Anda di halaman 1dari 18

ASSALAMUALAIKUM Wr. Wb.

EDEMA PARU

Nama Kelompok :
Muhammad
Novita Y.
Nursauda
Siti Zahrotul
Definisi

Edema paru akut adalah keadaan patologi dimana cairan intravaskuler


keluar ke ruang ekstravaskuler, jaringan interstisial dan alveoli yang
terjadi secara akut. Pada keadaan normal cairan intravaskuler merembes
ke jaringan interstisial melalui kapiler endotelium dalam jumlah yang
sedikit sekali, kemudian cairan ini akan mengalir ke pembuluh limfe
menuju ke vena pulmonalis untuk kembali ke dalam sirkulasi ( Hollenberg,
2003).

Menurut Diane C. Baughman, (2000) Edema paru adalah peningkatan


abnormal cairan di dalam paru-paru, baik dalam spasium interstitial atau
dalam alveoli. Cairan bocor melalui dinding kapilar, merembes ke jalan
napas dan menimbulkan dipnea hebat.
Etiologi

1. Ketidak-seimbangan Starling Forces :


a) Peningkatan tekanan kapiler paru :
b) Penurunan tekanan onkotik plasma.
c) Peningkatan tekanan negatif intersisial
2. Perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler (Adult Respiratory
Distress Syndrome)
a) Pneumonia (bakteri, virus, parasit).
b) Bahan toksik inhalan (phosgene, ozone, chlorine, asap Teflon®, NO2,
dsb).
c) Bahan asing dalam sirkulasi (bisa ular, endotoksin bakteri, alloxan,
alpha-naphthyl thiourea).
d) Aspirasi asam lambung.
3. Insufisiensi Limfatik :
a) Post Lung Transplant.
b) Lymphangitic Carcinomatosis.
Patofisiologi

Sistem Limfatik Sistem limfatik ini dipersiapkan untuk menerima larutan


koloid dan cairan balik dari pembuluh darah. Akibat tekanan yang lebih
negatif di daerah interstisial peribronkhial dan perivaskular. Dengan
peningkatan kemampuan dari interstisium alveolar ini, cairan lebih sering
meningkat jumlahnya di tempat ini ketika kemampuan memompa dari
saluran limfatik tersebut berlebihan. Bila kapasitas dari saluran limfe
terlampaui dalam hal jumlah cairan maka akan terjadi edema. Diperkirakan
pada pasien dengan berat 70 kg dalam keadaan istirahat kapasitas sistem
limfe kira-kira 20 ml/jam. Pada percobaan didapatkan kapasitas sistem limfe
bisa mencapai 200 ml/jam pada orang dewasa dengan ukuran rata-rata. Jika
terjadi peningkatan tekanan atrium kiri yang kronik, sistem limfe akan
mengalami hipertrofi dan mempunyai kemampuan untuk mentransportasi
filtrat kapiler dalam jumlah yang lebih besar yang dapat mencegah
terjadinya edem. Sehingga sebagai konsekuensi terjadinya edema
interstisial, saluran nafas yang kecil dan pembuluh darah akan terkompresi
Manifestasi Klinis

Stadium 1
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas
difusi gas CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya
sesak nafas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan
kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi pada saat inpsirasi karena
terbukanya saluran nafas yang tertutup saat inspirasi.
Stadium 2
Pada stadium ini terjadi edem paru interstisial. Batas pembuluh darah paru
menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa
interlobularis menebal (garis kerley B). Adanya penumpukan cairan di
jaringan kendor interstisial, akan lebih memperkecil saluran nafas kecil,
terutama di daerah basal oleh karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula
terjadi refleks bronkhokonstriksi. Sering terdengar takipnea.
 Stadium 3
 Pada stadium ini terjadi edem alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu,
terjadi hipoksemia dan hipokapsia. Penderita nampak sesak sekali
dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang
lain turun dengan nyata. Terjadi right to left intrapulmonary shunt.
Penderita biasanya menderita hipokapsia, tetapi pada kasus yang berat
dapat terjadi hiperkapnia dan acute respiratory acidemia. Pada leadaan
ini morphin harus digunakan dengan hati-hati.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorim yang relevan diperlukan untuk mengkaji etiologi
edem paru. Pemeriksaan tersebut diantaranya pemeriksaan hematologi/
darah rutin, fungsi ginjal, elektrolit, kadar protein, urinalisa gas darah,
enzim jantung (CK-MB, troponin I) dan Brain Natriuretic Peptide (BNP).

Radiologi
Pada foto thorax menunjukan jantung membesar, hilus yang melebar,
pedikel vaskuler dan vena azygos yang melebar serta sebagai tambahan
adanya garis kerley A, B dan C akibat edema instrestisial atau alveolar
seperti pada gambaran ilustrasi (Cremers 2010, harun n saly 2009).

Elektro kardiografi
Pemeriksaan EKG bias ormal atau seringkali didapatkan tanda-tanda
iskemik atau infark miokard akut dengan edema paru. Pasien dengan krisis
hipertensi gambaran EKG biasanya menunjukan gambaran hipertrofi
ventrikel kiri. Pasien dengan edem paru kardiogenik tetapi yang non
iskemik biasanya menunjukan gambaran gelombang T negative yang
melebar dengan QT memanjang yang khas, dimana akan membaik dalam
24 jam setelah klinis stabil dan menghilang dalam 1 minggu.
Penatalaksanaan

Pasien diberi posisi fowler tinggi. Biasanya dokter memberi obat morfin
sulfat 10-15 mg IV. Obat ini dapat mengurangi rasa cemas dan mengurangi
tekanan atrium kiri. Untuk menangani hipoksemia, pasien diberikan oksigen
40-70 %. Kadang-kadang pasien perlu diintubasi (selang endotrakea atau
trakeostomi) agar volume tidal adekuat dan konsentrasi oksigen yang
diperlukan dapat diberikan. Intubasi juga dapat mempermudah pengisapan
untuk mengeluarkan sekresi yang banyak.

Obat-obat yang diberikan adalah aminofilin intravena untuk bronkodilatasi,


meningkatkan haluaran urine, dan curah jantung; digitalis; diuretik; dan
vasodilator. Apabila tindakan-tindakan diatas tidak membantu, ada dua terapi
yang kontroversial, tetapi juga dipakai dokter, yaitu flebotomi dan torniket
rotasi. Flebotomi adalah insisi pada pembuluh darah vena untuk mengambil
sejumlah darah guna mengurangi darah yang beredar dalam seluruh tubuh.
Tekanan pulmonal dapat berkurang dengan mengurangi jumlah darah yang
beredar.
Kegawatdaruratan dan Manajemen Edema Paru

Airway
Pada pasien dengan edema paru akut, obstruksi parsial saluran udara lebih
rendah dengan cairan adalah umum. Paling sering ini menghasilkan
terdengar ronki ketika pasien bernafas dan dapat menyebabkan mereka
untuk memiliki gigih batuk. Kehadiran sputum berbusa merah muda
menunjukkan edema paru akut. Selain penggunaan hisap, saluran napas
manajemen berfokus pada masalah yang terkait untuk bernapas.
Breathing
Pasien harus dinilai awalnya untuk perifer dan sianosis sentral, dan
laju pernapasan, kerja pernapasan dan oksigen saturasi (SpO2) harus
dipantau
(Mebazaa et al 2015). Ortopnu adalah lega dengan duduk atau berdiri
(Nicholson 2007) karena redistribusi volume darah dari ekstremitas bawah.
Oleh karena itu, pasien positioning harus dianggap sebagai awal intervensi
karena dapat memiliki langsung efek pada oksigenasi dan gejala sesak
napas (O'Driscoll et al 2008). Jika seorang pasien kritis tidak enak badan
(peri-penangkapan), oksigen aliran tinggi harus diberikan melalui waduk
masker (O'Driscoll et al 2008). Akut orang dewasa sehat dengan SpO2
rendah harus memiliki oksigen dititrasi untuk mencapai SpO2 dari 94-98%
dengan masker yang sesuai, atau 88-92% bagi mereka dengan diketahui
paru obstruktif kronik Penyakit (O'Driscoll et al 2008)
Circulation
Pasien dengan paru kardiogenik akut edema sering hipertensi; hipotensi
bisa menjadi indikasi fungsi jantung yang buruk dan syok kardiogenik.
berarti arteri tekanan kurang dimanfaatkan sebagai pengukuran tekanan
darah di luar perawatan kritis lingkungan, meskipun umumnya hadir
sebagai nomor ketiga pada darah yang paling otomatis. Tekanan monitor
dan merupakan indikator yang lebih baik perfusi organ internal dari
tekanan darah sistolik (Pakis et al 2010). Aritmia jantung mungkin
berkontribusi faktor atau hasil dari paru akut
edema sehingga pengguna pulsa pemeriksaan dan jantung monitoring
sangat penting. Nyeri dada dan ketidaknyamanan dapat menunjukkan
etiologi edema paru akut.
Disability
Hal ini umum bagi orang-orang dengan paru akut edema menjadi akut
tertekan. opiat memiliki historis telah digunakan untuk membantu orang
dengan edema paru akut merasa lebih menetap, selain manfaat dari
preload berkurang (McMurray et al 2012). Morfin juga berpikir untuk
menghasilkan vasodilatasi ringan (Levy dan Bellou 2013) dan oleh karena
itu pengurangan
di afterload, mengurangi beban kerja dari jantung. NICE (2014)
merekomendasikan bahwa opiat seharusnya tidak rutin diberikan kepada
orang-orang di akut akan edema paru kardiogenik, menunjukkan bahwa
penilaian yang tepat waktu dan manajemen lebih kemungkinan untuk
meringankan kesusahan. Meskipun analgesia candu mungkin diperlukan
untuk mengontrol rasa sakit atau penderitaan, yang risiko depresi yang
sudah dikompromikan sistem pernapasan harus dipertimbangkan (Skinner
dan McKinney 2011).
Exposure
Mengekspos tubuh untuk memeriksa tanda-tanda edema perifer, yang
merupakan indikasi dekompensasi jantung kanan kegagalan. Ini adalah
praktik yang baik untuk memeriksa kedua inti pasien dan suhu perifer di
tahap ini. Adalah penting bahwa sejarah yang akurat diambil sementara
secara fisik menilai pasien, untuk menentukan apakah ada petunjuk untuk
etiologi presentasi mereka
Asuhan Keperawatan

Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama : Klien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak
nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak.
Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada
trauma.
3. Riwayat penyakit dahulu : Predileksi penyakit sistemik atau berdampak
sistemik seperti sepsis, pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta kelainan
organ vital bawaan serta penyakit ginjal mungkin ditemui pada klien

4. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan.
Obyektif :Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan
meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
b. Sistem kardiovaskuler
Subyektif : sakit dada,
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara jantung
tambahan.

c. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang,
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan pola nafas


Gangguan pertukaran gas
Resiko penurunan curah jantung
Intervensi Keperawatan

Ketidakefektifan pola nafas

NOC NIC
Noc Nic
 Respiratory status :Ventilation. Airway Management.
 Respiratory status : Airway patency. 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
 Vital sign Status. ventilasi.
Kriteria hasil 2. Buka jalan nafas, gunakan tehnik chin
 Menunujukkan jalan nafas yang paten ( lift atau jaw thrust bila perlu.
klien tidak merasa tercekik , irama 3. Bersihkan mulut, hidung dan secret
nafas, frekuensi pernafasan dalam trakea.
rentang normal, tidak ada suara nafas 4. Pertahankan jalan nafas yang paten.
abnormal. 5. Monitor respirasi dan status O2.
 Tanda – tanda vital dalam rentang
normal ( tekanan darah, nadi dan
pernafasan
SEKIAN & TERIMA KASIH

WASSALAMUALAIKUM Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai