Anda di halaman 1dari 39

SINDROMA GERIATRI

OLEH :
NINIK NURHIDAYAH, S.Pd, SST.,MKes
BEBERAPA PROBLEMA KLINIK
DARI PENYAKIT LANJUT USIA
YANG SERING DIJUMPAI ADALAH

• 1. SINDROMA SEREBRAL
• 2. KONFUSIO
• 3. GANGGUAN OTONOM
• 4. INKONTINENSIA
• 5. JATUH
• 6. KELAINAN TULANG DAN PATAH
TULANG
• 7. DEKUBITUS
• SEMUA PROBLEM KLINIK DIATAS
BUKANLAH SUATU DIAGNOSIS, TETAPI
MERUPAKAN GEJALA, YANG HARUS
DICARI PENYEBABNYA
• DARI GERIATRIC GIANTS DIATAS,
SINDROMA SEREBRAL MERUPAKAN
DASAR PENYEBAB MASALAH
PROBLEMA YANG LAIN
SINDROMA SEREBRAL
• Adalah kumpulan gejala yang terjadi akibat
perubahan patologik dari aliran darah serebral.

• Sindroma klinis otak (Brocklehurst et al, 1987):


a. sindroma klinis berkaitan dengan seluruh otak
b. sindroma klinis utamanya berkaitan dengan
teritorial pembuluh karotis
c. sindroma klinis utamanya berkaitan dengan
teritorial pembuluh vertebrobasiler
a. sindroma klinis berkaitan
dengan seluruh otak
• gejala : apraxia
: gg jalan / gait
: demensia
: inkontinensia
: rigiditas paratonik
Reflek lain yang dapat muncul apabila
gangguan otak meluas a.l. :

• : reflek memegang ( graps reflex) 


stimulus sentuhan yang bergerak ke arah
jari-jari atau sentuhan dan tekanan pada
sisi radial tangan akan menimbulkan
kontraksi pendek otot-otot fleksor tangan
dan jari-jari. Dan bila stimulus ini bergerak
ke arah jari-jari yang fleksi dan menarik
jari-jari ini, maka kekuatan kontraksi akan
bertambah dengan cepat, sehingga pasien
dapat ditarik keluar dari tempat tidur atau
kursi, bila tarikan pada jari ini terus
Lanjutan…
• : reflek memegang erat (forced groping) 
bila telapak tangan disentuh, dan pasien
dalam keadaan menutup mata, maka jari-
jari akan menutup dan tangan digerakkan
ke arah perkiraan datangnya stimulus
• : refleks mecucu (snouting reflex) 
ketukan pada bibir atas akan
menimbulkan gerakan memajukan bibir
(memonyongkan bibir atau bahasa jawa :
mecucu)
Lanjutan…
• : refleks menghisap (sucking reflex)  bila
suatu obyek bersentuhan dengan bibir
atas akan timbul kontraksi otot yang
sesuai dengan gerakan menghisap
• : Glabellar tap sign  ketukan pada
daerah glabella akan menimbulkan kedip
mata sesuai dengan ketukan tersebut,
akan tetapi bila setelah beberapa saat
tidak berhenti atau bahkan menimbulkan
spasme kelopak mata, maka tanda ini
berarti positif.
ad. 2. sindroma klinis utamanya
berkaitan dengan teritorial pembuluh
karotis

berupa :
• serangan otak sepintas (Transient
Ischemic Attack),
• penyakit pembuluh darah otak (stroke)
• arteritis
ad. 3. sindroma klinis utamanya
berkaitan dengan teritorial pembuluh
vertebrobasiler

• gangguan insufisiensi sistem pembuluh


darah vertebrobasiler dapat menimbulkan
gejala : jatuh, ataksia, nistagmus, pusing,
mual-muntah, episode hipotensi dan
gangguan termoregulasi
• paling sering berhubungan dengan TIA
dan drop attack
KONFUSIO

• Konfusio akut adalah suatu akibat


gangguan menyeluruh fungsi kognitif yang
ditandai oleh memburuknya secara
mendadak derajat kesadaran dan
kewaspadaan dan terganggunya proses
berfikir yang berakibat terjadinya
disorientasi
Tiga penyebab utama konfusio
akut yaitu :
• keadaan patologik intra serebral
• keadaan patologik ekstra serebral
• penyebab iatrogenik
Gambaran klinik berdasarkan DSM –
III R, dua syarat berikut harus
terpenuhi, yaitu
• derajat kesadaran menurun, misal sulit untuk
tetap bangun saat diperiksa
• gangguan persepsi, antara lain ilusi, delusi,
halusinasi dan misinterpretasi
• terganggunya siklus bangun tidur dengan
terjadinya insomnia tetapi siang hari tidur
• aktifitas psikomotor meningkat atau menurun
• disorientasi waktu, tempat dan orang
• gangguan memori, misalnya tidak mampu untuk
belajar materi baru, misalnya nama beberapa
yang tak berkaitan setelah 5 menit atau mengingat
kejadian yang baru terjadi, misal berbagai hal
mengenai permulaan penyakit.
Penatalaksanaan
• 1. anamnesis
• 2. pemeriksaan fisik
• 3. pemeriksaan penunjang
• 4. terapi medika mentosa
GANGGUAN SARAF OTONOM

Kelainan susunan saraf otonom


menyebabkan :
• 1. hipotensi/postural
• 2. gangguan pengaturan temperatur
badan
• 3. gangguan gerakan kandung kemih
• 4. esofagus dan usus besar
INKONTINENSIA
• Adalah pengeluaran urin (atau feses)
tanpa disadari, dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup untuk
mengakibatkan masalah gangguan
kesehatan atau sosial (Kane dkk).
JATUH
• Adalah suatu kejadian yang dilaporkan
penderita atau saksi mata, yang
mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang
lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Reuben,
1996)
Prevalensi jatuh
• 30 % lansia berusia lebih dari 65 tahun
jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka
tersebut mengalami jatuh berulang (Tinetti,
1992) survai di masy AS
• Kane dkk (1994) melakukan survai di AS
 lansia umur lebih dari 65 tahun
menderita jatuh tiap tahunnya dan sekitar
1/40 memerlukan perawatan RS.
Lanjutan….
Faktor resiko
• faktor intrinsik
• faktor ekstrinsik
Penyebab jatuh pada lansia

• kecelakaan
• nyeri kepala dan atau vertigo
• hipotensi orthostatic
• obat-obatan
• proses penyakit yang spesifik
• idiopatik
• sinkope
komplikasi
• perlukaan (injury)
• perawatan di rumah sakit
• disabilitas
• risiko untuk dimasukkan dalam rumah
perawatan (nursing home)
• mati
Pencegahan

• identifikasi faktor resiko


• penilaian keseimbangan (balance) dan
gaya berjalan (gait)
• mengatur/mengatasi faktor situasional
Penatalaksanaan
• tujuan untuk mencegah terjadinya jatuh
berulang dan menerapi komplikasi yang
terjadi, mengembalikan fungsi AKS
terbaik, mengembalikan kepercayaan diri
penderita.
.
Lanjutan…
• Penatalaksanaan penderita jatuh dengan
mengatasi atau mengeliminasi faktor
resiko, penyebab jatuh dan menangani
komplikasinya. Penatalaksanaan ini harus
terpadu dan membutuhkan kerja tim yang
terdiri dari dokter (geriatrik, neurologik,
bedah ortopedi, rehabilitasi medik,
psikiatrik dll), sosiomedik, arsitek dan
keluarga penderita
KELAINAN TULANG DAN
PATAH TULANG
Terutama sebagai akibat osteoporosis,
terdapat 3 jenis fraktur yaitu :
• 1. fraktur sendi koksa : fraktur kolum
femoris
• 2. fraktur pergelangan : fraktur colle’s
• 3. fraktur kolumna vertebralis
Penatalaksanaan

• tindakan terhadap fraktur


• tindakan terhadap jatuh
• tindakan terhadap kerapuhan tulang
• keperawatan dan rehabilitasi saat
penderita immobilisasi
DEKUBITUS

• Adalah kerusakan/kematian kulit sampai


jaringan di bawah kulit, bahkan menembus
otot sampai mengenai tulang akibat
adanya penekanan pada suatu area
secara terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah
setempat.
Penampilan klinis dari dekubitus
Derajat I
• reaksi peradangan masih terbatas pada
epidermis. Tampak sebagai daerah
kemerahan/eritema indurasi/lecet.
• Tindakan medis : kulit yang kemerahan
dibersihkan hati-hati dengan air hangat
dan sabun, diberi lotion, kemudian di
masase 2-3 kali/hari
Lanjutan…
Derajat II
• reaksi yang lebih dalam lagi sampai
mencapai seluruh dermis hingga lapisan
lemak subkutan. Tampak sebagai ulkus
yang dangkal, dengan tepi yang jelas dan
perubahan warna pigmen kulit
Lanjutan…
• tindakan medis :perawatan luka harus
memperhatikan syarat-syarat aseptik dan
antiseptik. Daerah bersangkutan di geseh
dengan es dan dihembus dengan udar
hangat bergantian untuk merangsang
sirkulasi. Dapat diberi salep topical,
mungkin juga untuk merangsang
tumbuhnya jaringan muda/granulasi.
Pergantian balut dan salep ini jangan
terlalu sering karena malahan dapat
merusakkan pertumbuhan jaringan yang
diharapkan
Lanjutan…
Derajat III
• ulkus menjadi lebih dalam, meliputi
jaringan lemak subkutan dan menggaung,
berbatasan dengan fascia dari otot-otot.
Sudah mulai didapat infeksi dengan
jaringan nekrotik yang berbau
Lanjutan…
• tindakan medis : usahakan luka selalu
bersih dan eksudat diusahakan dapat
mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal
dan sebaiknya transparan sehingga
permebel untuk masuknya udara/oksigen
dan penguapan. Kelembaban luka dijaga
tetap basah, karena akan mempermudah
regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor
dapat dicuci dengan larutan Na Cl
fisiologis. Antibiotik sistemik mungkin
diperlukan
Derajat IV
• Perluasan ulkus menembus otot, sehingga
tampak tulang dasar ulkus yang dapat
mengakibatkan infeksi pada tulang atau
sendi
• Tindakan medis : semua langkah-langkah
di atas tetap dilakukan dan jaringan
nekrotik yang ada harus tetap dibersihkan,
sebab akan menghalangi pertumbuhan
jaringan/epitelisasi.
Pengelolaaan dekubitus

• Diawali dengan kewaspadaan untuk


mencegah terjadinya dekubitus
• Memakai sistem skor dari norton. Skor
dibawah 14 menunjukkan adanya risiko
tinggi terjadi dekubitus
NO KEADAAN PASIEN SKOR
1 KONDISI FISIK UMUM

BAIK 4

LUMAYAN 3

BURUK 2

SANGAT BURUK 1

2 KESADARAN KATEGORI SKOR:


COMPOSMENTIS 4 16-20 : KECIL SEKALI/ TIDAK TERJADI
APATIS 3
RESIKO DEKUBITUS
KONFUS/ SOPOR 2
12-15 : KEMUNGKINAN KECIL TERJADI
STUPOR/ KOMA 1
RESIKO DEKUBITUS
3 AKTIVITAS

AMBULAN 4 <12: BESAR TERJADI


AMBULAN DENGAN BANTUAN 3

HANYA BISA DUDUK 2

TIDURAN 1

4 MOBILITAS

BERGERAK BEBAS 4

SEDIKIT TERBATAS 3

SANGAT TERBATAS 2

TIDAK BISA BERGERAK 1

5 INKONTINENSIA

TIDAK ADA 4

KADANG-KADANG 3

SERING INKONTINENSIA URINE 2

INKONTINENSIA ALVI DAN URINE 1


Lanjutan…
• Tindakan berikutnya adalah menjaga
kebersihan penderita khususnya kulit,
dengan memandikan setiap hari. Sesudah
dikeringkan dengan baik dan di gosok
dengan lotion, terutama didaerah kulit
yang ada tonjolan-tonjolan tulang.
Sebaiknya di masase untuk memperlancar
sirkulasi darah. Semua sekreta harus
dibersihkan dengan hati-hati agar tidak
menyebabkan lecet pada kulit penderita.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai