RKP
RKP
2006 RKP
2006 RKP
2006 RKP
2006
RKP
2006 RKP
2006 RKP
2006 RKP
2006
RKP
2006 RKP
2006 RKP
2006 RKP
2006
2009 2014 2019 2025
2009 2014 2019 2024
4
PENCAPAIAN TUJUAN BERNEGARA MELALUI APBN DAN
SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN

Kekuasaan
Keuangan Negara
APBN
Penganggaran
Pelaksanaan
2
3
Melalui
Tatakelola
Terintegrasi 1 Manajemen
TUJUAN Pembangunan
BERNEGARA Perencanaan Pengendalian
4
(Evaluasi dan
Pengawasan)

Keterangan: 5
APBN merupakan instrumen
penting untuk mencapai tujuan Pelaporan/
bernegara Pertanggungjawaban

5
FAKTA KETIDAKSINERGIAN
2 PERENCANAAN DAN PENGGARAN
FAKTA 1:
Alokasi Belanja Modal semakin tidak efektif dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi

Dalam periode 1992-1997 dengan


pertumbuhan Belanja Modal 7,6%;
dapat mendorong pertumbuhan Sementara periode 2005-2011 terdapat indikasi
ekonomi hingga 7,8%. pertumbuhan Belanja Modal yang semakin
tinggi tidak diiringi oleh Pertumbuhan Ekonomi
yang semakin tinggi.

1992-1997 2005-2011
Pertumbuhan Rata-Rata Petumbuhan Rata-rata Pertumbuhan Rata-Rata Petumbuhan Rata-rata
Belanja Modal GDP Belanja Modal GDP

7,6 % 7,8 % 23,40 % 5,8 %

Sumber Data: NOTA KEUANGAN, KEMENKEU


Catatan:
Data belanja modal 1992-1997 merupakan data Pengeluaran Pembangunan setelah dikurangi 25%
Tahun 1992-1997 merupakan data tahun fiskal 7
FAKTA 2:

Membandingkan Periode 2005-2012 dengan periode 1992 1999,


Prosentase Alokasi Belanja Modal makin menurun
 Porsi Pembangunan Kurang Menonjol
Perkembangan Belanja Modal/ GDP
6
5.5 5.6 Sebelum Penerapan
UU 17/2003
5
5

4.2
Sesudah Penerapan
4 UU 17/2003
3.6
3.4 3.4
3 3.1
3 2.7
2.6 2.5
2.1 2
2
1.6 1.6 1.5 1.6
1.4 1.3
1.2
1

0
1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012
Belanja Modal/ GDP (%)
8
FAKTA 3:
Rentannya perubahan alokasi pendanaan walaupun telah ditetapkan
dalam dokumen perencanaan karena lemahnya kewenangan
perencanaan mengawal hingga penganggaran

Pemerintah merencanakan pembangunan Jalur Ganda Kereta Api lintas


utara Jawa, yang merupakan arahan Wapres pada Sidang Kabinet, dan
mempunyai target operasi tahun 2013.

Namun, dalam Pagu Definitif


sebagian alokasi tersebut dialihkan
RKP 2012 telah pada kegiatan pembangunan
mengalokasikan sesuai dermaga di sejumlah tempat
dengan kebutuhan dana. sehingga terdapat kekurangan
pendanaan sebesar Rp. 1,8 T

Sumber:
RKP 2012 dan APBN 2012
FAKTA 4:
DEVIASI RKP DAN RKA-KL
JUMLAH TERPETAKAN
JUMLAH JUMLAH JML. TIDAK
NO. PRIORITAS DALAM RKP 2012 (BUKU I) INDIKATOR TIDAK % %
PROGRAM KEGIATAN LANGSUNG JUMLAH TERPETAKAN
KINERJA LANGSUNG
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Prioritas Reformasi Birokrasi dan Tatakelola 17 52 144 55 32 87 60,4 57 39,6
2 Prioritas Pendidikan 7 22 71 26 37 63 88,7 8 11,3
3 Prioritas Kesehatan 9 25 66 18 17 35 53,0 31 47,0
4 Prioritas Penanggulangan Kemiskinan 28 60 153 91 27 118 77,1 35 22,9
5 Prioritas Ketahanan Pangan 27 80 322 227 22 249 77,3 73 22,7
6 Prioritas Infrastruktur 16 40 169 51 51 102 60,4 67 39,6
7 Prioritas Iklim Investasi dan Iklim Usaha 15 35 117 72 16 88 75,2 29 24,8
8 Prioritas Energi 13 27 80 41 16 57 71,3 23 28,8
Prioritas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
9 12 43 134 84 22 106 79,1 28 20,9
Bencana
Prioritas Daerah Tertinggal, Terdepan,
10 25 64 219 121 12 133 60,7 86 39,3
Terluar dan Pasca Konflik
Prioritas Kebudayaan, Kreatifitas dan Inovasi
11 7 19 41 24 2 26 63,4 15 36,6
Teknologi
12 Prioritas Lainnya Bidang Perekonomian 23 34 84 45 13 58 69,0 26 31,0
Prioritas Lainnya Bidang Kesejahteraan
13 12 17 53 19 13 32 60,4 21 39,6
Rakyat
Prioritas Lainnya Bidang Politik, Hukum dan
14 10 36 62 49 7 56 90,3 6 9,7
Keamanan
TOTAL 221 554 1.715 923 287 1.210 70,6 505 29,4
Catatan:
- Terpetakan lansung : terkait langsung antara indikator kegiatan yang ada di RKP dengan output kegiatan yang ada di RKA K/L, baik
secara nomenklatur, maupun target/ volume kegiatan.
- Tidak terpetakan Tidak Langsung: Indikator kinerja yang tidak terkait langsung secara nomenklatur, tetapi secara subtansi terkait
dengan output kegiatan yang ada di dokumen RKA K/L
- Tidak Terpetakan: Indikator kinerja yang ada di RKP tidak terkait sama sekali/ tidak dapat/sulit iterjemahkan dengan output kegiatan
yang ada dalam RKA K/L, baik nomenklatur maupun subtansi. 10
FAKTA 5:

Dominasi Belanja Pegawai Dlm Struktur Belanja APBDProporsi terbesar belanja


TA 2007-2012 daerah adalah belanja
pegawai, dengan proporsi
diatas 40% dan terus
meningkat hingga tahun
2011.

Dalam Jutaan Rupiah

Proporsi belanja modal


Data berdasarkan Perda APBD mengalami penurunan
* Data Konsolidasi non reciprocal account
terus hingga 2010

11
FAKTA 6:
Posisi dana APBD yang berada di Lembaga Perbankan
dalam miliar Rupiah
160,000

140,000

120,000

100,000

80,000

60,000

40,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2008 2009 2010 2011

•Dikarenakan tidak sinergis mekanisme perencanaan dan penganggaran Pusat –


Daerah maka seringkali terjadi “lagi” penyerapan anggaran APBD yang ditunjukkan
dimulainya penyerapan dari bulan Juni.
•Terjadi peningkatan sampai dengan bulan juni lalu mulai menurun sampai dengan
bulan agustus  disebabkan mulai dilakukannya proses pembayaran oleh pemda
(lihat grafik di atas)
FAKTA 7:

Penyampaian pagu indikatif APBD selalu terlambat


sehingga pembahasan Kebijakan Umum Anggaran
(KUA) Daerah menggunakan pagu anggaran tahun
sebelumnya  Sinkronisasi Perencanaan Pusat dan
Daerah kurang harmonis.
KEBUTUHAN SINERGI
3 PERENCANAAN DENGAN
PENGANGGARAN
MASALAH UTAMA KETIDAKSINKRON
PERENCANAAN DENGAN PENGANGGARAN

Mekanisme Penganggaran
Pusat- Daerah Belum Sinergi

Kurang
Alur Kerja yang
Kesinambungan
Tidak Kondusif
Rencana – Anggaran
• Keselarasan Tatawaktu • Deviasi  Indikator (RKP) vs Output (RKA KL)
(timing) : Jadwal dan Agenda
• Pendekatan RKP (Rencana Aksi) vs RAPBN (Akunting)

15
SOLUSI: HARMONISASI PROSES PERENCANAAN
DAN PENGANGGARAN DALAM SATU SIKLUS
1
11 Penetapan
Penetapan arah kebijakan 2
alokasi belanja & prioritas Penyusunan
& pengesahan kapasitas
dokumen fiskal
10 anggaran
3
Pembahasan
RUU APBN + Pengusulan
Pemutakhiran inisiatif baru
RKP

SIKLUS TAHUNAN
4
PERENCANAAN
Penyampaian
Penyusunan & DAN pagu indikatif
Penelaahan
RKA-KL
PENGANGGARAN & Rancangan
awal RKP
9
Pembahasan
Nota Penyusunan
Keuangan & Renja K/L
RAPBN
8 MUSRENBANG Peretemuan 5
(Propinsi & Trilateral (K/L
Nasional) dan Daerah)

7 6
SINERGI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
(PENGALAMAN NEGARA LAIN)

Struktur
Bentuk Negara Sistem Anggaran
Kewenangan Perencanaan dan
dan Sistem dan
Parlemen Penganggaran di
Pemerintahan Tahun Fiskal
Pemerintahan

Faktor Kunci yang Mempengaruhi

Sistem Perencanaan dan Penganggaran

Studi Komparasi

KOREA
BRAZIL INDONESIA
SELATAN

BEST-FIT untuk INDONESIA


“Sinergitas Perencanaan dan Penganggaran”
SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
DI KOREA SELATAN DAN BRAZIL (1)

Deskripsi Korea Selatan Brasil Indonesia


Bentuk Negara dan Negara Kesatuan, Negara Federal, Negara Kesatuan,
Sistem Pemerintahan Semi-Presidensiil. Presidensiil. Presidensiil
Perdana Menteri Presiden dan parlemen Presiden dan parlemen
dipilih oleh Presiden dipilih langsung oleh dipilih langsung oleh
dan Parlemen, untuk rakyat rakyat
mengkoordinasikan
fungsi kabinet.
Presiden dan Parlemen
dipilih langsung oleh
rakyat
Sistem Anggaran Unified Budget, MTEF, Program Budgeting, Unified Budget, MTEF,
Performance Based fixed 4-yrs budgeting, Performance Based
Budgeting direview per tahun Budgeting
(bukan MTEF).
Tahun Fiskal 1 Januari - 31 1 Juli – 30 Juni 1 Januari -31
Desember Desember
18
SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
DI KOREA SELATAN DAN BRAZIL (2)

Deskripsi Korea Selatan Brasil Indonesia


Struktur Dalam 1 Lembaga: Dalam 1 Lembaga: Terpisah dalam 2
Perencanaan dan Ministry of Strategy Ministry of Planning, Lembaga:
Penganggaran and Finance (MOSF). Budgeting, and 1. Perencanaan:
di Pemerintah Management Bappenas
MOSF merupakan 2. Penganggaran:
penggabungan Kementerian
Kementerian Keuangan
Keuangan dan
Kementerian
Perencanaan dan
Penganggaran (sejak
tahun 2008)

19
SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
DI KOREA SELATAN DAN BRAZIL (3)

Deskripsi Korea Selatan Brasil Indonesia


Kewenangan Parlemen membahas Parlemen membahas Parlemen membahas
Parlemen pagu total, detil dari asumsi makro dari asumsi makro
program dan proyek. sampai detil program sampai detil program
sektor. Parlemen dan kegiatan sektor.
Parlemen tidak berhak mengusulkan
berwenang perubahan asumsi Parlemen berhak
menaikkan pagu makro dan usulan mengusulkan
anggaran. Dalam penganggaran total perubahan asumsi
prakteknya Parlemen dan per sektor. makro dan usulan
tidak banyak penganggaran per
mengubah usulan Pemerintah memiliki program dan
Pemerintah. hak veto terhadap kegiatan, bahkan
hasil pembahasan sampai jenis belanja
Parlemen

20
CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN

No Indikator Korea Selatan Brazil Indonesia

GDP Per Capita


(2011) Interm of
1. 25.493 9.414 3.813
constant 2005
international $)
HDI
2. 0,897 0,718 0,617
(2011)
Life expectancy
3. 80,6 Tahun 73 Tahun 69,4 Tahun
(2011)
Indeks Pendidikan
4. 0,934 0,663 0,584
(2011)
Sumber : UNDP, 2012

21
SINERGI PUSAT – DAERAH:
4 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
RELEVANSI PERENCANAAN DENGAN
PENGEMBANGAN WILAYAH

Amanat Konstitusi
• Pembukaan UUD 1945  Kesejahteraan seluruh rakyat dan kemajuan seluruh wilayah  Pemerataan

Konsepsi Wawasan Nusantara


• Kesatuan Wilayah Politik  Kesadaran bernegara
• Kesatuan Wilayah Ekonomi  Integrasi ekonomi nasional
• Kesatuan Wilayah Sosial  Kesadaran berbangsa
• Kesatuan Wilayah Budaya  Kesadaran berbudaya
• Kesatuan Wilayah Geografis  Keterkaitan wilayah
• Kesatuan Wilayah Hankam  Perlindungan dan pengamanan wilayah

Potensi Wilayah Maritim dan Kepulauan


• Penghubung wilayah, bukan pemisah wilayah

Penguatan Daya Saing Nasional


• Dibangun dari peningkatan daya saing wilayah
FAKTOR PEREKAT PEMBANGUNAN NASIONAL
DAN PEMBANGUNAN DAERAH

KESERASIAN TATA RUANG

“AS BASIS OF
INTEGRASI ANTAR WILAYAH
REGIONAL DEVELOPMENT”
JARINGAN EKONOMI
LOKAL-GLOBAL

DESENTRALISASI DAN OTONOMI


“AS BASIS OF
DAERAH DI DALAM PENYEDIAAN
LAYANAN PUBLIK WELFARE CREATION”

PENGEMBANGAN KEGIATAN “AS DRIVER OF


EKONOMI BERBASIS INFORMASI,
PENGETAHUAN DAN SUMBER
REGIONAL ECONOMIC
DAYA ALAM DEVELOPMENT”
KETERKAITAN
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH

Keterkaitan Keterkaitan Keterkaitan


dengan dengan dengan
Kab/Kota Pusat Provinsi

Domain Domain Domain


Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Pusat Provinsi Kab/Kota

Keterkaitan Keterkaitan Keterkaitan


dengan dengan dengan
Provinsi Kab/Kota Pusat

Pembangunan Pembangunan Pembangunan


Tingkat Pusat Tingkat Provinsi Tingkat Kab/Kota
PERMASALAHAN
SINERGI PUSAT DAN DAERAH
1. Belum efektifnya implementasi PP No. 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Kegiatan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. pembangunan
tidak efisien
2. Kurangnya koordinasi pelaksanaan
kebijakan pemerintah pusat dan daerah. (biaya tinggi)
dan tidak
3. Kurangnya optimalnya kontribusi/dukungan efektif
pemerintah pusat dan sebaliknya.
(manfaat
4. Belum sinkronnya rencana pembangunan pembangunan
baik vertikal (antara pemerintah pusat dan tidak optimal)
pemerintah daerah) serta horizontal (antar
sektor).

5. Adanya Tumpang Tindih atau duplikasi


perencanaan antara Pusat dan Daerah 26
SINERGI PUSAT DAN DAERAH:
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

LANGKAH YANG PERLU


DILAKUKAN K/L

• Mengalihkan kegiatan Dekon


dan TP ke daerah dalam DAK
• Mengoptimalkan Musrenbang.
 Kegiatan K/L yang • Mencantumkan lokasi kegiatan
dibiayai APBN dan dalam Renja K/L dan RKA-K/L .
kegiatan SKPD yang • Harmonisasi nomenklatur dan
dibiayai APBD belum kodifikasi kegiatan K/L dan
sesuai. SKPD.
 Nomenklatur dan
kodifikasi kegiatan K/L
(APBN) dan SKPD LANGKAH YANG PERLU
(APBD) belum DILAKUKAN PEMDA
seragam. • Sinkronisasi RPJMD dengan
RPJMN, Renstra SKPD dan
Renstra K/L, RKPD dan RKP,
• melakukan penajaman sasaran
kegiatan SKPD dengan sesuai
prioritas Renja K/L.

27
SINERGI PUSAT DAN DAERAH:
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
LANGKAH YANG PERLU
DILAKUKAN K/L

• Harmonisasi sistem dan


mekanisme pengendalian dan
evaluasi pelaksanaan program
Belum adanya dan kegiatan pembangunan
keterpaduan dalam (KemenPPN/Bappenas, Kemen
pengendalian dan Keu, KemenDagri,
evaluasi antara K/L dan KemenPANRB, BPKP dan BPK).
SKPD sehingga terjadi
duplikasi pengawasan,
dan keterlambatan LANGKAH YANG PERLU
laporan pelaksanaan. DILAKUKAN PEMDA

• Melakukan penataan dan


penguatan SKPD dalam
pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan.
28
PERMINTAAN MASUKAN DARI
5 STAKEHOLDER DI DAERAH
PEMIKIRAN UNTUK MENDORONG
SINERGI PUSAT DAN DAERAH

1. Perencanaan dan Penganggaran menjadi satu


kesatuan baik di pusat maupun di daerah
2. Perbedaan tentang tahun anggaran APBN dan APBD.
(Misal APBN: Januari s/d Desember, APBD: April s/d
Maret)

30
TERIMAKASIH

31

Anda mungkin juga menyukai